Pengharaman Sebab menghimpun mahram Pengharaman sebab menghimpun lebih dari empat istri

c. Menantu. Maksudnya adalah menantunya sendiri atau istri dari anaknya sediri, bukan anak angkat adopsi. Allah berfirman:      Artinya:“Diharamkan pula bagi kalian menikahi istri-istri anak kandung kalian.” An-Nisa: 23. 57 d. Anak perempuan dari istri anak perempuan tiri tidak haram dinikahi semata-mata, karena adanya akad nikah. Dia boleh dinikahi sepanjang ibunya belum dicampuri. Berdasarkan firman Allah:                  Artinya: ... “Anak-anak yang berada dalam pemeliharaanmu dari wanita yang telah kamu campuri. Tetapi jika tidak kamu campuri dan kamu sudah ceraikan, maka tidak berdosa kamu nikahi anak- anak dari wanita itu…. Qs. An-Nisa: 23.

4. Keharaman Yang Berlaku Sementara

Ini bagian kedua dari orang-orang yang haram dinikahi. Keharaman mereka ini berlaku tidak selamanya, melainkan hanya berlaku sementara saja dan hanya terjadi pada satu sebab, yakni menghimpun beberapa istri, di antara contohnya sebagai berikut:

1. Pengharaman Sebab menghimpun mahram

Satu orang laki-laki haram menikahi wanita bersama saudaranya, bibinya dari pihak ayah, ataupun bibinya dari pihak ibu perempuan tersebut, baik itu senasab maupun sesusuan, tanpa membedakan kandung, seayah atau seibu. Seandainya dia menentang dan menikahi dua orang sekaligus yang haram 57 Ibid ayat 23. dihimpun tersebut maka nikah kedua-duanya batal. Sebab tidak ada yang lebih utama satu dari yang lain. Jika akad nikahnya dilaksanakan berurutan maka akad yang pertama sah dan yang kedua batal. 58 Haram untuk mengumpulkan menikahi dalam waktu bersamaan antara 2 wanita bersaudara. Dasar hukumnya ialah firman Allah Q.s. An- Nisa’: 23.         Artinya: “dan menghimpunkan dalam perkawinandua perempuan yang bersauda ra, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Qs. An-Nisa: 23. 59 Demikian juga haram mengumpulkan antara seorang wanita dengan bibinya, berdasarkan sabda Rasulullah SAW.: اَهِتَلاَخَو ِةَأْرَمْلا َنْيَ ب َاَو ، اَهِتَمَعَو ِةَأْرَمْلا َنْيَ ب ُعَمْجُي َا Artinya:“Tidak dikumpulkan seorang wanita dengan bibi dari bapaknya dan tidak pula dengan bibi dari ibunya” Mutafaq ’Alaih. 60

2. Pengharaman sebab menghimpun lebih dari empat istri

Seorang lelaki hanya boleh menikahi maksimal empat wanita saja, berdasarkan firman Allah:.                 58 Muhammad Jawad Mughniyah, fiqih Lima Mazhab Terj. Al- Fiqh ‘ala al- Madzahib al-Khamsah Jakarta: Lentera, 2010, h. 341. Lihat juga Ahmad bin Rusyd al-Qurthubi al- Andalusiyi, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al- ‘Arabiyah, tt, Juz II, h. 31 . 59 Al- Qur’an surat an-Nisa’ ayat 23. 60 Muhammad Ibin Hajr Al-Kannany Al-Asqallany, Subulussalam: Syarah Bulughul Maram, Juz III Bandung: Dahlan, 1926,h.124. Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.Q.S. an-Nisa: 3. 61 Apabila ada seseorang menikahi lima wanita sekaligus sekali akad nikah, maka semua pernikahan itu batal mengingat tidak ada yang lebih utama antara yang satu dengan yang lainnya. Jika pernikahannya berurutan, maka pernikahan yang kelima batal dan yang empat itu sah. 5. Anak zina Imam Hanafi, Hambali dan Imamiyah. Ketiga Imam tersebut berpendapat, anak perempuan hasil jina, haram dinikahi sebagaimana keharaman anak perempuan kandung. Sebab anak perempuan tersebut adalah darah dagingnya sendiri. Dan dari segi pandanagn ‘urf anak yang lahir adalah anaknya sendiri. Tapi menurut pendapat Imam Syafi’i dan Maliki, berpendapat bahwa seorang laki-laki boleh menikahi anak perempuannya dari hasi l jina. Sebab secara syar’i anak tersebut bukan mahram. 62

6. Istri yang di li’an.