penjatuhan sanksi administratif yang dijatuhkan oleh Badan Penyelesaian sengketa Konsumen BPSK pasal 52 butir m jo pasal 60 ayat 2 UUPK.
C. Penyelesaian Sengketa Konsumen di Luar pengadilan
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dapat dilakukan dengan penyelesaian sengketa secara damai ataupun melalui lembaga yang ditunjuk oleh
Undang-Undang yakni Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Penyelesaian sengketa secara damai bagi masing masing pihak dilakukan melalui perundingan
secara musyawarah dan mufakat antar para pihak yang bersangkutan. Penyelesaian sengketa dengan cara ini disebut juga “penyelesaian secara
kekeluargaan”. Dengan cara penyelesaian sengketa seperti ini diharapkan akan terwujudnya bentuk penyelesaian sengketa yang “mudah, murah, dan relatif lebih
cepat”. UUPK memberi jalan alternatif dengan menyediakan penyelesaian
sengketa diluar pengadilan untuk mengatasi keberlikuan proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Pasal 45 ayat 4 UUPK menyebutkan “ jika telah
dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan , gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya itu dinyatakan oleh salah
satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa”. Ini berarti , penyelesaian di pengadilan pun tetap dibuka setelah para pihak gagal menyelesaikan sengketa
mereka di luar pengadilan. Maksud dari kata tidak berhasil dalam ayat ini tidak jelas. Secara redaksional juga tidak jelas apakah yang dimaksud dengan istilah
penyelesaian di luar pengadilan ini adalah upaya perdamaian diantara mereka atau
Universitas Sumatera Utara
juga termasuk penyelesaian melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.
13
Agar ketentuan itu tidak membingungkan, maka sebaiknya disebut secara langsung bahwa setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha
melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK atau melalui peradilan dalam lingkungan badan peradilan umum. Hal ini berarti lembaga penyelesaian
sengketa lainnya diluar pengadilan umum tidak dimungkinkan menangani sengketa konsumen dengan pelaku usaha.
Menjadi persoalan yaitu pasal 45 ayat 1 UUPK adalah penunjukan lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha. Ketentuan ini kurang jelas “lembaga” penyelesaian mana yang dimaksud. Apabila yang dimaksud adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK
yang diatur dalam UUPK maka mengapa Undang Undang ini tidak menyebutnya secara langsung pada badan ini.
14
Jika yang dimaksud “penyelesaian luar pengadilan “ ini termasuk juga penyelesian melalui BPSK, tentu saja tidak mungkin salah satu pihak
menghentikan perkaranya ditengah jalan, sebelum BPSK menjatuhkan putusan. Dengan demikian, kata-kata “dinyatakan tidak berhasil “ pun tidak dapat mungkin
dilakukan begitu saja oleh salah satu pihak atau para pihak. Sekali mereka memutuskan untuk memilih penyelesaian sengketa melalui BPSK , maka mereka
seharusnya terikat proses pemeriksaan sampai penjatuhan putusan. Jika mereka keberatan menerima putusan yang telah dijatuhkan, maka barulah mereka diberi
hak untuk melanjutkan penyelesaian di Pengadilan Negeri.
13
Shidarta, op.cit, hal 142
14
Ahmadi miru Sutarman Yodo,op.cit, hal 225
Universitas Sumatera Utara
Pasal 45 ayat 3 UUPK dengan tegas mengatakan bahwa putusan majelis BPSK bersifat final dan mengikat. Ini berarti bahwa tidak ada upaya banding
maupun kasasi. Yang ada hanyalah “keberatan” yang dapat diajukan ke pengadilan negeri dalam waktu 14 hari kerja. Setelah pihak yang berkepentingan
menerima pemberitahuan keputusan tersebut. Jika para pihak yang kalah tidak menjalankan putusan BPSK , maka putusan itu akan diserahkan BPSK kepada
penyidik untuk dijadikan bukti permulaan yang cukup dalam melakukan penyelidikan , UUPK sama sekali tidak memberikan kemungkinan lagi bagi
BPSK kecuali menyerahkan putusan itu kepada penyidik dalam hal ini UUPK tidak menggunakan kata “dapat” sehingga berarti menutup kemungkinan untuk
tidak menyerahkan kasus kepada penyidik.
15
15
Shidarta, Op.Cit, hal 143
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEDUDUKAN DAN PERANAN BPSK DALAM RANGKA
MENYELESAIKAN SENGKETA KONSUMEN
A. Pengertian BPSK
Menurut pasal 1 angka 11 Undang Undang perlindungan konsumen, Badan penyelesaian sengketa konsumen adalah badan yang bertugas menangani
dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK merupakan suatu
lembaga khusus yang dibentuk diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen, yang tugas utamanya adalah menyelesaikan sengketa atau perselisihan
antara konsumen dan pelaku usaha.
16
Jika kita baca ketentuan Pasal 23 Undang-undang Perlindungan Konsumen dikatakan dalam hal pelaku usaha pabrikan dan atau pelaku usaha
distributor menolak dan atau tidak memberi tanggapan dan atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen, maka diberikan hak untuk menggugat pelaku
usaha dan menyelesaikan perselisihan yang timbul melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau dengan cara mengajukan gugatan kepada badan
peradilan di tempat kedudukan konsumen. Disini dapat kita lihat ada dua hal penting
17
16
Yusuf Shofie, op.cit, hlm.39
17
Ibid, hal 39-41
:
Universitas Sumatera Utara