Persidangan dengan cara mediasi Persidangan dengan cara arbitrase

9. Majelis wajib menyelesaikan sengketa konsumen secara konsiliasi , dalam waktu 21 hari kerja terhitung sejak gugatan diterima oleh BPSK; 10. Pelaku usaha yang menerima putusan BPSK wajib melaksanakan putusan tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari kerja , terhitung sejak menyatakan menerima putusan BPSK.

b. Persidangan dengan cara mediasi

Sama halnya dengan konsiliasi, mediasi ditempuh dengan atau atas inisiatif para pihak yang bersengketa. Keaktifan majelis sebagi perantara kedua belah pihak dengan cara mediasi dapat dilihat dari tugas majelis BPSK, yaitu : 1. Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; 2. Memanggil saksi dan saksi ahli bila diperlukan; 3. Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; 4. Secara aktif mendamaikan konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa; 5. Secara aktif memberikan saran atau anjuran penyelesaian sengketa konsumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang perlindungan konsumen. Berdasarkan pasal 31 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001,prinsip tata cara persidangan dengan cara mediasi ada 2 yakni pertama, proses penyelesaian sengketa konsumen menyangkut bentuk maupun jumlah ganti rugi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, sedangkan majelis BPSK bertindak aktif sebagai mediator dengan memberi nasihat, Universitas Sumatera Utara petunjuk, sran, dan upaya lain dalam menyelesaikan sengketa. Kedua, hasil musyawarah konsumen dan pelaku usaha dikeluarkan dalam bentuk keputusan BPSK.

c. Persidangan dengan cara arbitrase

Pada persidangan dengan cara ini, para pihak menyerahkan sepenuhnya kepada majelis BPSK untuk memutuskan dan menyelesaikan sengketa konsumen yang terjadi. Pada pasal 32 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 disebutkan bahwa pemilihan majelis BPSK dengan cara arbitrase dipilih dengan 2 cara : 1. Para pihak memilih arbitor dari anggota BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota majelis BPSK; 2. Arbitor yang dipilih dari para pihak tersebut kemudian memilih arbitor yang ketiga dari anggota BPSK. Jadi dalam hal ini, ketua majelis selalu dipilih dari unsur pemerintah. Prinsip tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara arbitrase dilakukan dengan 2 cara yakni persidangan pertama dan persidangan kedua. Pertama, prinsip-prinsip pada persidangan pertama, yaitu : 32 1. Kewajiban majelis BPSK memberi petunjuk tentang upaya hukum bagi kedua belah pihak pasal 33 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 32 Ibid, hal 38 Universitas Sumatera Utara 2. Kewajiban majelis BPSK untuk mendamaikan kedua belah pihak pasal 34 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 3. Pencabutan gugatan konsumen dilakukan sebelum pelaku usaha memberikan jawaban, dituangkan dengan surat pernyataan, disertai kewajiban Majelis BPSK mengumumkan pencabutan gugatan tersebut dalam persidangan pasal 35 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 4. Kewajiban majelis BPSK untuk memberikan kesempatan yang sama pada para pihak pasal 34 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, yaitu : a. Kesempatan yang sama dalam hal mempelajari berkas yang berkaitan dengan persidangan dan kutipan yang diperlukan pasal 33 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPP Kep122001; b. Pembacaan isi gugatan konsumen dan surat jawaban pelaku usaha, jika tidak tercapai perdamaian pasal 34 ayat 1 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 Kedua, prinsip-prinsip pada persidangan kedua: 1. Kewajiban majelis BPSK untuk memberi kesempatan terakhir sampai pada persidangan kedua disertai kewajiban para pihak membawa alat bukti yang diperlukan , bila salah satu pihak tidak hadir pada persidangan pertamapasal 36 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; Universitas Sumatera Utara 2. Persidangan kedua dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 5 hari kerja sejak persidangan hari pertama pasal 36 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; 3. Kewajiban sekretariat BPSK untuk memberitahukan persidangan kedua dengan surat panggilan pada para pihak pasal 36 ayat 2 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; 4. Pengabulan gugatan konsumen apabila pelaku usaha tidak hadir pada persidangan kedua verstek, dan sebaliknya gugatan digugurkan apabila konsumen tidak datang pasal; 36 ayat 3 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001; Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa tahapan penyelesaian arbitrase adalah sebagai berikut : 1. Ketua BPSK membentuk majelis dan dibantu oleh seorang panitera; 2. Anggota majelis adalah pilihan para pihak yang bersengketa . konsumen memilih anggota majelis dari unsur konsumen, sementara pelaku usaha memilih anggota majelis dari unsur pelaku usaha. Dan arbitor yang terpilih memilih arbiter ketiga dari unsur pemerintah sebagai ketua majelis; 3. Majelis memanggil konsumen dan pelaku usaha, saksi, saksi ahli bila diperlukan; 4. Majelis mengadakan sidang pertama pada hari kerja ke 7 terhitung sejak diterimanya permohonan penyelesaian sengketa konsumen secara benar dan lengkap; Universitas Sumatera Utara 5. Bilamana konsumen dan pelaku usaha tidak hadir pada persidangan pertama , maka majelis memberikan kesempatan terakhir untuk hadir pada persidangan kedua yang diselenggarakan pada hari kerja ke 5 terhitung sejak hari persidangan pertama. 6. Jika pada persidangan kedua konsumen tidak hadir, maka gugatannya gugur demi hukum, sebaliknya jika pelaku usaha tidak hadir, maka gugatan konsumen dikabulkan seluruhnya. 7. Dalam persidangan: a. Majelis wajib memberikan petunjuk pada konsumen, dan pelaku usaha mengenai upaya hukum yang digunakan oleh konsumen dan pelaku usaha yang bersangkutan; b. Majelis dalam persidangan pertama wajib mendamaikan para pihak yang bersengketa , jika tidak tercapai maka persidangan dimulai dengan pembacaan gugatan konsumen dan jawaban pelaku usaha; c. Penyelesaian sengketa konsumen dilakukan sepenuhnya dan diputuskan oleh majelis yang bertindak sebagai arbiter; d. Hasil penyelesaian sengketa konsumen dengan cara arbitrasi dibuat dalam bentuk putusan majelis yang ditandatangani oleh ketua dan anggota majelis; e. Putusan majelis tersebut dapat memuat sanksi administratif; f. Majelis wajib menyelesaikan sengketa konsumen secara arbitrasi dalam waktu 21 hari kerja terhitung sejak gugatan diterima oleh BPSK; Universitas Sumatera Utara g. Pelaku usaha yang menerima putusan BPSK , wajib melaksanakan putusan tersebut, selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari kerja, terhitung sejak menyatakan menerima putusan BPSK. 4.Alat Bukti Dan Sistem Pembuktian Alat-alat bukti yang digunakan di BPSK menurut pasal 21 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, yaitu : a. Barang danatau jasa b. Keterangan para pihak; c. Keterangan saksi danatau ahli; d. Surat danatau dokumen e. Bukti-bukti lain yang mendukung. Sistem pembuktian yang digunakan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana yang dimaksud pasal 19, pasal 22 dan pasal 23 UUPK yaitu sistem pembuktian terbalik pasal 28 UUPK jo pasal 22 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. Dengan menggunakan pendekatan sistem UUPK , maka sistem pembuktian yang digunakan di BPSK juga sistem pembuktian terbalik. Didalam melakukan pemeriksaan dan penelitian sengketa konsumen pasal 52 butir f jo pasal 3 butir f SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 terdapat 2 hal yang harus diperhatikan majelis BPSK , yaitu : pasal 10 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001: Universitas Sumatera Utara a. Penelitian dan pemeriksaan terhadap bukti surat, dokumen, bukti barang, hasil uji laboratorium, dan alat bukti lain yang diajukan baik oleh konsumen maupun pelaku usaha. b. Pemeriksaan terhadap konsumen, pelaku usaha , saksi dan saksi ahli atau terhadap orang lain yang mengetahui adanya pelanggaran terhadap ketentuan UUPK. Kedua hal diatas haruslah diperhatikan majelis BPSK dalam rangka menyelesaiakan sengketa konsumen pasal 11 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001.

5. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK