yaitu pertama adalah rombongan SP dan borunya disusul Hula-hula kemudian Tulang dan seterusnya.
b. Menyerahkan Tanda Makanan Tudu-Tudu Ni Sipanganon
Setelah pada tahap di atas maka dilanjutkan acara penyerahan Tudu-tudu Ni Sipanganon dan disini Raja Parhata pihak laki-laki memberitahukan kepada
pihak perempuan bahwa mereka akan menyerahkan Tudu-tudu Ni Sipanganon dan disambut oleh Raja Parhata pihak perempuan untuk memberitahukan kepada
pihak perempuan untuk mempersiapkan diri menerima Tudu-tudu Ni Sipanganon dari pihak laki-laki. Tanda makanan adat yang pokok adalah : kepala
utuh, leher tanggalan, rusuk melingkar somba-somba, pangkal paha soit, punggung dengan ekor upasira, hati dan jantung ditempatkan dalam
baskomember besar dan disampaikan dengan bahasa adat umpasa yang intinya menunjukkan kerendahan hati dengan mengatakan walaupun makanan yang
dibawa itu sedikit semoga makanan tersebut membawa manfaat dan berkat jasmani dan rohani hula-hula SW dan semua yang memakannya . Dan penyerahan
tersebut dipakai umpasa yaitu : Sitiktikma si gompa, golang-golang pangarahutna. tung songoni na hupatupa
hami, sai godang ma pinasuna. kemudian disambut dengan bersama-sama mengatakan : Hematutu.
c. Menyerahkan “Dengke” Ikan Mas Oleh Suhut Pihak Perempuan
Setelah selesai pihak laki- laki menyerahkan “tudu-tudu Ni Sipanganon”
maka pihak perempuan membalas dengan memberikan Dengke kepada pihak lakilaki. Tata cara penyerahannya sama dengan penyerahan di atas. Aslinya ikan
yang diberikan adalah jenis Ihan atau Ikan Batak. Sejenis ikan yang hidup di
Danau Toba dan sungai Asahan bagian hulu dan rasanya memang manis dan khas. Ikan ini mempunyai sifat hidup di ari hari yang jernih tio dan kalau berenang
berjalan selalu beriringan mudur-mudur, karena itu disebut : dengke sitio-tio, dengke simudurmudur. Simbol inilah yang menjadi harapan kepada pengantin dan
keluarganya yaitu seia sekata, beriringan dan murah rejeki tio pancarian dohot pangomoan. Tetapi sekarang ihan sudah sulit didapat dan jenis ikan mas sudah
biasa digunakan sebagai penggantinya. Ikan mas ini dimasak khas Batak yang disebut Naniarsik yaitu ikan yang dimasak direbus dengan bumbu tertentu
sampai airnya berkurang pada kadar tertentu dan bumbunya sudah meresap ke dalam tubuh ikan tersebut.
d. Makan Bersama
Setelah kedua pihak saling memberi dan menerima seperti di atas, maka acara selanjutnya adalah makan bersama dan biasanya sebelum makan
terlebih dahulu berdoa yang dipimpin dari pihak paranak karena makanan yang dibawa dari pihak laki-laki walaupun acaranya di tempat pihak perempuan.
Sebagai bahasa pengantar makan, Raja Parhata dari pihak laki-laki mengatakan : “Dihamu Amanta Raja dohot hamu Inang Soripada songon hata natua-tua
mandok:Sititikma si gompa , golang-golang pangarahutna, tung songoni na hupatupa hami , sai godang ma pinasuna.
e. Membagi Jambar Tanda Makanan Adat
Kata Jambar dapat diartikan pembagian dari tingkatan masing-masing dari adat batak. Biasanya pembagian Jambar sudah diberitahukan pada saat
acara Marpudun Saut atau Martumpol pada bagian-bagian mana yang akan
diberikan kepada masing-masing pihak keluarga. Di sini pihak perempuan memberikan bagian jambar untuk pihak paranak sebagai ulu ni dengke mulak.
Selanjutnya masing-masing suhut membagikannya kepada masing-masing fungsi dari pihak keluarganya.
f. Manjalo Tumpak Tanda Kasih Melalui Sumbangan