6. Upaya hukum
Pasal 54 ayat 3 UUPK jo pasal 42 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 menentukan bahwa putusan majelis BPSK bersifat final
dan mengikat yang pada penjelasan pasal 54 ayat 3 ditegaskan bahwa kata “final “ berarti tidak ada upaya hukum banding dan kasasi. Namun, ternyata UUPK
mengenal pengajuan keberatan pada Pengadilan Negeri. Menurut pasal 56 ayat 3 UUPK para pihak dapat mengajukan keberatan
kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14 hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan BPSK. Dan apabila para pihak tidak mengajukan
keberatan dalam jangka waktu tersebut maka dianggap menerima putusan BPSK pasal 56 ayat 3 UUPK
Atas pengajuan keberatan dimaksud tersebut, pengadilan negeri wajib mengeluarkan putusan dalam waktu paling lambat 21 hari sejak diterimanya
keberatan pasal 58 ayat 1 UUPK. Atas putusan pengadilan negeri tersebut, para pihak dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung RI dalam waktu paling
lambat 14 hari pasal 58 ayat 2 UUPK. Mahkamah Agung RI wajib mengeluarkan putusan dalam waktu paling lambat 30 hari sejak menerima
permohonan kasasi pasal 58 ayat 3 UUPK.\ Dengan dimungkinkannya upaya hukum pengajuan keberatan dan
selanjutnya kasasi, maka sebenarnya pembentuk Undang-Undang bersikap tidak konsisten. Penjelasan pasal 54 ayat 3 tidak konsisten dengan rumusan pasal 58
UUPK. Tetapi walaupun demikian, keadaan ini tidak boleh dijadikan alasan untuk pelaksanaan UUPK. Pengadilan maupun hakim harus menunjukan sikap
Universitas Sumatera Utara
proaktifnya sebagai pembentuk hukum melalui metode penemuan hukum
33
33
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 1996, hal37
terhadap masalah ini. Semestinya penjelasan sebuah UU tidak menimbulkan masalah, namun bila terjadi , penyelesaiannya dikembalikan pada rumusan pasal
yang ada. Bukan pada penjelasan Pasal 4 dan pasal SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001
menegaskan bahwa penyelesaian melalui BPSK bukanlah proses penyelesaian sengketa berjenjang. Untuk mengajukan penyelesaian sengketa konsumen ke
pengadilan negeri tidak harus berproses dulu melalui BPSK. Penegasan pada SK menperindag ini dapat membantu memberi pemahaman soal upaya hukum,
keberatan dan kasasi pada sengketa konsumen yang diajukan pada BPSK. Mengenai pengajuan keberatan pada putusan BPSK sebenarnya telah
diatur dalam Perma nomor 1 tahun 2006 tentang Tata cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Di dalam peraturan
ini, pada pasal 2 dengan tegas disebutkan bahwa” keberatan hanya dapat diajukan terhadap putusan arbitrase yang dikeluarkan oleh BPSK”. Hal ini disebabkan
bahwa terhadap putusan BPSK yang bersifat final dan mengikat pada hakikatnya tidak dapat diajukan keberatan , kecuali dipenuhi syarat-syarat tertentu
sebagaimana diatur dalam Perma ini. Hal tersebut sudah diatur dalam pasal 6 ayat 2 Perma ini yang menyatakan bahwa keberatan terhadap putusan arbitrase BPSK
dapat diajukan apabila memenuhi persyaratan pembatalan putusan arbitrase sebagaimana diatur dalam pasal 70 UU nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif penyelesaian Sengketa, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan , setelah putusan
dijatuhkan , diakui palsu atau dinyatakan palsu; b.
Setelah putusan arbitrase BPSK diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan;
c. Putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak
dalam pemeriksaan sengketa.
7. Eksekusi Putusan