mempunyai  sanksi  berat  terhadap  pelanggarnya.  Inilah  yang  sebab  dilarangnya orang  Batak  Toba  menikah  dengan  semarga  dan  marga-marga  PARNA  yang
sudah ditentukan di  atas. Namun  hukuman di  atas belum pernah terjadi  di  Desa Setia. Tapi hukuman pengusiran dan pencegahan perkawinan karena faktor-faktor
yang  sudah  ditentukan  dalam  pembahasan  sebelumnya  pernah  terjadi  di  Desa Setia. Karena masyarakat Desa Setia masih tetap percaya dan tetap setia dengan
aturan hukum adat yang telah dibuat oleh orang-orang terdahulunya. Dan sampai sekarang  masyarakat  Desa  Setia  ini  masih  tetap  percaya  dengan  murka  para
leluhurnya  akan  muncul  apabila  melakukan  tindakan  larangan  pernikahan  adat Batak Toba.
Aturan  hukum  Adat  Batak  Toba  manganggap  bahwa  perkawinan  dengan saudara  semarga  namarito  dan  kelompok  keluarga  marga  PARNA  merupakan
perkawinan  yang  disamakan  dengan  perkawinan  saudara  sendiri.  Sedangkan perkawinan  dengan  saudara  sendiri  dianggap  sebagai  inces.  Kalau  hukum  adat
Batak  Toba  menganggap  bahwa  ini  adalah  sebagai  inces,  maka  akan menimbulkan  dampak  negatif  dari  pernikahan  tersebut.  Adapun  dampak  negatif
dari pernikahan inces adalah sebagai berikut:
1. Sanksi  dampak sosial terhadap pelaku perkawinan semarga
Adapun dampak perkawinan semarga bagi pelaku sebagai berikut:
Marusuf Gultom bersama istrinya D. Boru Gultom
:
113
113
Wawancara  di depan Masjid Al-Iman Merendal pada tanggal 23 Maret 2014 bersama pelaku pernikahan semarga  bapak Marusuf  Gultom dan istrinya D. Boru Gultom. Mereka adalah
pelaku pernikahan semarga yang harus meninggalkan Desa Setia sekitar tahun 1942. Setelah meninggalkan Desa Setia, Mereka pindah dan berdomisili di daerah Pijor Koling Tapanuli Selatan
dan sekitarnya. Dan peneliti bertemu dengan pelaku pernikahan semarga di Medan. Korban tersebut meminta alamatnya yang sekarang untuk  dirahasiakan. Dan sekarang,  AnakKeluarga
Dampak  dari  pernikahan  semarga  yang  terjadi  pada  kami  pelaku,  kami dianggap sebagai  aib  bagi  keluarga, aib  bagi  tentangga, aib  bagi  masyarakat,  aib
bagi kelompok adat. Dan pihak keluarga kami pelaku menganggap bahwa kami telah menghancurkan nama keluarga di  mata masyarakat. Dan tindakan  kami ini
pernikahan semarga dianggap bagian dari inces, yang akan mengakibatkan kami pelaku harus keluar dari Desa Setia dan tidak akan dapat diterima di kelompok
masyarakat  Batak  Toba  Desa  Setia.  Dan  bahkan  kami  para  pelaku  perkawinan semarga  akan  dikucilkan  oleh  masyarakat  Batak  Toba  di  manapun  kami  para
pelaku pernikahan semarga berada.
114
Sampai  sekarang  kami  pelaku  pernikahan  semarga  tidak  dibenarkan pulang kampung ke Desa Setia, walaupun kami sangat merindukan keluarga kami
yang berada di kampung. Kami dapat berjumpa pada keluarga, hanya pada waktu keluarga  yang menjumpai  kami pelaku di luar  daerah  Batak  Toba. Kami boleh
dijumpai  oleh  pihak  keluarga  di  suatu  daerah  yang  daerah  tersebut  tidak mengetahui status pernikahan kami. Sungguh sangat menyakitkan hati bagi kami
dan    bagi  keluarga,  namun  apa  boleh  buat,  kita  tidak  mungkin  berpisah  suami- istri semarga.
Sampai  sekarang,  kami  pelaku  pernikahan  semarga  tidak  dibenarkan mengikuti  acara  adat  istiadat  Batak  Toba.  Sekalipun  acara  adat  istiadat  Batak
Toba  itu  diadakan  oleh  suku  Batak  Toba  yang  tinggal  di  kota.  Kapanpun  dan  di manapun  ada  acara  adat  Istiadat  Batak  Toba diadakan, kami  pelaku  larangan
dari Ibu D. Buru Gultom dan suaminya Marusuf  Gultom alias Usuf Gultom, sekarang ada yang berdomisili di daerah Jalan Rakyat dekat Gang Sado, Medan.
114
Wawancara  tanggal 23 Maret 2014 bersama bapak Marusuf Gultom Dan ibu D. Boru Gultom. Menurut penuturan ibu D. Boru Gultom dan Suaminya Marusuf Gultom, pada mulanya
pihak keluarga melarang kami untuk menikah dan membenci hubungan pernikahan kami, namun yang namanya keluarga, tidak mungkin meniadakan kami dari garis keluarga. Sebenci apapun
keluarga, namun akan tetap ada kebaikan hatinya.
pernikahan adat dilarang untuk mengikutinya. Bahkan yang paling menyedihkan, apabila  ada  anggota  keluarga  kami  pernikahan  semarga  yang  meninggal  di
kampung  Desa  Setia,  kami  dilarang  untuk  melayatnya.  Karena  kami  telah terlarang  masuk  ke  daerah  desa  yang  melarang  kami  untuk  tinggal.  Sungguh
sangat  sedih  bagi  kami  pelaku  larangan  pernikahan  adat.  Dan  sampai  sekarang, kami tidak dibenarkan pulang ke kampung halaman Desa Setia.
2. Dampak pada anak dari segi sosial adat Batak Toba