Peranan Komunikasi dalam Koordinasi Kerja

tersebut diatas diharapkan dapat menjadi suatu sistem koordinasi yang dapat membangun kerja sama yang harmonis antar sesama anggota organisasi.

4. Peranan Komunikasi dalam Koordinasi Kerja

Seperti diketahui, bahwa memimpin itu adalah mengusahakan melalui orang lain agar segala sesuatu terlaksana seperti yang diharapkan. Kegiatan ini memerlukan komunikasi, tentu saja komunikasi yang baik. Orang harus dapat mengirimkan tanda yang jelas dan dimengerti oleh orang lain. Selanjutnya tanda tersebut diterima dengan baik dan diikuti untuk dilaksanakan oleh orang lain. Dengan demikian kegiatan mencapai tujuan dapat lebih efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan koordinasi diperlukan komunikasi karena komunikasi adalah alat penghubung antar individu, antar bagian, antara atasan dengan bawahan, baik yang merupakan perintah dari atasan ke bawahan maupun dari laporan dari bawahan ke atasan. Menurut Edward Depari Suranto, 2005: 15, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Menurut Himstreet dan Baty Djoko, 2006: 3, komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa lazim, baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku dan tindakan. Komunikasi bertujuan agar ide yang disampaikan berupa tugas dapat diselesaikan denagn baik. Hal ini dapat berlangsung bila komunikasi dapat berfungsi secara lancar atau tersedianya informasi dan keterangan yang dibutuhkan. Informasi yang dibutuhkan itu dapat berupa data-data yang tersedia dimasing-masing bagian. Dengan adanya data itu, maka pelaksanaan tugas akan lebih cepat dan efisien serta dapat membina kesatuan arah tindakan dari seluruh bagian. Dengan kata lain, komunikasi sebagai suatu proses dimana orang-orang bermaksud memberi pengertian-pengertian melalui pengiriman berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota dari berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula sehingga sering disebut sebagai rantai pertukaran informasi. Selain itu, dengan adanya komunikasi diharapkan diperoleh titik kesamaan saling pengertian. Dalam desain atau struktur sebuah organisasi memungkinkan komunikasi 4 empat arah atau aliran yang berbeda Djoko, 2006: 23, yaitu: a. Komunikasi dari Atas ke Bawah Aliran komunikasi ke bawah umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi. Seorang manajer menggunakan jalur komunikasi ke bawah dengan tujuan mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada dilevel bawah. Komunikasi ini berbentuk perintah, instruksi dan prosedur yang harus dijalankan oleh para bawahan. Komunikasi ini dapat menggunakan bentuk komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau pertemuan kelompok. Komunikasi dalam bentuk tulisan berupa memo, kotak informasi, surat kabar, majalah, papan pengumuman, buku petunjuk karyawan, dan lain-lain. Tujuan komunikasi ke bawah yaitu memberi pengarahan atau instruksi kerja, memberi informasi mengapa pekerjaan harus dilakukan, memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional, memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para bawahan. Salah satu kelemahan dari komunikasi ke bawah adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan. Dengan kata lain, informasi yang diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya. b. Komunikasi dari Bawah ke Atas Dalam strukur organisasi, komunikasi ke atas berarti alur informasinya berasal dari bawah menuju ke atas. Partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi. Agar komunikasi ke atas dapat berhasil, maka para manajer harus memiliki rasa percaya kepada para bawahannya. Salah satu kelemahan dari komunikasi ini adalah ada kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi laporan yang baik-baik saja, sedangkan informasi yang agaknya mempunyai kesan negatif atau tidak disenangi oleh manajer cenderung tidak disampaikan. Hal ini terjadi karena para bawahan beranggapan bahwa dengan hanya melaporkan hal-hal yang baik saja, ia dapat menjaga atau menyelamatkan posisinya, serta mendapatkan rasa aman. c. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal disebut juga dengan komunikasi lateral merupakan komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan yang sejajar atau sederajat. Komunikasi horizontal bersifat koordinatif diantara mereka yang memiliki posisi yang sejajar atau sederajat. Komunikasi horizontal menjadi penting artinya manakala masing-masing bagian atau departemen dalam suatu organsasi memiliki tingkat ketergantungan yang cukup besar. d. Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat level organisasi yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi formal antara manajer produksi dengan bagian promosi. Keuntungan dari komunikasi diagonal adalah penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat serta memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi. Salah satu kelemahan dari komunikasi diagonal adalah bahwa dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal dalam suatu organisasi. 25

BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK NEGARA INDONESIA PERSERO Tbk

A. Sejarah Perkembangan Perusahaan

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal