yang segan untuk berperkara, apalagi apabila biaya yang harus dikeluarkan lebih besar dari kemungkinan hasil yang diperoleh.
Keuntungan lain dari konsumen dalam penyelesaian sengketa melalui jalur ini adalah bahwa pembuktian dalam proses penyelesaian sengketa konsumen
merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian singkat yang telah dikemukakan diatas, penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi
ini, yaitu sebagai berikut : 1. bagaimanakah kedudukan dan peranan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen BPSK dalam rangka menyelesaikan sengketa konsumen? 2. bagaimanakah proses penyelesaian sengketa konsumen menurut UU nomor 8
Tahun 1999? 3. bagaimanakah hambatan-hambatan yang ada dalam penyelesaian sengketa
konsumen di BPSK
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui kedudukan dan peranan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen BPSK dalam rangka menyelesaikan sengketa konsumen.
2. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa konsumen menurut UU
nomor 8 Tahun 1999.
3. Untuk mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang ada dalam
penyelesaian sengketa konsumen di BPSK. Pada dasarnya suatu penulisan yang dibuat, diharapkan dapat memberikan
manfaat baik untuk penulis sendiri maupun bagi siapa saja yang membacanya. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Menumbuhkan sikap kritis kita terhadap upaya pemerintah dalam
melindungi hak hak kita sebagai konsumen , dalam hal ini dibentuknya Badan Penyelesaian sengketa Konsumen BPSK.
2. Berusaha dalam hal memperjuangkan hak-hak sebagai konsumen apabila
merasa dirugikan oleh pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. 3.
Menambah pengetahuan mengenai ketentuan dan proses penyelesaian sengketa di Badan Penyelesaian sengketa Konsumen BPSK, serta menambah
wawasan ilmiah baik secara khusus berkenaan dengan penulisan ini maupun secara umum.
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi para praktisi, pemerintah, Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta para pelaku usaha dan seluruh masyarakat Indonesia selaku konsumen dari suatu
produk barang dan atau jasa sehingga ketika ada sengketa konsumen maka Peran
Universitas Sumatera Utara
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dalam penyelesaian sengketa konsumen berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 dapat mewujudkan
harapan semua pihak. 5.
Sebagai tugas akhir bagi penulis dalam usaha memperoleh gelar kesarjanaan dalam hal ini Sarjana Hukum.
D. KEASLIAN PENULISAN
Penelitian dari penulisan skripsi ini didasarkan pada ide, gagasan, maupun pemikiran penulis secara pribadi dari awal hingga akhir penyelesaian. Ide maupun
gagasan ini lahir karena penulis melihat perkembangan produk-produk maupun barang yang berkaitan dengan konsumen yang beredar merupakan produk yang
tidak layak digunakan karena mempunyai cacat tersembunyi, kadaluwarsa maupun produk palsu sehingga konsumen banyak dirugikan karenanya.
Konsumen selaku pihak yang dirugikan , jarang memperjuangkan hak-haknya karena keterbatasan pengetahuan mengenai Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen BPSK yang sebenarnya memudahkan konsumen dalam menuntut kerugian yang diakibatkan oleh para pelaku usaha. Dengan demikian hal ini
berarti bahwa tulisan mengenai Peranan dan Kedudukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Dalam Rangka Menyelesaikan Sengketa Konsumen
Ditinjau dari UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini bukanlah hasil ciplakan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang lain. Karena
itu keaslian penulisan ini terjamin adanya. Kalaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-semata adalah sebagai faktor pendukung dan
Universitas Sumatera Utara
pelengkap dalam penulisan ini karena hal tersebut memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.
E. Tinjauan Pustaka
Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer inggris- amerika, atau consemuent belanda. Secara umum, arti dari konsumen adalah “
lawan dari produsen setiap orang yang menggunakan barang”. Secara umum, konsumen dapat dibagi menjadi tiga bagian :
6
1. Konsumen dalam arti umum , yaitu pengguna, danatau pemanfaat barang
dan jasa untuk tujuan tertentu; 2.
Konsumen antara , yaitu pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang danatau jasa untuk diproduksi menjadi barang danatau jasa lain untuk
memperdagangkannya, dengan tujuan komersial. Konsumen ini sama dengan pelaku usaha.
3. Konsumen akhir , yaitu pemakai , pengguna danatau pemanfaat barang
danatau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan tidak untuk dipredagangkan kembali.
Didalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, yang dimaksud dengan konsumen adalah merupakan konsumen akhir. Hal ini dapat
dilihat dari isi pasal 1 butir 2 UUPK yang menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
6
Heri Tjandrasari , op.cit, hal 2
Universitas Sumatera Utara
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga , orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Pengertian sengketa menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah sesuatu yang merupakan sumber perbedaan pendapat, pertengkaran
ataupun pertikaian atau perselisihan.
7
Didalam bukunya, A.Z. Nasution menjelaskan bahwa suatu sengketa terjadi apabila terdapat perbedaan pandangan
atau pendapat antara para pihak tentang hal tertentu. Satu pihak merasa dirugikan haknya oleh pihak yang lain, sedang pihak yang lain tidak merasa demikian.
8
Untuk memberikan pemahaman tentang objek pembahasan , yakni mengenai Badan Penyelesaian sengketa Konsumen BPSK maka penulis
memberikan uraian mengenai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK tersebut. Menurut pasal 1 angka 11 UU nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan konumen, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan
konsumen. Sementara menurut pasal 1 butir 8 Kepmen.Deperindag no 3550mppkep122001, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah
badan yang dibentuk khusus untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen antara pelaku usaha dan konsumen yang menuntut ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran danatau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang danatau memanfaatkan jasa. Dan melihat Kepmen tersebut
menggambarkan bahwa BPSK merupakan badan yang didirikan dan dibentuk
7
Peter salim dan Yenny salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Pers, Jakarta,2002 hal 1387
8
AZ Nasution, Konsumen dan Hukum :Tinjauan Sosial, Ekonomi Dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen Indonesia, Pustaka sinar Harapan, Jakarta, 1995 hal 17
Universitas Sumatera Utara
untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen dengan cara konsiliasi, mediasi, dan arbitrase
9
Ketentuan pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen , yang menetapkan pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
BPSK hanya pada daerah tingkat II kabupaten, memperlihatkan maksud pembuat undang-undang bahwa putusan dari Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen BPSK sebagai badan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan tidak ada upaya banding dan kasasi. Rumusan pasal 49 ini ,
menyangkut tugas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK “untuk penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan” adalah tugas pokok, sebab
masih ada tugas lain dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK yaitu, memberi konsultasi perlindungan konsumen, menerima pengaduan
konsumen atas terjadinya pelanggaran perlindungan konsumen, melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku, serta tugas-tugas lainnya.
.
10
F. METODE PENELITIAN