Pengertian Adat atau ‘Urf Kaidah yang berlaku bagi ‘urf

sebelumnya tentang syarat perkawinan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974. 69

D. Pandangan hukum Islam terhadap adat

Agama Islam sangat memperhatikan tradisi dan konvensi masyarakat untuk dijadikan sumber bagi jurisprudensi hukum Islam. Kebijakan-kebijakan Nabi Muhammmad SAW. yang berkaitan dengan hukum Islam ada yang tertuang dalam sunnahnya yang mencerminkan kearifan beliau terhadap tradisi-tradisi para sahabat atau masyarakat. Untuk itu sangatlah penting bagi kita orang Islam untuk mengetahui dan mengaplikasikan salah satu metode istinbat hukum yang pernah di pakai oleh Nabi Muhammad SAW. ‘Urf digunakan oleh para ulama-ulama terdahulu dalam merancang produk hukum Islam, adalah untuk memudahkan dalam meng-Istinbathkan menetapkan suatu hukum. Mengistinbathkan hukum dalam setiap permasalahan dalam kehidupan masyarakat yang tumbuh seiring perkembangan zaman. Berikut penjelasan tentang ‘urf:

1. Pengertian Adat atau ‘Urf

Urf menurut bahasa berarti “sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat”.Al-urf adat istiadat yaitu sesuatu yang sudah diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan atau perbuatan yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan diterima oleh akal mereka. 70 ‘Urf secara istilah menurut Abdul Wahhab Khallaf, adalah apa yang dikenal oleh manusia dan menjadi tradisinya; baik ucapan, perbuatan, pantangan- 69 Pagar, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Peradilan Agama di Indonesia Medan: Perdana Publishing,2010, h.18-19. 70 Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’’Jakarta: Amzah, 2009, h. 167. pantangan, adalah termasuk juga ‘Urf adat. 71 Menurut Abdul Wahhab Khallaf, antara uruf dan hukum adat adalah sama. 72

2. Kaidah yang berlaku bagi ‘urf

Adapun kaidah-kaidah tentang urf adalah sebagai berikut: a. Adat dapat dijadikan hukum: ةمكحملا ةداعلا 73 Artinya: “adat kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai hukum”. b. Perkara yang belum ada aturan yang mengatur secara jelas maka dikembalikan ke dalam ‘urf: طباض ا و اقلطم عرّشلا هب درو ام لك فرعلا ىلإ هيف عجري ةغللا ىف ا و هيف هل Artinya: “semua yang datang dari syara’ namun belum ada aturan yang jelas dalam agama serta dalam bahasa maka semua itu dikembalikan kepada ‘urf”. 74 c. Apa yang ditetapkan melalui urf, hampir sama dengan ketetapan nash: ّصاّلاب تباّثلاك فرعلاب تباّثلا Artinya: “yang ditetapkan melalui ‘urf sama dengan yang ditetapkan melaui nash Alqur’an dan Hadis”. 75 d. Hukum dapat berubah sesuai dengan perubahan waktu dan tempat: Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah mengemukakan pendapatnya bahwa tak dapat diingkari adanya perubahan hukum dengan seiringnya perubahan waktu dan tempat, seperti dalam kaidah berikut ini: ة كمأا و نامزأا ريغتب ماكحأا ريغت 71 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh Damaskus: Dar Al-Qolam,1978, h.63. 72 Ibid,.h.63. 73 Ibid,. 74 Muchlis Usman, Kaidah kaidah Usuliyah dan Fiqhiyah Jakarta:. PT. Raja Grafindo, 2002, cet. Ke-4, h. 142. 75 Harun, Nasrun, Ushul Fiqh 1 Jakarta: Logos, 1996, cet. Ke-1, h.143. Artinya: Adanya perubahan hukum dengan seiringnya perubahan waktu dan tempat. 76 Maksudnya adalah bahwa hukum fiqih yang tadinya dibentuk berdasarkan adat istiadat yang baik, akan berubah hukumnya jika adat istiadat itu berubah, misalnya salah satu syarat saksi yang baik adalah yang miliki sifat adil, namun yang jadi permasalahan adalah kriteria adil menurut adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat tentu berbeda-beda, seperti dalam suatu masyarakat ketika seseorang dengan kepala terbuka tanpa penutup kepala itu dipandang tidak menjaga mur’ah yang merupakan syarat untuk menjadi adil, namun dalam masyarakat yang lain penutup kepala bukan syarat bahwa seseorang itu bersifat mur’ah yang juga sebagai syarat sifat adil. 77

3. Macam-macam `Urf