9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Penelitian Ilmiah
Dalam penelitian Suwondo 2011 menyatakan bahwa suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam
mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk
menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Disisi lain menurut Bambang Suryawan 2009 mengatakan bahwa suatu
kegiatan untuk memperoleh jawaban atau penjelasan mengenai suatu fenomena yang diamati. Fenomena ada 2 macam :1 Fenomena sudah ada, Peneliti
menerangkan komponen esensial dan hubungan sebab-akibatnya, 2 Fenomena belum ada , Peneliti harus menciptakan fenomena dengan menjawab pertanyaan
: Struktur yang bagaimana ? Apa yang digunakan ?. Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut dalam
Suwondo : 2011. David H Penny Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah
yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta. Menurut J.Supranto 1997:9,
penelitian riset adalah suatu kegiatan untuk memilih judul, merumuskan persoalan,kemudian diikuti dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan
analisis data yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu keadaan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan persoalan. The New Horison Ladder
Dictionary 2007 pengertian
research
ialah
a careful study to discover correct information
, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.
Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris yaitu
Research
re berarti kembali, dan search berarti mencari. Dengan demikian research berarti
mencari kembali. Menurut kamus
Webster New Internasional
, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip;
suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Hillway dalam bukunya
Introduction to research
mengemukakan bahwa penelitian adalah suatu metode belajar yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-
hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Hillway, 1965
Tuckman mendefinisikan penelitian research :
a systematic attempt to provide answer to question
yaitu penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Penelitian
dapat diartikan juga sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha-usaha itu dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah. Pengertian lain dari Penelitian : Salah satu hal yang penting dalam dunia
ilmu adalah penelitian research.
Research
berasal dari kata
re
yang berarti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kembali dan
search
yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji
kebenaran suatu
pengetahuan.
Research
, menurut
The Advanced
Learnerrsquo;s Dictionary of Current English
1961 ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu
pengetahuan. Sedangkan Penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk
mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsipnya yang mendasar dan berlaku umum teori mengenai masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan,
berpedoman pada berbagai informasi yang terwujud sebagai teori-teori yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, dan tujuannya adalah
untuk menambah atau menyempurnakan teori yang telah ada mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian.
2.2.
Pengajuan Masalah
Problem Posing
Proses belajar mengajar dengan metode
problem posing
ini secara garis besar dikemukakan oleh As‟ari 2000: 43 yang menyatakan bahwa: ”Pada
kelas yang menggunakan
problem posing,
pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perumusan soal sendiri oleh siswa. Setiap kali selesai pembahasan satu
pokok bahasan, dan guru sedang memberikan contoh kepada siswa tentang cara membuat soal, ke hadapan beberapa siswa disampaikan beberapa situasi untuk
diketahui. Selanjutnya berdasarkan informasi yang diketahui itu para siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diminta untuk membuat pertanyaan atau soal yang terkait dengan hal-hal yang diketahui itu. Sesudah itu para siswa diminta untuk menyelasaikan soal-soal
mereka sendiri, dan bertukar soal dengan yang lain.” Siswa yang telah terbiasa untuk merumuskan soal matematika, baik secara
langsung ataupun tidak langsung, akan mengalami kemajuan dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika. Hal itu didukung oleh Sutawijaya
Gita, 1999: 28 yang menyatakan bahwa, ”Merumuskan kembali masalah atau pengajuan masalah
problem posing
matematika merupakan salah satu cara untuk memperoleh kemajuan dalam pemecahan masalah”.
Problem posing
adalah salah satu metode dalam mempelajari matematika yang disarankan oleh NCTM
National Cauncil of Teacher of Mathematics.
Hal tersebut dikemukakan oleh NCTM karena
problem solving
me rupakan ”
The
heart of doing mathematics”, inti dari bermatematika. Oleh karenanya, NCTM As‟ari, 2000: 42 merekomendasikan agar para siswa diberi kesempatan yang
sebesar-besarnya untuk mengalami membuat soal sendiri
problem posing
. Suryanto Darnanti,2001: 4, menyatakan bahwa:
Problem posing
merupakan istilah dalam bahasa inggris sebagai padanan katanya digunakan istilah
pembentukan soal. Pembentukan soal atau pembentukan masalah mencakup dua kegiatan, yaitu: 1 pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi
atau dari pengalaman siswa, dan 2 pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada. Hal ini didukung oleh Bharata 2002: 13 yang menyatakan bahwa,
”Mengajukan Pertanyaan
problem posing
mencakup dua macam kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yaitu membuat pertanyaan baru atau pertanyaan dari situasipengalaman siswa dan membuat pertanyaan dari siswa dan membuat pertanyaan dari pertanyaan
lain yang sudah ada”. Menurut Suharta 2001: 2, ”
Problem posing
adalah perumusan masalah oleh siswa dari situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum pemecahan
masalah atau setelah pemecahan masalah tersebut”. Sedangkan Suryanto Gita, 1999: 23 menyatakan bahwa,
“Problem posing matematika adalah salah satu sistem kriteria penggunaan pola pikir matematika atau kriteria berpikir
matematika dan sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah”.
Oleh karena
itu guru
perlu memberikan
arahan situasikondisibatasan yang jelas didalam memberikan tugas pembuatan soal.
Dalam hal ini peran guru sangat diperlukan guna membimbing siswa dalam membuat soal, supaya soal yang dibuat oleh siswa tidak keluar dari
materipokok bahasan yang sedang dipelajari. Dengan demikian peran guru- guru hanya sebagar fasilisator yang mengarahkan siswa dalam membuat soal
dan jawaban dari soal yang telah dibuat. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa
problem posing
adalah suatu cara atau metode yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan siswa di dalam mempelajari matematika. Siswa dituntut secara aktif untuk menggunakan pola pikir matematika, sehingga siswa dapat
merumuskan kembali masalah matematika tersebut. Terlibatnya siswa secara aktif dalam merumuskan masalah matematika, secara tidak langsung akan
14
membuat siswa lebih memahami konsep-konsep yang sedang diajarkan dan siswa akan mengenal bentuk-bentuk soal yang sedang dipelajarinya. Hal ini
dapat mengakibatkan siswa dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan kepadanya.
2.3.
Pemecahan Masalah
Problem Solving
Polya dalam Upu, 2003, dalam Ana Ari Wahyu Suci, 2012 mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu tujuan
yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai. Sedangkan Siswono 2008:35, dalam Ana Ari Wahyu Suci, 2012, menjelaskan bahwa pemecahan masalah
adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespons atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak
jelas. Dari pengertian pemecahan masalah yang dikemukakan di atas mengindikasikan bahwa diperolehnya solusi suatu masalah menjadi syarat bagi
proses pemecahan masalah dikatakan berhasil. Dalam memecahkan masalah, setiap individu memerlukan waktu yang
berbeda. Hal ini disebabkan oleh motivasi dan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Siswono 2008:35 , dalam
Ana Ari Wahyu Suci, 2012 menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, yaitu:
15
[1] Pengalaman awal.
Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi. Pengalaman awal seperti ketakutan
pobia
terhadap matematika dapat menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah. [2]
Latar belakang matematika. Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang berbeda-
beda tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
[3] Keinginan dan motivasi.
Dorongan yang kuat dari dalam diri internal, seperti menumbuhkan keyakinan saya “BISA” maupun eksternal, seperti diberikan soal-soal
yang menarik, menantang, kontekstual dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah.
[4] Struktur Masalah.
Struktur masalah yang diberikan kepada siswa pemecahan masalah, seperti format secara verbal atau gambar, kompleksitas tingkat
kesulitan soal, konteks latar belakang cerita atau tema, bahasa soal, maupun pola masalah satu dengan masalah yang lain dapat mengganggu
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Siswono 2008: 36 dalam Ana Ari Wahyu Suci, 2012 juga menyebutkan
bahwa dalam memecahkan masalah perlu keterampilan-keterampilan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
harus dimiliki, yaitu: 1 keterampilan empiris perhitungan, pengukuran; 2 keterampilan aplikatif untuk menghadapi situasi yang umum seting terjadi; 3
keterampilan berpikir untuk bekerja pada suatu situasi yang tidak biasa
unfamiliar
. Polya dalam Upu, 2003:34, dalam Ana Ari Wahyu Suci, 2012
menjelaskan empat langkah yang harus dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu: 1 memahami masalah; 2 merencanakan penyelesaian; 3
menyelesaikan rencana penyelesaian; 4 memeriksa kembali. Memahami masalah merujuk pada pemahaman terhadap apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan, atau apakah syarat-syarat cukup, tidak cukup, berlebihan atau kontradiksi untuk mencari yang ditanyakan. Membuat rencana merujuk pada
bagaimana strategi penyelesaian yang terkait. Menyelesaikan rencana
penyelesaian merujuk pada penyelesaian strategi penyelesaian yang telah disusun. Sedangkan memeriksa kembali berkaitan dengan pengecekan jawaban
serta pembuatan kesimpulan akhir. Dalam penelitian ini langkah pemecahan masalah yang digunakan adalah langkah pemecahan masalah yang dijelaskan
oleh Polya. Adapun aspek-aspek yang harus dicantumkan siswa pada setiap langkah-langkah pemecahan masalah adalah:
[1] Memahami masalah
Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
17
[2] Merencanakan penyelesaian
Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi urutan langkah penyelesaian dan mengarahkan pada jawaban yang benar.
[3] Menyelesaikan rencana penyelesaian
Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi pelaksanaan cara yang telah dibuat dan kebenaran langkah yang sesuai
dengan cara yang dibuat. [4]
Memeriksa kembali. Aspek yang harus dicantumkan siswa pada langkah ini meliputi
penyimpulan jawaban yang telah diperoleh
2.4. Pemodelan Matematika