Paulak Une Maningkir Tangga

k. Mangunjungi Ulaon

1. Manggabei kata-kata doa dan restu dari pihak parboru berupa kata- kata ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terlaksananya acara adat dengan baik dan ucapan terima kasih kepada dongan tubu dan hula-hula. 2. Mangampu ucapan terima kasih dari pihak paranak kepada semua pihak atas terlaksananya acara adat dengan baik. 3. Mangolophon mengaminkan oleh tetuah yang dituakan di kampung itu. Kedua suhut menyediakan piring yang berisikan beras dan uang kemudian diserahkan kepada Raja Huta yang mau mangolophon. Raja Huta berdiri sambil mengangkat piring tersebut dan menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena acara adat terlaksana dengan baik dan mengucapkan : - olop,olop,olop sambil menabur beras ke atas dan kemudian membagikan uang tersebut. 4. Dan akhirnya acara tersebut ditutup dengan Doa dan diakhiri sama- sama mengucapkan : Horas,Horas,Horas.

8. Paulak Une

Acara ini dimasukkan sebagai langkah agar kedua belah pihak bebas saling kunjung mengunjungi setelah beberapa hari berselang setelah upacara perkawinan yang biasanya dilaksanakan seminggu setelah upacara perkawinan, pihak pengantin laki-laki dan kerabatnya, bersama pengantin pergi ke rumah pihak orang tua pihak pengantin perempuan. Kesempatan inilah pihak perempuan mengetahui bahwa anak perempuanya betah tinggal di rumah mertuanya.

9. Maningkir Tangga

Upacara ini pihak perempuan pergi mengunjungi pengantin di rumah pihak laki-laki, di mana mereka makan bersama melakukann pembagian jambar. Pada hakekatnya maningkir tangga ini dimaksudkan agar pihak perempuan secara langsung melihat dari keadaan putrinya dan suaminya karena bagaimanapun mereka telah terikat oleh hubungan kekeluargaan dan sekaligus memberi nasehat dan bimbingan kepada pengantin dalam membina rumah tangga. Kesepakatan pada nilai-nilai sosial merupakan dasar yang penting bagi banyak kelompok, terutama dalam perkawinan. Tiap-tiap pasangan perkawinan mempunyai nilai-nilai budaya sendiri, hal-hal yang dianggap penting oleh masing- masing pihak. Jarang sekali hal ini disepakati secara lengkap. Setiap pasangan dapat berbeda keinginannya dalam menentukan hal-hal seperti pengaturan keuangan, rekreasi, agama, memperlihatkan kasih sayang, hubungan-hubungan dengan menantu mereka, dan tata cara dan prosesi pernikahan adat Batak Toba.

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Aturan Pernikahan Adat bagi Masyarakat Muslim Batak Toba Desa

Setia Masyarakat Muslim Batak Toba Desa Setia, mempunyai aturan hukum pernikahan adat bagi masyarakatnya, yaitu “larangan pernikahan adat”. Bagi masyarakat Batak Toba yang beragama Islam yang tinggal di daerah ini, di samping mereka telah diatur dengan hukum Islam yang ketat, mereka juga diatur oleh hukum adat yang bahkan, lebih ketat dari aturan hukum Islam itu sendiri. Walau hukum Islam telah membolehkan dilangsungkannya pernikahan yang telah memenuhi syarat dan rukun, namun bagi masyarakat Muslim Batak Toba Desa Setia, belum tantu membolehkan dilangsungkannya pernikahan tersebut. Dalam perkawinan adat Batak Toba bagi masyarakat Desa Setia, ada aturan-aturan tertentu yang harus ditaati. Dan apabila aturan tersebut dilanggardiabaikan, maka akan memunculkan konsekuensi hukum. Konsekuensi hukum yang muncul diatur sangat jelas dan tegas. Dan ini telah dianut oleh masyarakat Batak Toba Desa Setia, sejak dahulu sampai sekarang. Aturan hukum yang dilanggar, dilaksanakan oleh penatua. Adapun bentuk hukumannya seperti dibuang atau diusir dari kampung serta dicoret dari tatanan silsilah keluarga dan pernikahannya dinyatakan batal dibatalkan. 104 104 Wawancara di rumah tokoh adat pada tanggal 16 dan 18 Agustus 2013 dan 2 -7 April 2014 dengan bapak Saut Pakpahan, Hasaruddin Batubara, Syamsuddin Pasaribu, Untung Gultom, Derman Gultom, Tanggoar Panggabean, Basaur Hutasuhut, sebagai tokoh adat di Desa Setia. Dan juga sesuai dengan isi buku yang disarikan dari buku Bisuk Siahaan “Batak Toba: Kehidupan di Balik Tembok Bambu” Jakarta: Kempala Foundation, 2005, h. 206-209. Dan juga sesuai dengan materi isi buku J.C.Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba Jakarta: Kempala Foundation, 1986,h. 197-209. 80

B. Faktor-faktor dan latar belakang sosiologis yang menyebabkan adanya

larangan pernikahan adat bagi masyarakat Muslim Batak Toba Adapun faktor-faktor dan latar belakang sosiologis yang menyebabkan adanya larangan pernikahan adat bagi masyarakat Muslim Batak Toba adalah sebagai berikut:

1. Faktor Namarpandan