Foto sebagai Media Pembelajaran Koran

23 Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak Overhead transparancy OHT dan perangkat keras Overhead projector OHP. [2] Film bingkai slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Dalam penelitian ini ada 4 media yang digunakan yaitu : media foto, alam sekitar, video, dan berita pada Koran Koran online.

2.5.1 Foto sebagai Media Pembelajaran

Dewasa ini gambar fotografi secara luas dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari surat-surat kabar, majalah-majalah, brosur-brosur dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi dan foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks Arif S. Sadiman, 1984. 2.5.2 Alam Lingkungan Sekolah Penelitian ini menggunakan alam lingkungan sekolah sebagai salah satu media untuk menstimulus siswa. Alam lingkungan sekolah yang dimaksud adalah semua benda baik hidup maupun tak hidup yang ada di sekitar sekolah tempat siswa belajar. 2.5.3 Video Disamping media foto dan alam lingkungan sekolah, media vidio juga digunakan untuk semakin memperkaya kemampuan siswa dalam menuangkan ide-ide gagasan masalah matematika. Vidio yang digunakan adalah gambar bergerak yang ditampilkan melaljui layar proyektor. Sumber vidio diambil dari salah satu penyedia vidio pada dunia maya yaitu youtube.

2.5.4 Koran

Koran adalah media berita tertulis. Koran yang digunakan pada penelitian ini adalah koran online yang tersedia pada dunia maya. Berita yang ditampilkan dikhususkan pada berita mengenai sesuatu yang tidak jauh dari kehidupan siswa. 2.6. Pembelajaran dengan Setting Kerjasama Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara individual. Menurut West 2002 “Telah banyak riset membuktikan bahwa kerja 25 sama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda deng an kerja yang dilaksanakan oleh perorangan”. Selain keunggulan di atas, kerjasama juga dapat menstimulasi seseorang berkontribusi dalam kelompoknya, sebagaimana yang dinyatakan Davis dalam Dewi, 2006 bahwa, ”Kerja sama adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan”. Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang terintegrasi. Individu dikatakan bekerja sama jika upaya-upaya dari setiap individu tersebut secara sistematis terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama. Semakin besar integrasinya semakin besar tingkat kerja samanya. Indikator-indikator Kerja Sama: West 2002 menetapkan indikator- indikator kerja sama sebagai alat ukurnya sebagai berikut : 1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik. 2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerja sama. 3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan lebih kuat dan berkualitas. Kerjasama juga menuntut interaksi antara beberapa pihak. Menurut Soerjono Soekanto 2006: 66 kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara 26 orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa, Miftahul Huda 2011: 24-25 menjelaskan lebih rinci yaitu, ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Hal ini berarti dalam kerjasama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama siswa dapat diartikan sebagai sebuah interaksi atau hubungan antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang dinamis yaitu, hubungan yang saling menghargai, saling peduli, saling membantu, dan saling memberikan dorongan sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan pembelajaran tersebut meliputi perubahan tingkah laku, penambahan pemahaman, dan penyerapan ilmu pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, kata kolaborasi dan kooperasikooperatif cenderung diartikan dalam makna yang sama yaitu kerjasama. Menurut John Myers 1991 kata kolaborasi berasal dari bahasa Latin dengan memfokuskan pada proses, sedangkan kooperasikooperatif bersumber dari Amerika yang lebih menekankan pada hasil. 27 Tradisi pembelajaran kolaboratif berasal dari Inggris, para guru Bahasa Inggris berusaha mengeksplorasi cara-cara untuk membantu siswa agar dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajarannya, khususnya dalam mengkaji suatu literatur. Guru menganalisis percakapan setiap siswanya ketika sedang menelaah atau merespon bagian literatur. Sementara pembelajaran kooperatif berkembang di Amerika dengan bersumber dari pemikiran John Dewey tentang pentingnya belajar sosial dan pemikiran Kurt Lewin tentang dinamika kelompok. John Myers, 1991. [1] Pembelajaran Kolaboratif Menurut Ted Panitz 1996, istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan gaya hidup personal, sedangkan kooperatif lebih menggambarkan sebuah struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian suatu hasil atau tujuan tertentu. Kolaborasi mengasumsikan pentingnya kerjasama koperasi yang dibangun berdasarkan konsensus anggotanya, bukan kompetisi individual diantara anggota kelompok. Dalam kelompok akan terjadi pembagian peran, tugas dan wewenang dari setiap anggota kekompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling menghargai dan memberikan kontribusi kemampuannya terhadap kegiatan kelompok. Ketika seorang guru pengajar menerapkan filosofi ini ke dalam kelas atau komunitas kelompok lainnya untuk kepentingan pembelajaran maka itulah yang disebut pembelajaran kolaboratif. Jadi, pembelajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 kolaboratif pada dasarnya adalah sebuah filosofi personal, dan bukan hanya sekedar teknik dalam pembelajaran di kelas Ted Panitz , 1996. [2] Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan Kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen tinggi, sedang dan rendah dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi kerjasama saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan reward . Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

2.7. Kerjasama dalam Pengajuan Masalah dan Penyelesaian Masalah