Pemanfaatan Jaringan Tetangga Sebagai Tenaga Kerja Usaha Home Industri Konveksi di Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota.

(1)

PEMANFAATAN JARINGAN TETANGGA SEBAGAI TENAGA KERJA USAHA HOME INDUSTRI KONVEKSI

(Studi Kasus Terhadap Tenaga Kerja Tetangga Usaha Konveksi di Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota ).

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Soial

DISUSUN OLEH

080901033

RINA HUMAIRA MARETTA SITORUS

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini dipersetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Rina Humaira Maretta Sitorus Nim : 080901033

Departemen : Sosiologi

Judul : Pemanfaatan Jaringan Tetangga Sebagai Tenaga Kerja Usaha Home Industri Konveksi di Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota.

Medan, Juli 2013

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

( Dra. Lina Sudarwati. M.Si ) ( Dra. Lina Sudarwati. M.Si)

NIP : 196603181989032001 NIP : 196603181989032001 Dekan,

( Prof.Dr.Badaruddin, M.Si ) 196805251992031002


(3)

ABSTRAK

Industri kecil merupakan salah satu keuntungan yang dianggap mampu mengurangi tingginya jumlah pengangguran, karena sektor informal yang menuntut keterampilan juga memberikan tempat yang kecil jika dibandingkan dengan pencari kerja. Usaha ini untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dan menjadi tantangan dalam pertumbuhan ekonomi untuk mendukung peningkatan produktivitas Indonesia yang dapat di bagikan menjadi industri besar, sedang, kecil seta industri rumah tangga.

Industri kecil ini mempekerjakan tenaga kerja tetangga khususnya ibu-ibu rumah tangga yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam menjahit serta dapat memberikan keuntungan maupun pemanfaatan bagi setiap usaha konveksi. Usaha ini membangun jaringan sosial dengan sesama tenaga kerja tetangga dan selalu mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dalam proses hubungan kerja.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan melihat pemanfaatan jaringan tetangga sebagai tenaga kerja yang terbangun dalam usaha industri konveksi serta mengetahui aspek hubungan saling menguntungkan maupun manfaat tenaga kerja bagi pemilik usaha dalam mempertahankan kemajuan usahanya.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melalui wawancara mendalam, observasi, pengamatan dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha konveksi ini membahas mengenai awal mula mendirikan usaha konveksi, keberadaan usaha konveksi dimata masyarakat, serta pemanfaatan hubungan tetangga sebagai tenaga kerja yang meliputi unsur-unsur terkait dalam hubungan tersebut antara lain adanya kepercayaan (trust), kerjasama dan ketergantungan antara pemilik usaha dengan tenaga kerjanya, baik tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja luar. Selain itu, adanya tujuan pemanfaatan hubungan ketetanggaan sebagai tenaga kerja yang antara lain peningkatan ekonomi pemilik usaha maupun tenaga kerja dan penguat hubungan kekeluargaan dalam mempertahankan usaha. Selain pemanfaatan adapun keuntungan dalam menggunakan tetangga sebagai tenaga kerja yang meliputi keluasan hubungan kerja, minimalisir konflik dalam usaha, meningkat pendapatan usaha, dan jarak lokasi usaha berdekatan dengan tempat tinggal tenaga kerja sehingga memudahkan pemilik usaha untuk melakukan hubungan kerjasama dengan tenaga kerja.


(4)

PRAKATA

Alhamdulilah, Rasa syukur yang tiada henti keluar dari nafas dan lafaz kepada Allah sang penguasa jiwa-jiwa yang tenang, berkat hidayah dan rahmat-Nya untuk penulus dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Jaringan Tetangga Sebagai Tenaga Kerja Usaha Home Industri Konveksi (Studi Kasus Terhadap Tenaga Kerja Tetangga di Usaha Konveksi Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota). Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang di susun untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan studi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan tantangan dan hambatan akan tetapi berkat rahmat Allah SWT maka skripsi ini dapat di selesaikan. Penulis juga tidak lupa untuk mengatakan terima kasih kepada orang-orang luar biasa yang selalu memberikan bantuan, motivasi maupun semangat di saat penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas limpahan doa yang tulus selalu kepada kedua Orang tua yang saya sayangi yaitu ayah saya tercinta Amran Sitorus dan Ibunda tercinta Nurmalia Siregar yang selalu memberikan pengertian, perhatian dan pembelajaran yang akan selalu penulis ingat dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta terima kasih kepada kakak saya tercinta Ira Cynthia Octavina Sitorus yang selalu memberikan semangat untuk mengapai cita-cita. Penulis secara khusus juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, nasehat untuk membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini dengan baik.


(5)

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,M.Sc.(CTM)Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan para pembantu dekan serta staf pegawai dan administrasi.

3. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Drs. Terang Kita Brahmana selaku dosen penguji penulis yang telah banyak memberikan masukan dan saran yang membangun kepada penulis.

5. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si selaku Dosen wali penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Semoga ilmu yang di sampaikan kepada penulis dapat menjadikan bekal nantinya dan dapat penulis terapkan serta amalkan di tengah-tengah masyarakat.

7. Hasianku Sori Harahap. yang setia memberikan semangat serta mengingatkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Orang-Orang yang saya cintai, Nenek dari ibu dan Ayah, Ujing Suryana, Ujing Unir, Om eko, Tulang Abdul Wahab Siregar, Mbak Nana, Mas Ari dan Mas Nindio yang memberikan semangat dan doanya untuk penulis agar sukses menyelesaikan skripsi ini.

9. Orang-orang yang saya sayangi bou dan Mangboru serta saudara-saudara yang saya cintai, kakak Virga Yunara S.Sos, abang Subrata Haditama SE&istri, abang M.Fahmi Rozi, SP dan


(6)

Dirga Anugrah serta semua keluarga besar Sitorus yang sudah memberi dukungan untuk saya agar dapat menyelesaikan skripsi.

10. Sahabat-Sahabat saya tercinta, Nina Della Noviyanti S.pd, Rosi Annisa S.pd, Kharisma (Mail) yang tidak henti memberikan semangat dan bantuan untuk penulis.

11. Rekan-Rekan seperjuangan Angkatan 2008. Ayu, Imay, Elvi, Vera, Rudi, Reza, Grace, Bg Anggre, Esty, Mitha, Syahrul, Azhar, Jhon, Arman, Silky, Sugi, Silvia, Dicky Eko, Nanda, Arman, Dicky Handika, Okta Dedi, Robby, Raja, Salmen, Belman, Wistin, Frina, Dhani, Gio, Alfath Andri, Ririn, Uci, Fitri, Ratih, Riama, Judika, Desi, Octa Virna, Shanty, Vanny, Amos, Leni, Reni, Dian, Ricat, Rijal, Bresman, Evlin, Poibe, Yola, Raja, Puput, Gusnimar, Berlin, Nari, Hendra, Roinal, Yuacep, Yudist, Iyut, Eninta, Zulfikar, serta seluruh rekan-rekan yang tidak tersebut namanya di sini.

Mudah-mudahan semua jasa dan dorongan semangat yang diberikan kepada penulis, menjadi pahala yang selalu di lipat gandakan oleh Allah SWT.


(7)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dikemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan 22 Juli 2013

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Abstrak……… i

Kata Pengantar……… ii

Daftar Pustaka………. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 6

1.3. Tujuan Penelitian………. 6

1.4. Manfaat Penelitian………... 6

1.5. Definisi Konsep……….. 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Sosial……….... 9

2.2. Jaringan Tenaga Kerja Tetangga Dalam Kewiraswastaan Usaha Konveksi Di Kota Binjai……….. 11

2.3. Trust ( Kepercayaan )……….. 12

2.4. Hubungan Sosial………... 14


(9)

2.6. Sektor Informal……… 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………. 18

3.2. Lokasi Penelitian………... 18

3.3. Unit Analisis dan Informan………... 18

3.4. Teknik Pengumpulan Data……….... 19

3.5. Interpretasi Data……….... 21

3.6. Jadwal Penelitian………... 22

3.7. Keterbatasan Penelitian………. 22

BAB IV. DESKRIPSI DAN PROFIL INFORMAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 24

4.2. Letak dan Batas Wilayah………... 25

4.3. Keadaan Penduduk……… 29

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk………... 31

4.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 31

4.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama……….. 33


(10)

4.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan………. 34

4.3.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………… 35

4.3.7. Jumlah Fasilitas Kesehatan………. 36

4.3.8. Jumlah Dan Kondisi Rumah Di Kota Binjai………... 37

4.4. Profil Informan……….. 37

BAB V TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA 5.1. Awal Mula Usaha Konveksi Masyarakat Di Kelurahan Setia Kota Binjai… 56 5.2. Keberadaan Usaha Konveksi Masyarakat Di Kelurahan Setia Kota Binjai… 59 5.3. Pemanfaatan Hubungan Ketetanggaan Sebagai Tenaga Kerja……….. 62

5.3.1. Kepercayaan ( Trust )………. 62

5.3.2. Hubungan Kerjasama………. 67

5.3.3. Hubungan Ketergantungan……….. 70

5.3.4. Hubungan Saling Membutuhkan………. 73

5.4. Tujuan Pemanfaatan Hubungan Ketetanggaan Sebagai Tenaga kerja 5.4.1. Peningkatan Ekonomi……… 76

5.4.2. Hubungan Kekeluargaan………. 79


(11)

5.5.1. Keluasan Hubungan Kerja………. 82

5.5.2. Minimalisir Konflik……… 86

5.5.3. Meningkatnya Pendapatan Usaha……….. 88

5.5.4. Jarak Tempat Tinggal Tenaga Kerja Tetangga

Berdekatan Lokasi Usaha……… 91

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan………. 95

6.2. Saran……….. 96

DOKUMENTASI


(12)

ABSTRAK

Industri kecil merupakan salah satu keuntungan yang dianggap mampu mengurangi tingginya jumlah pengangguran, karena sektor informal yang menuntut keterampilan juga memberikan tempat yang kecil jika dibandingkan dengan pencari kerja. Usaha ini untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dan menjadi tantangan dalam pertumbuhan ekonomi untuk mendukung peningkatan produktivitas Indonesia yang dapat di bagikan menjadi industri besar, sedang, kecil seta industri rumah tangga.

Industri kecil ini mempekerjakan tenaga kerja tetangga khususnya ibu-ibu rumah tangga yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam menjahit serta dapat memberikan keuntungan maupun pemanfaatan bagi setiap usaha konveksi. Usaha ini membangun jaringan sosial dengan sesama tenaga kerja tetangga dan selalu mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dalam proses hubungan kerja.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan melihat pemanfaatan jaringan tetangga sebagai tenaga kerja yang terbangun dalam usaha industri konveksi serta mengetahui aspek hubungan saling menguntungkan maupun manfaat tenaga kerja bagi pemilik usaha dalam mempertahankan kemajuan usahanya.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melalui wawancara mendalam, observasi, pengamatan dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha konveksi ini membahas mengenai awal mula mendirikan usaha konveksi, keberadaan usaha konveksi dimata masyarakat, serta pemanfaatan hubungan tetangga sebagai tenaga kerja yang meliputi unsur-unsur terkait dalam hubungan tersebut antara lain adanya kepercayaan (trust), kerjasama dan ketergantungan antara pemilik usaha dengan tenaga kerjanya, baik tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja luar. Selain itu, adanya tujuan pemanfaatan hubungan ketetanggaan sebagai tenaga kerja yang antara lain peningkatan ekonomi pemilik usaha maupun tenaga kerja dan penguat hubungan kekeluargaan dalam mempertahankan usaha. Selain pemanfaatan adapun keuntungan dalam menggunakan tetangga sebagai tenaga kerja yang meliputi keluasan hubungan kerja, minimalisir konflik dalam usaha, meningkat pendapatan usaha, dan jarak lokasi usaha berdekatan dengan tempat tinggal tenaga kerja sehingga memudahkan pemilik usaha untuk melakukan hubungan kerjasama dengan tenaga kerja.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi tentang dampak krisis terhadap usaha kecil membuktikan bahwa sektor ini mampu bertahan. Sejumlah sektor juga mengalami peningkatan produktivitas yang disebabkan naiknya sebuah permintaan. Sektor usaha kecil tidak akan berjalan mulus melainkan akan merasakan masa krisis ekonomi yang mana telah menunjukkan kekuatan dan potensi dari kelompok usaha kecil dalam hal daya tahan menghadapi guncangan dalam ekonomi maupun dalam peranannya sebagai salah satu penggerak ekonomi yang penting ( Widyaningrum, Nurul dkk, 2003:01 ).

Salah satu dampak dari krisis ekonomi yang sangat memprihatinkan adalah meningkatnya pengganguran yang dapat mengakibatkan berjuta-juta pekerja mengalami sebuah penderitaan. Dampak krisis ekonomi ini belum ada upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikannya, terutama dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Kebutuhan ekonomi masyarakat yang semakin mendesak dan meningkat membuat masyarakat untuk bekerja keras dengan melakukan banyak cara demi memenuhi kebutuhan hidup. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan lainnya masyarakat mencoba membuka usaha sendiri ataupun bekerja dengan orang lain. Membuka usaha sendiri secara mandiri mengharuskan seseorang memiliki modal usaha secara pribadi dengan jumlah banyak dan bertanggung jawab atas segala resiko yang akan dialami sedangkan bekerja dengan orang lain


(14)

akan diberikan upah/gaji atas hasil pekerjaannya dan sifatnya bergantung pada orang yang memiliki modal usaha tersebut.

Membuka usaha industri kecil seperti usaha konveksi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi lebih bernilai untuk dijual dan mendapatkan keuntungan. Kegiatan ekonomi ini identik dengan proses produksi. Meningkatnya proses produksi, karena adanya pelanggan yang telah memberikan peningkatan dalam usaha. Selain itu, meningkatnya hasil produksi juga dibantu oleh tenaga kerja dari pihak keluarga yang sedarah atau saudara maupun tetangga yang terlibat dalam memajukan usaha. Membangun usaha industri yang melibatkan tenaga kerja keluarga dan tetangga ini tidak membutuhkan persyaratan ketat, seperti halnya tingkat pendidikan tinggi, sejumlah modal tertentu dan prosedur lainnya. Pada dasarnya jika memiliki kemauan, pengetahuan, keterampilan, peralatan sederhana dan keuletan dalam bekerja atau berusaha, maka akan dapat seseorang membuka usaha pada bidang tersebut. Sektor usaha industri kecil juga memiliki peranan penting dalam perekonomian masyarakat, karena usaha ini menjadi sumber peningkatan penghasilan dan mampu mempekerjakan tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan (Ahimsa, 2003:63-69).

Perkembangan masyarakat yang semakin maju dan meningkat membuat keberadaan usaha industri kecil tidak dapat dipandang sebelah mata melainkan sudah dianggap telah membantu masyarakat terdekat maupun keluarga sendiri yang terlibat dalam hubungan kerja. Keberadaan usaha industri kecil ini dapat menjalin kerjasama dan hubungan kekeluargaan antara pemilik usaha dengan tenaga kerjanya yang sudah saling mengenal satu sama lain. Menjalin hubungan kerja dengan tenaga kerja yang sudah saling mengenal akan membuat usaha tersebut dapat bertahan lama dan hubungan kerjasama dengan pelanggan juga dapat memberikan peningkatan dalam usaha maupun peningkatan pemilik usahanya.


(15)

Usaha industri kecil seperti konveksi yang terdapat di Kelurahan Setia, tepatnya di Binjai Kota berawal pada tahun 1980 dan hampir seluruh warga di Kelurahan Setia membuka usaha konveksi. Namun seiring berjalannya waktu usaha konveksi mengalami kemunduran pada tahun 2000-an sehingga pemilik usaha konveksi yang mampu bertahan hanya 12 usaha. Mayoritas pemilik usaha konveksi di Kota Binjai merupakan etnis Minang yang sudah lama tinggal di Kelurahan Setia. Usaha konveksi ini terbagi menjadi 2 yaitu usaha konveksi kodian dan usaha konveksi upahan yang mana kebanyakan usaha konveksi di Kelurahan Setia adalah usaha konveksi upahan. Membuka usaha konveksi mengeluarkan modal besar sekitar Rp.20.000.000,- sampai Rp.85.000.000,-. Pemilik usaha juga menetapkan harga produksi sekitar Rp.3.000 s/d Rp.5.000/potong baju. Jika dihitung dalam sebulan pakaian yang dihasilkan sebanyak 1.000 potong, yang mana 1 potong pakaian dihargai Rp.5.000,- maka Rp.5.000.000x12 bulan = Rp 60.000.000/tahun. Usaha di Kelurahan Setia yang memberikan keuntungan ini banyak memproduksi baju kemeja pria, kemeja seragam sekolah tingkat SD, SMP, SMA, celana panjang pria, gorden dan lainnya.

Pola perekrutan tenaga kerja usaha konveksi berasal dari masyarakat Kota Binjai atau adanya kesamaan asal dalam suatu tempat tinggal seperti tenaga kerja tetangga. Usaha konveksi ini mempekerjakan 5 sampai 10 orang. Dalam usaha konveksi terdapat 2 jenis tenaga kerja:

1. Tenaga kerja dalam, merupakan tenaga kerja yang bekerja di tempat usaha konveksi dan telah mengikuti ketentuan yang berlaku, misalnya pada jam kerjanya telah ditentukan dari mulai bekerja sampai selesai bekerja.

2. Tenaga kerja luar, merupakan tenaga kerja yang pekerjaannya dilakukan di rumah masing-masing dan pemilik usaha memberikan bahan yang akan dijahit dengan model dan ukuran


(16)

Mempekerjakan tenaga kerja tetangga dapat memudahkan hubungan kerjasama, komunikasi, mempercayai dan saling membutuhkan antara pemilik dan tenaga kerja. Keterlibatan tenaga kerja tetangga ini tidak kalah penting, karena tenaga kerja merupakan ujung tombak dari kemajuan sebuah usaha. Melibatkan tenaga kerja tetangga dapat meningkatkan pendapatan usaha maupun penghasilan ekonomi pemiliknya begitu juga dengan tenaga kerjanya dan bekerja sama dengan tenaga kerja tetangga lebih pada menjaga hubungan silaturahmi dengan baik dan saling menghargai satu sama lain. Keterlibatan tenaga kerja tetangga dalam meningkatkan usaha konveksi lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan (ibu rumah tangga), karena pekerjaan ini membutuhkan ketelatenan, kesabaran, dan ketrampilan sedangkan pekerja laki-laki hanya bekerja pada bagian memotong dan mengukur pola (mode) bahan jahitan.

Usaha ini memulai aktivitasnya dari jam 08.00 Wib sampai 17.00 Wib. Upah dari tenaga kerja dihitung perminggu tergantung dari jumlah jahitan yang telah diselesaikan. Hasil jahitan per potong baju diupah Rp.1.300,- yang diberikan setiap 1 minggu sebesar Rp.100.000 s/d Rp.150.000,-. Pembagian kerja di usaha konveksi berbeda-beda mulai dari bagian lipat, memasang kancing, jahit kerah, jahit badan, menggosok dan lainnya.

Usaha konveksi ini sudah diwariskan oleh orang tua mereka hingga sampai generasi saat ini. Keahlian menjahit yang mereka dapatkan bukan dari kursus menjahit melainkan dari anggota keluarga. Pemilik usaha konveksi yang turun – temurun ini mampu mengembangkan usahanya secara kreatif dengan memanfaatkan modal yang dipergunakan dengan sebaik-baiknya sehingga mendapatkan keuntungan bagi usaha maupun penghasilan pemiliknya. Menurut Ibu Fadillah“menggunakan tenaga kerja tetangga atau dari keluarga sendiri merupakan komponen terdekat untuk saling bekerja sama dalam mengembangkan usaha industri kecil, sehingga memberikan hasil produk yang lebih bermutu dan berkualitas. Selain


(17)

itu, tenaga kerja dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja bagi pemilik usaha dan mencerminkan saling keterbukaan antara satu sama lain serta dapat meringankan beban ekonomi warga sekitar atau pihak keluarga yang bekerja di usaha konveksi’’.

Dilihat dalam penelitian T.Yordan (2007) yang berbeda dalam penelitian diatas, menjelaskan bahwa modal sosial yang ada pada komunitas bertetangga di Kota Binjai kurang memiliki korelasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mandiri dalam meningkatkan kesejahteraannya. Berbagai modal yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota komunitas tidak dipakai semaksimal. Misalnya pada organisasi PKK atau Desa Wisma, di mana organisasi ini merupakan koperasi simpan pinjam dalam membantu persoalan keuangan anggotanya ketika dibutuhkan. Ketetanggaan di Kota Binjai dimaknai juga oleh warga sebagai kehidupan bersama, menjunjung nilai-nilai keharmonisan dan kebaikan dan disisi lain warga tidak memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki kemampuan dalam membangun lingkungan dan kotanya bahkan modal sosial yang ada tidak diketahui oleh warga. Hal ini terjadi karena tidak adanya nilai yang menjadi acuan bersama. Tidak hanya itu, kaum perempuan memiliki peran sentral dalam pembangunan dan pendayagunaan modal sosial. Karena kehidupan sosiabilitas bertetangga sehari-hari dilakukan oleh kaum perempuan, termasuk dalam hal berorganisasi.

Berdasarkan hal ini penelitian yang dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan dan keuntungan dalam menggunakan jaringan tetangga sebagai tenaga kerja dalam usaha konveksi dan peneliti juga tertarik dengan penelitian ini, dikarenakan belum ada yang meneliti mengenai jaringan tetangga sebagai tenaga kerja dalam usaha home industri, khususnya usaha konveksi.


(18)

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dilatar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang diteliti adalah :

1. Bagaimana pemanfaatan menggunakan jaringan tenaga kerja tetangga dalam usaha industri konveksi di Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota?

2. Bagaimana keuntungan menggunakan jaringan tenaga kerja tetangga dalam usaha industri konveksi di Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang diharapkan menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa serta melihat jaringan tenaga kerja tetangga dengan pemilik usaha yang terbangun di usaha konveksi dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Hal ini dimaksud untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah-masalah secara menyeluruh yang terjadi dalam usaha konveksi.

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan saling menguntungkan dan pemanfaatannya menggunakan tenaga kerja tetangga dalam memajukan usaha industri konveksi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan kepada peneliti lain sebagai bahan perbandingan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini dalam bidang Ilmu Sosiologi tertentu terutama bidang sosiologi


(19)

ekonomi khususnya sektor informal dan sosiologi industri. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah rujukan bagi mahasiswa Sosiologi Fisip USU mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis

Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

1.5. Definisi Konsep

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jaringan sosial, menurut George Ritzer (2004:382), merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak individu dalam suatu kelompok atau kelompok ataupun suatu kelompok dan kelompok lainnya. Dalam penelitian ini jaringan sosial adalah hubungan yang terbentuk baik antara pemilik usaha dalam mempekerjakan tenaga kerja tetangga dan memungkinkan akan terciptanya suatu jalinan yang saling menguntungkan satu sama lain.

2. Industri kecil, Menurut Irianto dalam jurnal online Muzamil, Misbach (2011:01), merupakan suatu basis yang cukup besar dalam menunjang ekspor non migas dan

memperkuat struktur industri transformasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industri kecil mempunyai peranan yang cukup kuat untuk mendorong kearah yang lebih berkembang, melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penyerapan industri dalam rangka mengantisipasi ketimpangan perekonomian di perkotaan. Keberadaan industri kecil mampu menciptakan kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat usaha. ( Muzamil, Misbach. 2011. Ekonomi, UMKM dan


(20)

Koperasi (online). diakses pada 25 Maret 2012).

3. Tetangga adalah orang-orang yang kediamannya atau tempat tinggalnya saling berdekatan baik tetangga tersebut yang muslim atau kafir, ahli ibadah, teman maupun musuh.

4. Tenaga Kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja ini meliputi 2 bagian:

4.1. Tenaga kerja dalam adalah tenaga kerja yang bekerja di tempat usaha konveksi dan telah mengikuti ketentuan yang berlaku, misalnya pada jam kerjanya telah ditentukan mulai bekerja sampai selesai bekerja. 4.2. Tenaga kerja luar adalah tenaga kerja yang pekerjaannya dilakukan di

rumah masing-masing dan pemilik usaha konveksi memberikan bahan yang akan dijahit dengan model dan ukuran yang sesuai dengan pesanan pemilik usaha konveksi.

5. Pemilik usaha konveksi adalah seseorang yang memiliki usaha industri kecil dan mengatur segala sesuatu kebutuhan produksi bahan baku dan kebutuhan lainnya.

6. Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar (unregisted). Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil, kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, akses, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat upah yang juga relative lebih rendah dibandingkan sektor formal.

7. Pelanggan adalah orang-orang yang kegiatannya membeli atau menggunakan suatu produk, baik barang maupun jasa secara terus menerus dan membina hubungan baik dengan orang lain khususnya dalam bidang usaha.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2002:157). Melalui jaringan sosial, individu-individu ikut serta dalam tindakan yang respositas (hubungan timbal-balik) dan melalui hubungan ini pula diperoleh keuntungan yang saling memberikan apa yang dibutuhkan satu sama lain.

Analisis jaringan sosial lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kelompok berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka khususnya berperilaku (Wafa, 2006:162). Analisis jaringan sosial memulai dengan gagasan sederhana namun sangat kuat, bahwa usaha utama dalam kajian sosiologis adalah mempelajari struktur sosial dalam menganalisis pola ikatan yang menghubungkan anggota-anggota kelompoknya. Granovetter melukiskan hubungan ditingkat mikro itu seperti tindakan yang melekat dalam hubungan pribadi konkrit dan dalam struktur (jaringan sosial). Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektivitas) mempunyai akses terhadap sumber daya yang bernilai seperti kekayaan, kekuasaan, dan informasi (Ritzer, 2006:383).

Menurut Wellman dalam Ritzer dan goodman (2006:384) dalam teori jaringan sosial terdapat sekumpulan prinsip-prinsip yang berkaitan logis, yaitu sebagai berikut:

1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian dengan intensitas yang semakin besar atau semakin kecil.


(22)

2. Ikatan antar individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas. 3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non-acak. Disatu pihak, jaringan adalah transitif, bila ada ikatan antara A dan B dan C, ada kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, dan C. Akibatnya adalah bahwa lebih besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, B, dan C.

4. Adanya kelompok jaringan yang menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu.

5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur didalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdisribusikan secara tidak merata.

6. Dengan adanya distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerjasama maupun kompetisi. Beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan kerjasama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperebutkannya.

Jaringan sosial yang terbentuk dalam usaha konveksi merupakan modal terpenting untuk mempertahankan kelangsungan usaha industri kecil, khususnya usaha konveksi yang membangun jaringan sosial antara pemilik usaha dengan tenaga kerja. Membangun jaringan sosial dengan mempekerjakan tenaga kerja dari pihak keluarga yang sedarah, saudara sepupu dan tetangga yang rumahnya dekat lokasi usaha membuat proses kerjasama dapat mudah dilakukan, karena adanya saling mengenal satu sama lain. Jaringan sosial yang terbentuk ini akan membuat pemilik usaha dan tenaga kerja pihak keluarga dan tetangga dapat memberikan peningkatan pendapatan usaha serta membantu memajukan usaha konveksi menjadi lebih baik agar dapat bertahan lama. Tenaga kerja yang saling mengenal satu sama lain ini juga dapat mempermudah pemilik usaha untuk meminta tenaga kerjanya melakukan lembur atau menambah jam kerja di usaha konveksi, saat pesanan menjahit meningkat dari pelanggan.


(23)

2.2. Jaringan Tenaga Kerja Tetangga Dalam Kewiraswastaan Usaha Konveksi Di Kota Binjai

Jaringan tenaga kerja usaha konveksi di Kota Binjai menggunakan jaringan tetangga, dimana merupakan sebuah komunitas yang telah lama dan menetap di tempat yang sama dan saling mengenal satu sama lain. Menggunakan tenaga kerja tetangga atau warga sekitar, khususnya ibu-ibu rumah tangga dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan menjalin hubungan baik antar pemilik dan tenaga kerja. Walaupun ada juga bantuan pihak keluarga yang terlibat dalam usaha tidak memungkinkan pemilik usaha untuk menerapkan sistem kekeluargaan dalam usaha, agar saling bekerjasama dan memberikan hasil produk bermutu dan berkualitas. Mempekerjakan tenaga kerja tetangga harus memiliki ketrampilan menjahit dan ketelitian dalam mengerjakan jahitan. Menggunakan tenaga kerja tetangga juga membuat pemilik usaha menjalin komunikasi dan keterbukaan dalam usaha, agar tidak ada kesalahpahaman dalam usaha konveksi.

Penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Wong dalam Suwarsono dan Alvin (2006:58), menjelaskan bahwa tenaga kerja menggunakan pranata family (keluarga) pada tradisional Cina. Penyataan Wong tersebut dalam familisme dan kewiraswastaan mengenai pranata keluarga tradisional Cina terhadap pembangunan ekonomi terasa berlebihan dan menguji secara tekun pranata keluarga terhadap organisasi internal dari berbagai badan usaha milik etnis Cina di HongKong, khususnya melalui ideologi dan praktik manajeman paternalistik, tenaga kerja keluarga, dan pemilikan keluarga. Dalam hal ini melihat bahwa kebanyakan etnis Cina hanya akan meminta bantuan tenaga kerja keluarga pada saat-saat yang amat kritis dan hubungan kekeluargaan pada umumnya hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan personalia pada perusahaan. Tenaga kerja keluarga ini juga diharapkan untuk bekerja lebih keras akan tetapi dengan upah yang lebih rendah, sehingga membantu kuatnya posisi bersaing di perusahaan keluarga. Jika terjadi perselisihan antar


(24)

keluarga, bentuk akhir yang dipilih lebih cenderung pada pembagian keuntungan dibandingkan perpecahan fisik dalam hubungan keluarga. Dengan ciri pranata keluarga seperti ini, menegaskan bahwa perusahaan keluarga etnis Cina memiliki kemampuan bersaing yang bisa diandalkan dan dapat ditemukan “satu kepercayaan antar anggota keluarga yang jauh lebih tinggi dibanding dengan yang ditemukan diantara rekan usaha mereka yang tidak dikenal secara baik satu sama lain’’.

2.3. Trust ( Kepercayaan )

Kepercayaan merupakan unsur penting dalam modal sosial yang mana merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga suatu kepercayaan, orang-orang bisa bekerja sama secara efektif. Social Capital adalah kapibilitas yang muncul dari kepercayaan umum didalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu darinya. Social Capital bisa dilembagakan dalam kelompok sosial yang paling kecil dan paling mendasar. Demikian juga kelompok-kelompok masyarakat yang paling besar, Negara, dan dalam seluruh kelompok lain yang ada diantaranya (Fukuyama, 2002:37).

Kepercayaan memiliki dampak positif terhadap peningkatan perkembangan usaha konveksi artinya antara pemilik usaha dan tenaga kerja memiliki kepercayaan (saling mempercayai) satu sama lain sehingga akan memudahkan untuk bekerjasama berjalan dengan lancar tanpa ada yang dikhawatirkan. Kepercayaan yang dibangun pemilik usaha dengan tenaga kerja pihak keluarga yang sedarah atau saudara sepupu maupun tetangga ini, akan mempermudah hubungan kerjasama dalam usaha konveksi dan tidak sulitnya menjalin komunikasi, karena sudah adanya saling mengenal satu sama lain. Menjalin kepercayaan dengan tenaga kerja dari pihak keluarga maupun tetangga akan menjadi sebuah perekat bagi kemajuan usaha, seperti pemilik usaha percaya bahwa tenaga kerjanya akan menyelesaikan


(25)

jahitan dengan tepat waktu tanpa ada kesalahan dan percaya tenaga kerja dari keluarga atau tetangga akan bertanggung jawab atas pekerjaan yang sudah dipilihnya masing-masing.

Menjalin kepercayaan dengan tenaga kerja tetangga maupun pihak keluarga tidak muncul begitu saja tanpa adanya proses hubungan antar pribadi dari aktor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama. Hubungan kepercayaan bukanlah merupakan barang baku (tidak berubah) tetapi sebaliknya, kepercayaan terus menerus ditafsirkan dan dinilai oleh orang-orang yang terlibat dalam hubungan ekonomi. Dasar sebuah kepercayaan dalam hubungan ekonomi akan menghasilkan ikatan nilai-nilai yang disepakati, agar menciptakan hubungan jaringan sosial yang semakin solid.

Adanya sebuah kepercayaan yang terjalin memudahkan hubungan saling kerjasama dan saling menguntungkan (mutual benefit), sehingga mendorong timbulnya hubungan resiprosikal atau timbal balik antar pihak yang terlibat. Hubungan kerjasama tersebut akan menyebabkan social capital yang dapat melekat kuat dan bertahan lama. Diantara orang-orang yang melakukan hubungan tersebut akan mendapatkan keuntungan secara timbal balik dan tidak memungkinkan salah satu pihak merasa dirugikan ( Wafa, 2006:46 ).

Coleman, dalam (Wafa, 2006:60) menegaskan bahwa kelangsungan setiap transaksi modal sosial ditentukan adanya terjaga kepercayaan (amanah kepercayaan) dari pihak-pihak yang terlibat. Artinya hubungan transaksi antara manusia sebagai individu maupun kelompok baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, hanya mungkin terjadi apabila kepercayaan atau rasa saling percaya dari pihak-pihak yang melakukan interaksi. Individu yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi memungkinkan terciptanya organisasi-organisasi bisnis yang fleksibel yang mampu bersaing dalam ekonomi global.


(26)

2.4. Hubungan Sosial

Hubungan Sosial adalah suatu kegiatan yang menghubungkan antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan kerjasama yang cukup tinggi, keakraban, serta keramahan. Pandangan dari Emerson dalam hubungan sosial ini menjelaskan bagaimana kekuasaan dan pengaruh diantara atasan dan bawahan yang dikondisikan pada ketersediaan mitra-mitra hubungan dari kedua pihak sehingga menghasilkan sumber-sumber yang bernilai. Hubungan-hubungan sosial tersebut cenderung menimbulkan perasaan tanggung jawab personal, rasa hormat, kepercayaan yang tidak dapat dihasilkan oleh pola hubungan atas dasar perhitungan ekonomis. Perhitungan ekonomis adalah hal penting untuk melihat kualitas hubungan antara atasan dan bawahan ( Ery Tri Djatmika. 2008. Pengaruh Variabel Hubungan Atasan-Bawahan terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional. (Online) (http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 22058188.pdf diakses pada 26 Maret 2012 ).

Adapun faktor pendorong dan faktor penghambat dalam hubungan sosial menurut Nanik Djamil (2012: 2-3) antara lain:

A. Faktor Pendorong Hubungan Sosial

Hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor pendorong terjadinya hubungan sosial dalam suatu masyarakat tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Kesamaan asal ( daerah ) atau bahasa

Orang-orang yang berasal dari suatu daerah atau bahasa yang sama akan menjadi pendorong individu-individu melakukan hubungan sosial.


(27)

2. Kesamaan agama

Kesamaan agama mendorong masyarakat melakukan hubungan sosial, walaupun diantara mereka terdapat perbedaan dari segi etnis bahasa, bahkan tempat tinggal yang jauh.

3. Hubungan keluarga

Adanya hubungan keluarga mengharuskan orang-orang yang memiliki ikatan keluarga melakukan hubungan sosial.

4. Hubungan kerja

Adanya hubungan kerja menyebabkan timbulnya hubungan sosial di antara individu-individu yang memiliki hubungan kerja.

5. Kesamaan ideologi

Adanya kesamaan ideologi yang terdapat di dalam masyarakat membentuk hubungan sosial yang diwujudkan dalam sebuah organisasi.

6. Kesamaan kepentingan

Setiap individu atau masyarakat yang memiliki kesamaan kepentingan akan melakukan hubungan sosial untuk mempermudah mencapai tujuannya.

7. Kesamaan tempat tinggal

Orang-orang yang berada pada domisili ( tempat tinggal ) yang sama melakukan hubungan sosial karena sesama tetangga atau satu daerah.

8. Saling membutuhkan

Adanya keperluan yang saling membutuhkan mendorong individu atau masyarakat melakukan hubungan sosial.


(28)

B. Faktor Penghambat Hubungan Sosial

Faktor-faktor penghambat terjadinya hubungan sosial dalam masyarakat dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menghambat terjadinya hubungan sosial antara lain :

1. Hambatan sosiologis

Hambatan sosiologis terjadi karena adanya perbedaan golongan pada masyarakat yang dapat berupa perbedaan sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan dan sebagainya. Misalnya orang yang miskin akan merasa kesulitan untuk melakukan hubungan sosial yang harmonis dengan orang yang kaya.

2. Hambatan antropologis

Hambatan antropologis terutama terjadi karena perbedaan ras, kebudayaan dan bahasa.

3. Hambatan psikologis

Hambatan psikologis disebabkan karena kita kurang mengenal aspek psikologis atau kondisi kejiwaan dari orang lain. Hubungan sosial akan sulit tercipta jika kondisi psikologis orang tersebut sedang terganggu, misalnya sedih, marah, kecewa, bingung, merasa iri hati, dan lainnya.

4. Hambatan ekologis

Hambatan ekologis terjadi karena gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya hubungan sosial. Misalnya kondisi cuaca, letak geografis suatu daerah, kondisi lingkungan dan sebagainya. ( Nanki jamil. 2012. Bentuk-bentuk hubungan sosial mengenai faktor pendorong dan faktor penghambat.


(29)

(online).(htt sosial) diakses pada 26 Maret 2012).

2.5. Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga dikategorikan sebagai industri kecil, yang mana proses atau aktivitas sehari-hari industri melibatkan tenaga kerja yang mayoritas berasal dari daerah setempat. Penyerapan tenaga kerja jelas menciptakan situasi yang positif, dimana secara tidak langsung keberadaan industri telah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Usaha industri ini merupakan usaha yang mempunyai resiko yang cukup tinggi, karena usaha industri merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dari barang mentah menjadi barang jadi atau dari barang setengah jadi menjadi barang jadi. Usaha rumah tangga terdapat 3 hal yang mendukung kemajuan usaha yaitu modal, sumber daya manusia, kualitas produksi dan pemasaran ( Ismada. 2012. Jaringan Sosial Ekonomi Pengrajin Pandai Besi Kelurahan Massape, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang. (online). (http: repository.unhas.ac.id/bitstream/.../isi%20skripsi.docx, diakses pada 14 Januari 2012).

2.6. Sektor Informal

Istilah sektor informal menurut Keith Hart, yang menjelaskan sektor informal adalah bagian dari angkatan kerja kota yang berada di luar pasar tenaga kerja terorganisasi. Ada beberapa karakteristik yang dapat dikategorikan sebagai usaha sektor informal, antaranya adalah sebagai berikut ini :

1. Mudah untuk dimasuki.

2. Bersandar pada sumber daya lokal. 3. Usaha milik sendiri.


(30)

6. Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal.

Pada umumnya usaha sektor informal tidak mempunyai ijin usaha dan untuk bekerja di sektor informal lebih mudah dari pada bekerja di sektor formal. Tingkat penghasilan di sektor informal umumnya rendah. Walaupun tingkat keuntungan terkadang cukup tinggi, akan tetapi karena omset penjualan relatif kecil, keuntungan absolute menjadi kecil. Keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil dan usaha sektor informal sangat beraneka ragam. Usaha sektor informal pada umumnya tersebar pada kegiatan industri mikro, kecil dan menengah ( Denny Wahyudi, S.Sos. 2011. Studi Tenaga Kerja Informal Pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Kutai Kartanegara. (online) 08 Maret 2012 ).


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memahami permasalahan yang diteliti sehingga diharapkan dapat memberikan penjelasan yang mendalam tentang permasalahan yang diteliti. Penelitian kualitiatif menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dan apa yang diamati dan juga untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian ( Bungin, 2007:36 ). Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data yang mengenai pemanfaatan jaringan tetangga sebagai tenaga kerja usaha industri konveksi. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat individu secara detail serta berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan terhadap usaha industri konveksi di Jln. Imam Bonjol, Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota. Alasan peneliti memilih daerah ini adalah dikarenakan masyarakatnya memiliki usaha industri yang bergerak dibidang konveksi dan melihat kondisi terbentuknya pemanfaatan tenaga kerja tetangga serta keuntungan yang didapat dalam mempekerjakan tenaga kerja tetangga tersebut.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Adapun unit analisis dalam penelitian pemanfaatan jaringan tetangga sebagai tenaga kerja dalam usaha industri di Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota sekitar 12 informan, yang terdiri dari pemiilik usaha konveksi, tenaga kerja dalam dan tenaga kerja luar.


(32)

3.3.2. Informan

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu para pemilik usaha konveksi dan tenaga kerja di usaha konveksi yang telah lama bekerja, setidaknya lebih dari tiga tahun. Adapun kategori informan dari penelitian ini yaitu:

1. Pemilik usaha konveksi, merupakan orang yang memiliki usaha konveksi. 2. Tenaga kerja dalam, antara lain bagian potong bahan, bagian jahit lipat,

bagian jahit badan, bagian jahit lubang, bagian jahit kerah, bagian jahit pinggir, bagian jahit khusus gorden, menggosok, memgemas, memasang merk dan lainnya.

3. Tenaga kerja luar, seperti bagian menjahit badan, jahit lipat dan jahit pinggir dari tempat usaha konveksi atau dilakukan di rumah masing-masing dengan memberikan bahan baku yang akan dijahit dengan waktu yang telah ditentukan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

A. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara secara mendalam. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut :

1. Observasi atau Pengamatan

yaitu kegiatan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit.


(33)

Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Observasi ini ditunjukan untuk melihat, mencari data dan mengamati kegiatan atau pemanfaatan jaringan tetangga sebagai tenaga kerja usaha industri konveksi(Bungin, 2007:115).

2. Wawancara mendalam

yaitu proses tanya jawab secara langsung ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara atau pedoman wawancara serta menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder jika memang dibutuhkan untuk memudahkan peneliti menangkap keseluruhan informasi yang diberikan informan. Wawancara terhadap informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang kehidupan sosial ekonomi para pemilik usaha, pemanfaatan jaringan tenaga kerja tetangga sebagai tenaga kerja usaha industri, serta keuntungan jaringan tenaga kerja tetangga di usaha industri konveksi untuk mempertahankan usahanya.

3. Studi kepustakaan

yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku ataupun dokumen-dokumen lain yang mendukung penelitian ini.

B. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian


(34)

kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, koran, majalah, jurnal dan bahan dari situs-situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi Data

Data yang dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan. Pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan (observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar foto, dan lain sebagainya.

Data-data tersebut setelah dipelajari, dibaca, dan ditelaah maka selanjutnya adalah mengelompokkannya data yang dilakukan dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang terperinci dan menelaah pernyataan-pernyataan yang diperlukan sehingga tetap berada dalam fokus penelitian.

Selanjutnya menyusun data-data yang ada kedalam hasil atau kesimpulan yang baik. Berbagai kategori di kaitkan dengan lainnya dan diinterpretasikan secara kualitatif. Proses ini telah dilakukan sejak awal penulisan proposal, sehingga selesainya penelitian ini akan diperoleh penulisan yang baik.


(35)

3.6. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

Pra Survey √

Acc judul √

Penyusunan proposal √ √ √ √ √ Seminar Proposal

Revisi proposal √ √ √

Penelitian lapangan √ √ √

Pengumpulan dan analisis data

√ √ √

Bimbingan skripsi √ √ √

Penulisan laporan √ √

Sidang meja hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Kendala lainnya adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan, hal ini disebabkan pada saat bulan puasa pemilik usaha banyak menerima pesanan jahitan sehingga peneliti harus mencari waktu yang pas untuk mewawancarinya dan sulitnya keterbukaan pemilik usaha kepada peneliti. Kebanyakan pemilik usaha hanya mau mewawancarai dengan peneliti yang


(36)

ingin memberikan keuntungan usahanya seperti memberikan bantuan berupa modal atau bantuan lainnya yang dapat meringankan beban di usaha konveksi mereka.

Tempat penelitian mengalami kerusuhan antar warga sekitar lokasi usaha konveksi dengan warga lainya, sehingga mengakibatkan akses jalan ditutup untuk sementara waktu sampai kondisi kembali normal. Hal ini membuat peneliti harus menunda melakukan wawancara kepada pemilik usaha konveksi sampai keadaan kembali normal. Jika dipaksakan olrh peneliti akan berakibat buruk baginya. Tidak hanya kondisi lokasi usaha yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya penelitian melainkan peneliti juga kesulitan untuk mewawancarai tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja luar, karena mereka selalu memberikan alasan tidak ada waktu atau banyak pekerjaan yang belum selesai. Begitu juga tenaga kerja luar yang waktunya tidak bersamaan, saat mereka mengambil bahan jahitan ketempat pemilik usaha. Sehingga peneliti memutuskan untuk menemui tenaga kerja luar di rumah mereka masing-masing.

Keterbatasan peneliti lainnya adalah keterbatasan referensi buku atau jurnal yang sedikit dikuasai peneliti. Walaupun begitu peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini dengan semaksimal mungkin agar data yang dicapai dapat diperoleh oleh peneliti.


(37)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN PROFIL INFORMAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Setia yang terletak di Kecamatan Binjai Kota. Dimana Kecamatan Binjai Kota terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Berngam

2. Kelurahan Satria

3. Kelurahan Setia

4. Kelurahan Kartini

5. Kelurahan Tangsi

6. Kelurahan Binjai

7. Kelurahan Pekan Binjai

Di Imam Bonjol tepatnya di Kelurahan Setia merupakan tempat yang penduduknya memiliki usaha konveksi. Usaha konveksi juga bermacam-macam adanya mulai dari menjahit pakaian sekolah, pakaian kemeja sampai menjahit gorden serta perlengkapan rumah tangga lainnya. Usaha ini juga sudah ada sejak tahun 1980 dan usaha ini pernah mengalami kemunduran saat moneter menerpa Negara Indonesia. Disaat itulah pemilik usaha konveksi harus bangkit dari keterpurukan yang merugikannya serta pemilik usaha dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kelurahan Setia.


(38)

Wilayah Kota Binjai yang luasnya sebesar 90,23 km di kelilingi oleh Kabupaten Deli Serdang. Batas Area di sebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.

Berdasarkan sejarahnya, asal usul Kota Binjai terletak di antara dua kerajaan Melayu ya yang kecil terletak di pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai. Upacara adat pembukaan kampung diadakan di bawah Mangifera caesia) dengan diameter batang yang cukup besar dan terletak di pinggir Sungai Binjai yang bermuara ke

Di sekitar pohon Binjai yang besar dibangun beberapa rumah yang lama-kelamaan menjadi luas dan akhirnya berkembang menjadi bandar atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh pendatang dari akhirnya melekat menjadi nama Kota Binjai. Konon pohon Binjai adalah sejenis pohon Perjuangan pada tahun 1945 yang menjadi lambang pintu gerbang Kota Binjai untuk menyambut kedatangan pengunjung dari luar kota.

4.2. Letak Dan Batas Wilayah

Kelurahan Setia berbatasan dengan Kelurahan Pahlawan di sebelah Utara dan di sebelah Timur berbatasan dengan sungai mencirim dan di sebelah Barat berbatasan dengan sungai bangkatan dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Setia. Kelurahan Setia yang terletak di Kecamatan Binjai Kota berjarak sekitar ± 1 Km dari Pusat Pemerintahan


(39)

Kota Binjai yang memiliki luas wilayah ± 36 hektar persegi. Secara Geografis Kota Binjai berada pada 3031’40’’-3040’2’’ Lintang Utara dan 98027’3’’- 98032’32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m di atas permukaan laut.

Secara geografis Kelurahan Setia cukup strategis, karena Kelurahan Setia terletak di Kecamatan Binjai Kota yang merupakan pusat dari Pemerintahan Kota Binjai. Kelurahan Setia terletak diantara dua sungai besar yang membelah Kota Binjai, yaitu sungai mencirim dan sungai bangkatan.

Wilayah Kota Binjai terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Barat yang terbagi atas 37 Kelurahan, dengan perincian sebagai berikut:

4.2.1. Kecamatan Binjai Selatan terdiri dari 8 (delapan) kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Tanah Merah

2. Kelurahan Binjai Estate

3. Kelurahan Tanah Seribu

4. Kelurahan Pujidadi

5. Kelurahan Rambung Dalam

6. Kelurahan Rambung Barat

7. Kelurahan Rambung Timur


(40)

4.2.2. Kecamatan Binjai Kota terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Berngam

2. Kelurahan Satria

3. Kelurahan Setia

4. Kelurahan Kartini

5. Kelurahan Tangsi

6. Kelurahan Binjai

7. Kelurahan Pekan Binjai

4.2.3. Kecamatan Binjai Timur terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan sebagai berikut:

1. Kelurahan Mencirim

2. Kelurahan Tunggoruno

3. Kelurahan Timbang Langkat

4. Kelurahan Tanah Tinggi

5. Kelurahan Sumber Muliarejo

6. Kelurahan Dataran Tinggi


(41)

4.2.4. Kecamatan Binjai Utara terdiri dari 9 (sembilan) Kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Pahlawan

2. Kelurahan Jatinegara

3. Kelurahan Nangka

4. Kelurahan Jati Karya

5. Kelurahan Damai

6. Kelurahan Kebun Lada

7. Kelurahan Cengkeh Turi

8. Kelurahan Jati Makmur

9. Kelurahan Jati Utomo

4.2.5. Kecamatan Binjai Barat terdiri dari 6 (enam) Kelurahan sebagai berikut:

1. Kelurahan Bandar Sinembah

2. Kelurahan Limau Mungkur

3. Kelurahan Limau Sundai

4. Kelurahan Paya Roba

5. Kelurahan Suka Maju


(42)

Denah Atau Peta Lokasi Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota

4.3. Keadaan Penduduk

Kelurahan Setia memiliki luas ±34,75 hektar. Kelurahan Setia terdiri dari 6(enam) lingkungan, masing-masing lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala Lingkungan. Kelurahan Setia berpenduduk 4397 Jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1043 Kepala Keluarga. Di antara seluruh penduduk Kelurahan Setia tersebut terdapat 326 Kepala Keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga kurang mampu (penduduk miskin). Mata pencaharian penduduk Kelurahan Setia sebagian besar merupakan pedagang atau wiraswasta, selebihnya memiliki pekerjaan antara lain pegawai negeri, supir, pekerja bangunan, guru, dan


(43)

lainnya. Mayoritas masyarakat Kelurahan Setia berpendidikan strata satu (S1). Hal ini dimungkinkan karena masyarakat di Kelurahan Setia sudah mulai menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Dapat dikategorikan pendidikan masyarakat di Kelurahan Setia cukup baik serta penduduk di Kelurahan Setia mayoritas menganut agama islam yang kemudian disusul oleh penganut agama Budha, Kristen Protestan, dan Hindu.

Organisasi masyarakat yang terbentuk dalam lembaga kemasyarakatan di Kelurahan Setia adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

3. Organisasi Politik (Partai Politik)

4. Organisasi Kepemudaan

5. Majelis Taklim

6. Kelompok Gotong Royong

Organisasi yang terbentuk dalam kelembagaan ekonomi yaitu lembaga yang meningkatkan tingkat perekonomian di Kelurahan Setia adalah sebagai berikut:

1. Koperasi

2. Industri Kerajinan Rumah Tangga

3. Industri Makanan


(44)

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk

Berdasarkan data Kelurahan pada tahun 2011, maka dapat diketahui jumlah penduduk Kelurahan Setia adalah sebanyak 4.397 Jiwa. Menurut jenis kelaminnya, jumlah penduduk tersebut terbagi lagi atas jenis kelamin laki-laki 1.713 jiwa dan perempuan sebanyak 2.684 jiwa. Terlihat bahwa penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 1.713 orang 39 %

2 Perempuan 2.684 orang 61 %

Jumlah 4.397 orang 100 % Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011

4.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data Kelurahan pada tahun 2011, maka dapat diketahui jumlah kelamin Kelurahan Setia pada umur 0-24 jumlah kelamin laki-laki sebanyak 642 orang dan jumlah kelamin perempuan pada umur 0-24 sebanyak 1041 orang. Pada umur 25-49 jumlah kelamin laki-laki sebanyak 658 orang dan jumlah kelamin perempuan pada umur 25-49 sebanyak 879 orang. Pada umur 50-75+ jumlah kelamin laki-laki sebanyak 239 orang dan jumlah kelamin perempuan pada umur 50-75+ sebanyak 370 orang.


(45)

Tabel 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Umur Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Jumlah % Jumlah %

1 0-4 103 7 % 205 9 %

2 5-9 81 5 % 136 6 %

3 10-14 137 9 % 223 10 %

4 15-19 130 8 % 213 9 %

5 20-24 190 12 % 264 11 %

6 25-29 188 12 % 327 14 %

7 30-34 130 8 % 134 6 %

8 35-39 142 9 % 138 6 %

9 40-44 100 7 % 125 5 %

10 45-49 98 6 % 155 7 %

11 50-54 81 5 % 154 6 %

12 55-59 103 7 % 167 7 %

13 60-64 25 2 % 20 1 %

14 65-69 10 1 % 15 1 %

15 70-75 12 1 % 8 1 %

16 75+ 8 1 % 6 1 %

Jumlah 1538 orang 100 % 2290 orang 100 % Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011


(46)

4.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Keberagaman etnis para penduduk Kelurahan Setia ini juga menggambarkan berbagai jenis agama yang diyakini oleh penduduk setempat. Komposisi penduduk daerah Kelurahan Setia jika dilihat berdasarkan agama, maka terdapat 4 jenis agama yang terdapat di Kelurahan Setia, Yaitu Agama Islam sebanyak 4.096 orang, Kristen katolik 136 orang, Hindu 20 orang, dan budha 145 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1 Islam 4.096 orang 93 %

2 Kristen protestan 136 orang 3 %

3 Hindu 20 orang 1 %

4 Budha 145 orang 3 %

Jumlah 4.397 orang 100 %

Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011

4.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

Penduduk Kelurahan Setia terdiri dari berbagai etnis yang berbeda, hal ini terkait dengan kondisi Kota Binjai sebagai potensi pendukung bidang usaha potensial. Walaupun dengan etnis yang berbeda-beda penduduknya tetap hidup rukun dan damai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel bawah ini:


(47)

Tabel 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

No Etnis Jumlah %

1 Jawa 93 orang 2 %

2 Melayu 76 orang 2 %

3 Karo 184 orang 4 %

4 Batak toba 198 orang 4 %

5 Mandailing 32 orang 1 %

6 Minang 2.701 orang 61 %

7 Nias 84 orang 2 %

8 India/Tamil 21 orang 1 %

9 Tionghoa 1.008 orang 23 %

Jumlah 4.397 orang 100 %

Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa penduduk Kelurahan Setia terdiri dari 9 etnis dengan total jumlah penduduk sebanyak 4.397 jiwa. Bisa dikatakan jumlah etnis ini menunjukkan bahwa di Kelurahan Setia terdiri dari beragam etnis, meskipun pada umumnya didominasi oleh etnis minang.

4.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan memang penting dalam perkembangan suatu Negara. Dengan tingkat pendidikan masyarakat yang baik, maka diharapkan dapat melanjutkan roda pembangunan bangsanya dengan baik. Pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu, tetapi bagaimana


(48)

menciptakan pendidikan sebagai suatu hal yang menyenangkan dan menjadi modal utama bagi mereka di masa depan. Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan tingkat pendidikan dan seharusnya seluruh masyarakat mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Kondisi pendidikan di Kelurahan Setia dapat dikatakan cukup baik. Dikarenakan banyak penduduk yang tamatan pendidikan sampai ke tingkat Setara Satu (S1) dan tamatan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

1 SD 24 orang 14 %

2 SMP 38 orang 22 %

3 SMA 45 orang 27 %

4 Setara satu (S1) 59 orang 35 % 5 Setara dua(S2) 4 orang 2 %

Jumlah 170 orang 100 % Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011

4.3.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kelurahan Setia pada umumnya bekerja sebagai pedagang atau berhubungan jual beli kepada pelanggan sebanyak 103 orang, pegawai negeri sipil 53 orang, penarik becak 47 orang, supir 12 orang, pengusaha 11 orang, guru, dan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(49)

Tabel 6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah %

1 Pedagang (wiraswasta) 103 orang 41 % 2 Pegawai Negeri Sipil 53 orang 21 %

3 Penarik Becak 47 orang 19 %

4 Supir 15 orang 6 %

5 Pengusaha 11 orang 4 %

6 Guru 11 orang 4 %

7 TNI/POLRI 8 orang 3 %

8 Pekerja Bangunan 6 orang 2 %

Jumlah 254 orang 100 %

Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011

4.3.7. Jumlah Fasilitas Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tak pernah habis jika di bicarakan. Masalah kesehatan bukan hanya masalah individu, akan tetapi masalah kita semua dan masalah kelompok. Masalah kesehatan masyarakat, pada dasarnya menyangkut dua aspek utama. Pertama ialah aspek fisik, seperti misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diperlukan upaya-upaya optimal dalam memanfaatkan berbagai


(50)

sumber daya yang ada, sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7

Jumlah Fasilitas Kesehatan

No Fasilitas Kesehatan Jumlah %

1 Posyandu 6 67 %

2 BKIA 1 11 %

3 Praktek Bidan 1 11 %

4 Praktek Dokter 1 11 %

Jumlah 9 100 %

Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011

4.3.8. Jumlah Dan Kondisi Rumah Di Kota Binjai

Setiap manusia membutuhkan tempat untuk tinggal dan menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta itulah mengapa rumah menjadi kebutuhan pokok manusia. Seperti layaknya kebutuhan pokok lainnya, pemenuhan atas kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal yang harus dan mutlak untuk dipenuhi. Rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding dan atap dan biasanya memiliki jalan masuk berupa pintu. Lantainya bisa berupa tanah, ubin, keramik atau bahan lainnya dan rumah biasanya di lengkapi seperti kamar tidur, ruang makan, ruang keluarga dan lainnya. Rumah dapat berfungsi sebagai tempat untuk menikmati kehidupan yang nyaman, tempat istirahat, tempat berkumpulnya keluarga dan tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(51)

Tabel 8

Jumlah dan Kondisi Rumah Kota Binjai

No Kondisi Rumah Jumlah %

1 Permanen 448 rumah 52 %

2 Semi Permanen 140 rumah 16 %

3 Temporer 272 rumah 32 %

Jumlah 860 rumah 100 %

Sumber : Data Kantor Lurah Binjai Kota Tahun 2011

4.4. Profil Informan Pemilik Usaha Konveksi

4.4.1. Nama : Jainudin

Umur : 76 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bapak Jainudin telah menikah dan memiliki etnis Minangkabau serta berpendidikan terakhir tingkat SMA. Bapak Jainudin merupakan salah satu pemilik usaha konveksi yang telah lama tinggal di Kelurahan Setia. Bapak Jainudin membuka usaha sejak dari tahun 1990-an deng1990-an harga bah1990-an baku untuk membuat pakai1990-an deng1990-an jumlah b1990-anyak tergolong murah dan terjangkau. Bapak Jainudin mencoba membuka usaha jahit secara borongan dengan membeli bahan baku sendiri serta memasarkannya keberbagai pelanggan. Jenis usaha ini tidak bertahan lama dan akhirnya Bapak Jainudin beralih mengelola usaha jahit upahan. Model usaha ini dilakukan dengan pemberian kain sekaligus bentuk pakaian sesuai dengan


(52)

keinginan pelanggan. Bapak Jainudin tidak perlu memikirkan modal untuk mengerjakan pesanan jahitannya karena pelanggan akan memberikan sebagian upah jahitannya kepada Bapak Jainudin. Setelah pemesanan pakaian selesai dikerjakan maka pelanggan melunasi sisa pembayaran kepada Bapak Jainudin. Bapak Jainudin tidak perlu memikirkan proses pemasaran, karena semua sudah menjadi tanggung jawab pelanggan. Bapak Jainudin hanya diminta untuk menyelesaikan pesanan jahitan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Bapak Jainudin menggunakan modal pinjaman BUMN dan Bank untuk membiayai usahanya, tetapi sistem ini tidak dilanjutkan karena ada kekhawatiran tidak bisa melunasinya. Untuk melunasi usahanya, Bapak Jainudin menggunakan modal sendiri dari tabungan istri dan bantuan dari anak-anaknya. Modal yang dikeluarkan Bapak Jainudin sekitar Rp.21.000.000,- dan modal tersebut dipergunakan informan untuk membeli mesin jahit, mesin potong, dan kebutuhan menjahit lainnya. Usaha informan ini memproduksi pakaian sekolah pramuka mulai dari tingkat SMP sampai dengan SMA, pakaian seragam putih tingkat SMP sampai dengan SMA, pakaian kemeja khusus pria dan jenis lainnya tergantung bahan jahitan yang diberikan.

Usaha konveksi ini mempekerjakan tenaga kerja tetangga yang berjumlah 12 orang dan terdiri dari tenaga kerja dalam 7 orang dan tenaga kerja luar 5 orang. Seluruh tenaga kerja adalah tenaga kerja tetangga, baik untuk tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja luar. Para pekerja tidak ada memiliki hubungan keluarga dalam membantu usaha Bapak Jainudin. Sebelum Bapak Jainudin menerima tenaga kerja, biasanya memberikan arahan terlebih dahulu kepada para pekerja apa yang harus dikerjakan dan kontrak kerja harus disepakati oleh tenaga kerja baik berlaku untuk tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja luar.

Penghasilan yang didapat Bapak Jainudin selama membuka usaha konveksi sekitar Rp. 80.000.000,- pertahunnya dan hasil tersebut biasanya dikembangkan untuk menambah


(53)

4.4.2. Nama : Jasnem

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bapak Jasnem dahulunya merantau keberbagai daerah untuk mencari pekerjaan. Penghasilan yang selama bekerja diarahkan untuk membuka usaha sendiri yaitu usaha konveksi. Awalnya Bapak Jasnem melihat masyarakat yang membuka usaha sangat bercukupan khususnya peningkatan ekonomi dan Bapak Jasnem langsung tertarik untuk mengikuti membuka usaha ini. Usaha yang dirintis Bapak Jasnem adalah Usaha konveksi upahan. Bapak Jasnem memilih usaha konveksi upahan karena tidak memerlukan modal besar dan tidak lagi memikirkan membeli bahan baku serta pemasaran. Modal membuka usaha konveksi sekitar Rp. 20.000.000,-. Modal digunakan untuk membeli kebutuhan usaha seperti mesin jahit dengan berbagai tipe, mesin potong kain dan lainnya. Selain itu, bahan baku telah diberikan oleh pelanggan untuk dikelolah menjadi bahan jadi yang siap untuk digunakan dan dipasarkan.

Informan yang hanya berpendidikan tingkat SD dan etnis Minangkabau ini memulai usaha konveksi dari tahun 1990. Usaha ini merekrut tenaga kerja ibu-ibu rumah tangga trampil yang berjumlah 9 orang terdiri dari tenaga kerja dalam 6 orang dan tenaga kerja luar 3 orang. Tenaga kerja usaha konveksi dibantu dengan pihak keluarga seperti anak lelaki Bapak Jasnem berjumlah 2 orang yang mendapat bagian menjahit pinggir badan. Setiap usaha konveksi rata-rata memiliki tenaga kerja perempuan dari pada laki-laki karena tenaga perempuan lebih bisa diandalkan untuk memajukan usaha sedangkan laki-laki hanya bekerja bagian potong kain.


(54)

Usaha ini memproduksi pakaian pramuka sekolah tingkat SMP sampai dengan SMA dan pakaian seragam PNS. Jenis barang yang diproduksi tergantung dari pesanan pelanggan yang memiliki bahan baku dan biasanya Bapak Jasnem menerima jenis pesanan yang berbeda-beda selama dapat menyelesaikan dengan tepat waktu. Penghasilan yang didapat sekitar Rp. 90.000.000,- pertahun. Penghasilan ini bisa lebih meningkat atau menurun tergantung dari jumlah pemesanan. Penghasilan dapat digunakan untuk meningkatkan usaha agar tidak mengalami kebangkrutan yang berdampak kepada tenaga kerja.

Perjalanan hidup dan pengalaman bekerja membuat Bapak Jasnem menjadi seorang yang mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Bapak Jasnem berusaha memperluas usahanya agar pekerja dapat merasa nyaman dalam menjalin kerjasama.

4.4.3. Nama : Fadila

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Ibu Fadila adalah istri dari seorang pemilik usaha konveksi yang memiliki etnis Minangkabau. Ibu Fadila memulai dan menekuni usahanya sejak 10 tahun yang lalu. Awal usaha ini di rintis oleh suami Ibu Fadila, tetapi karena kondisi suami Ibu Fadila sedang sakit maka usaha dialihkan kepada istrinya yaitu Ibu Fadila. Ibu Fadila melanjutkan usaha suaminya dengan penuh keyakinan bahwa usaha yang di bangun akan semakin meningkat dan berkembang untuk kedepannya. Jenis usaha konveksi ini adalah sistem usaha borongan. Modal awal membangun usaha konveksi sekitar Rp.30.000.000,- dan digunakan untuk membeli mesin jahit, bahan baku untuk diproduksi, alat pemotong kain, benang dengan


(55)

berbagai macam warna, jarum jahit dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan bahan baku yang dibeli seharga Rp. 1.000.000,- perbalnya dan setiap bulan Ibu Fadila membeli bahan baku sekitar 5 Bal yang dikelolah menjadi 60 potong. Jenis barang yang diproduksi antara lain gorden, taplak meja, penutup televisi, penutup tempat nasi, penutup air aqua (dispenser), penutup makanan (tudung saji), penutup pinggiran kulkas dan lainnya.

Saat ini Ibu Fadila tinggal di Kecamatan Binjai Kota dan mempekerjakan tenaga kerja ibu-ibu rumah tangga khususnya para tetangga sekitar 4 orang dan tenaga kerja luar 3 orang. Pihak keluarga juga ikut membantu usaha konveksi Ibu Fadila seperti 1 orang kakak kandung perempuan Ibu Fadila serta kedua anaknya. Pembagian kerja kedua anaknya berbeda ada bekerja bagian jahit gorden dan bagian memotong bahan baku yang akan dijahit.

Penghasilan yang didapat informan selama membuka usaha konveksi sekitar Rp.72.000.000,- pertahun dan penghasilan dapat meningkat bahkan menurun tergantung pesanan pelanggan. Penghasilan yang diperoleh dapat dipergunakan dengan semaksimal mungkin untuk kemajuan usaha, agar tidak mengalami penurunan yang berdampak pada kebangkrutan.

4.4.4. Nama : Hendra

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bapak Hendra adalah bapak kepala rumah tangga yang memiliki pendidikan terakhir tingkat SMA dan Bapak Hendra merintis usaha konveksi ini sudah 10 tahun. Usaha konveksi


(56)

yang dirintis Bapak Hendra sudah turun-temurun dari keluarganya. Bapak Hendra adalah etnis Minangkabau yang memiliki 2 orang anak laki-laki. Selama menjalankan usaha sekitar 10 tahun, Bapak Hendra banyak mengalami hambatan dalam mengembangkan usaha, akan tetapi Bapak Hendra tidak menyerah untuk terus memajukan usahanya. Jenis usaha yang dirintis Bapak Hendra adalah sistem usaha borongan dan upahan. Modal yang digunakan dalam merintis usaha melalui pinjaman bank yang mengikat maupun tidak mengikat, koperasi pembangunan serta bantuan pinjaman dari sanak saudara. Modalnya sekitar Rp.55.000.000,- dan modal dipergunakan untuk membeli kebutuhan usaha seperti mesin jahit balas 1, mesin jahit balas 2, mesin rantai lima untuk jahit pinggir, mesin lubang kancing, mesin potong kain, mesin genset, bahan baku berupa kain, benang, jarum dan lainnya. Jenis pakaian yang diproduksi antara lain pakaian pramuka tingkat SD, kemeja untuk anak lelaki dengan berbagai model serta seragam putih sekolah.

Usaha konveksi didukung oleh tenaga kerja tetangga terampil dalam menjahit. Tenaga kerja tetangga terdiri dari ibu-ibu rumah tangga yang berkualitas. Tenaga kerja dalam terdiri dari 6 orang dan tenaga kerja luar 3 orang. Usaha ini dibantu oleh salah satu saudara yang bekerja bagian potong bahan baku. Bantuan dari saudara memberikan kemudahan untuk saling memahami tugas masing-masing. Penghasilan didapat informan selama membangun usaha konveksi sekitar Rp.60.000.000,- sampai dengan Rp.70.000.000,- pertahunnya. Hasil tersebut dapat lebih meningkat atau menurun tergantung jumlah pesanan jahitan. Penghasilan yang diperoleh dipergunakan sebaik mungkin oleh Bapak Hendra untuk mengembangkan usaha kedepannya agar tidak mengalami kemunduran.


(57)

4.4.5. Nama : Cik

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bapak Cik adalah seorang pemilik usaha konveksi yang telah menekuni usaha selama 10 tahun. Bapak Cik memiliki 2 orang anak antara lain 1 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Bapak Cik memiliki pendidikan akhir tingkat SMA serta etnis Minangkabau ini membangun usahanya dengan modal sendiri yaitu uang tabungan yang sudah Bapak Cik kumpulkan bersama istrinya. Istri Bapak Cik hanyalah seorang ibu rumah tangga yang siap membantu dan mendukung usaha suaminya. Anak dan istrinya adalah penyemat hidupnya untuk berusaha memajukan usaha konveksi di pemasaran.

Jenis usaha yang dirintis oleh Bapak Cik adalah usaha konveksi borongan dan upahan. Bapak Cik memfokuskan merintis usaha borongan dari pada upahan, namun terdapat orderan upahan dari pelanggannya. Modal awal yang dikeluarkan untuk usaha konveksi ini sekitar Rp. 80.000.000,- dan modal tersebut dikeluarkan untuk membeli kebutuhan usahanya yang terdiri dari bahan baku seperti kain, mesin jahit listrik, mesin jahit badan, mesin jahit lubang, mesin rantai lima/pinggir, mesin potong kain, mesin corong pinggang, mesin jahit balas, setrika uap, benang, kancing, jarum dan lainnya. Usaha ini juga memproduksi pakaian putih sekolah mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA. Jika lebaran dan tahun baru Bapak Cik memproduksi kemeja dewasa dan anak-anak dengan berbagai model dan ukuran.

Usaha konveksi mempekerjakan tenaga kerja tetangga terampil antara lain tenaga kerja dalam 5 orang dan tenaga kerja luar 4 orang. Selain mempekerjakan tenaga kerja tetangga, Bapak Cik mempekerjakan seorang keponakannya pada bagian memotong bahan


(58)

baku kain. Penghasilan yang didapat selama membuka usaha sekitar Rp.80.000.000,- pertahun. Penghasilan tersebut dapat lebih meningkat tergantung permintaan jahit dari pelanggan. Sebagian penghasilan, Bapak Cik berusaha memperluas tempat usaha serta memberikan tambahan alat-alat produksi. Upaya ini dilakukan untuk memberikan kemajuan usaha agar tidak mengalami kemunduran yang berakibat kebangkrutan.

4.5. Tenaga Kerja Dalam Usaha Konveksi

4.5.1. Nama : Ani

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMP

Ibu Ani adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki etnis Jawa. Ibu Ani bekerja sebagai tenaga kerja dalam di usaha konveksi sekitar 3 tahun. Ibu Ani bekerja di usaha konveksi karena menambah kebutuhan ekonomi keluarga serta kebutuhan sekolah anak-anak. Ibu Ani bekerja bagian melipat baju, membungkus serta memasang merk. Jam kerja Ibu Ani dimulai dari jam 08.30 wib - 17.00 wib. Ibu Ani juga mendapatkan jam istirahat makan siang dari jam 12.00 wib - 14.00 wib. Upah yang didapat Ibu Ani sekitar Rp.300.000,-/bulan dengan hitungan Rp.100,-/potong. Dalam sebulan Ibu Ani dapat menyelesaikan jahitan sebanyak 3000 potong. Pemberian upah diberikan setelah hasil jahitan dikirim kepada pelanggan.

Bekerja di usaha konveksi Ibu Ani juga mendapatkan jam kerja tambahan atau istilahnya lembur. Penambahan jam kerja dilakukan saat pesanan meningkat menjelang


(59)

lebaran serta tahun baru. Dengan melakukan pekerjaan lembur Ibu Ani akan mendapatkan uang tambahan diluar dari upah yang diterimanya. Ibu Ani tidak merasa terbebani apabila Ibu Ani tidak sengaja melakukan kesalahan menjahit seperti menghilangkan atau merusak hasil jahitan, karena setiap kesalahan tersebut sudah ditanggung oleh pemilik usaha tempat Ibu Ani bekerja tanpa harus memotong upah tenaga kerjanya.

4.5.2. Nama : Yani

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Ibu Yani adalah salah satu tenaga kerja dalam yang bekerja di usaha konveksi selama 10 tahun. Ibu Yani memiliki etnis Jawa serta anak-anak yang masih sekolah tingkat SD dan SMP. Ibu Yani bekerja di usaha konveksi untuk membantu suaminya mencari nafkah. Ibu Yani bekerja di usaha konveksi bagian jahit badan. Jam kerja Ibu Yani dimulai dari jam 08.30 wib - 17.00 wib. Ibu Yani juga mendapatkan istirahat makan siang sekitar 2 jam dimulai dari jam 12.00 wib - 14.00 wib. Jadwal istriahat makan siang ini dimanfaatkannya untuk mengurus kebutuhan suami dan anaknya sepulang beraktivitas seharian serta membereskan rumah. Bekerja di usaha konveksi, Ibu Yani mendapatkan upah sekitar Rp.400.000,-/ bulan. Upah dapat lebih meningkat tergantung jumlah pesanan jahitan yang diminta.

Ibu Yani juga melakukan lembur saat menjelang lebaran dan tahun ajaran baru, karena pada saat tersebut pesanan jahit meningkat tajam sehingga pemilik usaha meminta Ibu


(60)

merasa terbebani dengan pekerjaannya, karena saat Ibu Yani tidak sengaja melakukan kesalahan seperti menghilangkan atau merusak hasil jahitan. Ibu Yani tidak pernah dituntut untuk mengganti rugi atas kesalahannya, karena sudah menjadi tanggung jawab pemilik usaha konveksi.

4.5.3. Nama : Mahendra

Umur : 43 tahun

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SLTA

Bapak Mahendra seorang kepala rumah tangga yang memiliki etnis Jawa. Bapak Mahendra bekerja sebagai tenaga kerja dalam sudah sekitar 3 tahun dan Bapak Mahendra bekerja bagian memotong bahan baku kain. Keahlian yang dimiliki Bapak Mahendra merubah kehidupan keluarganya menjadi lebih baik, terlebih memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan anaknya. Pekerjaan yang dilakukan Bapak Mahendra memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi. Jika Bapak Mahendra melakukan kesalahan dalam memotong bahan baku maka bahan baku tersebut tidak dapat dipergunakan dengan semestinya sehingga akan merugikan pemilik usaha untuk mengganti bahan baku yang baru. Walaupun setiap kesalahan tidak ditanggung oleh Bapak Mahendra tetapi Bapak Mahendra dituntut harus lebih berhati-hati dengan pekerjaannya.

Jam kerja Bapak Mahendra mulai dari jam 08.00 wib - 17.00 wib. Bapak Mahendra juga mendapatkan jam istirahat mulai dari jam 12.00 wib - 14.00 wib. Upah yang diperoleh Bapak Mahendra sekitar Rp.1.000.000,-/bulan. Dalam waktu 2 minggu Bapak Mahendra


(61)

dapat memotong bahan baku sekitar 3000 potong. Jumlah pemesanan di usaha konveksi meningkat menjelang tahun ajaran baru dan menjelang lebaran.

4.5.4. Nama : Linda

Umur : 52 tahun

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMP

Ibu Linda adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai tenaga kerja dalam selama 10 tahun. Ibu Linda yang etnis Minangkabau dan sudah cukup tua ini tetap semangat bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga dan cucunya. Ibu Linda bekerja bagian menjahit gorden dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Jam kerja Ibu Linda dimulai dari jam 08.30 wib - 17.00 wib. Ibu Linda juga mendapatkan jam istirahat bekerja mulai dari jam 12.00 wib - 14.00 wib. Jam istirahat dipergunakan Ibu Linda untuk makan siang serta istirahat tidur siang bahkan Ibu Linda menyempatkan menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum kembali bekerja.

Upah yang didapatkan Ibu Linda sekitar Rp.200.000 - Rp.300.000,-/bulan. Upah dapat meningkat tergantung tingkat kesulitan pembuatan gorden dan dibutuhkan waktu sekitar 1 – 2 minggu untuk menyelesaikannya, semakin sulit proses pengerjaan semakin lama proses penyelesaian. Peningkatan pemesanan jahit gorden hanya hari tertentu seperti menjelang lebaran dan tahun baru.

Ibu Linda tidak merasa terbebani dengan pekerjaannya, saat Ibu Linda tidak sengaja melakukan kesalahan seperti menghilangkan atau merusak hasil jahitan. Ibu Linda juga tidak


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1.Melihatnya banyak usaha konveksi kecil di Kota Binjai yang telah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu sudah saatnya pemerintah melalui pemerintah daerah setempat untuk memberikan perhatian khusus kepada para pemilik usaha konveksi tersebut. Dilihat dari prospek kelangsungan hidup usaha konveksi ini untuk jangka panjang masih cerah dan masih terbuka kemungkinan untuk lebih ditingkatkan lagi. Selain prospek masih bagus ditingkatkan, usaha konveksi ini secara nyata telah dapat mengurangi jumlah pengganguran dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar ataupun pihak keluarga yang ikut terlibat dalam usaha, baik berupa pendapatan sampingan maupun pendapatan pokok.

2. Pemilik usaha memperluas jaringan kerja dengan mempekerjakan tenaga kerja tetangga maupun keluarga yang memiliki keterampilan dan keahlian menjahit ataupun bidang lainnya. Tenaga kerja di usaha konveksi kebanyakan dari ibu-ibu rumah tangga yang siap membagi waktunya bersama keluarga untuk mencari nafkah keluarganya.

3. Tenaga kerja di usaha konveksi juga bisa mengerjakan hal apapun di luar dari kewajibannya atau tanggung jawabnya sebagai tenaga kerja usaha seperti membantu pemilik usaha untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

4. Menjunjung nilai kepercayaan dengan semua tenaga kerjanya, baik tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja luar dari pihak keluarga atau tetangga. Kepercayaan


(2)

merupakan modal utama untuk mempertahankan sebuah usaha yang dirintis agar dapat bertahan lama.

5. Kesamaan tempat tinggal dan jarak yang dekat dengan lokasi usaha merupakan faktor pendukung untuk peningkatan usaha. Pemilik usaha dapat meminta tenaga kerjanya, khususnya tenaga kerja dalam untuk melakukan lembur di tempat usaha dan jarak dekat membuat tenaga kerja dapat mengontrol keadaan keluarga dan anaknya walaupun tenaga kerja tersebut harus bekerja sampai tenagah malam bahkan pagi hari. Menerima pekerjaan lembur saat jahitan meningkat menjelang lebaran dan tahun baru.

6. Dalam usaha konflik antara pemilik usaha maupun tenaga kerja keluarga dan tetangga dapat terjadi, baik masalah upah maupun lainnya dan konflik ini dapat menyebabkan peningkatan usaha mengalami kemunduran. Konflik dalam usaha dapat dihindari karena sudah adanya kerjasama dengan tenaga kerja tetangga atau keluarga yang saling mengenal satu sama lain, sehingga timbulnya rasa saling segan antara keduanya untuk terlibat dalam sebuah perselisihan.

6.2. Saran

1. Perlunya pemerintah daerah setempat untuk memberikan bantuan khusus berupa pinjaman dengan bunga lunak dan tidak memerlukan birokrasi rumit atau memberikan bantuan yang tidak terikat seperti halnya berupa mesin jahit yang harus diterima secara merata. Pemerintah seharusnya memberikan bimbingan dan arahan kepada para


(3)

(ibu-ibu rumah tangga) baik dari pihak keluarga, saudara ataupun tetangga yang terampil dan memiliki keahlian dalam bidang masing-masing untuk bekerja di usaha konveksi.

3. Diharapkan pemilik usaha dapat menjalin hubungan kerja seperti keluarga sendiri, agar tidak ada rasa sungkan atau segan antara pemilik usaha dengan tenaga kerja baik dari keluarga atau tetangga bahkan menjadi saling menghormati dan menghargai satu sama lain serta memberikan kenyamanan dalam bekerja.

4. Pemilik usaha tetap memberikan hak-hak tenaga kerja dengan adil terutama dalam hal memberikan upah yang harus mengikuti harga pasaran dan diharapkan kepada pemilik usaha agar tidak ada pemotongan upah saat tenaga kerja melakukan kesalahan dalam bekerja, karena tenaga kerja juga membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

5. Pemilik usaha harus mencerminkan saling kepercayaan kepada tenaga kerja baik dari keluarga maupun tetangga, terlebih pada tenaga kerja luar yang bekerja di luar lokasi usaha agar dapat bekerja dengan nyaman tanpa harus dicurigai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa, Putra,H,S. 2003. Ekonomi Moral, Rasional dan Politik Dalam Industri Kecil Di Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Damsar. 2000. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Fukuyama, Francis. 2002. Trust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Penerbit Qalam.

Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.

Suwarsono dan Y. So. Alvin. 1994. Perubahan Sosial Dan Pembangunan. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, anggota Ikapi.

T.Yordan H.P.2007. Modal Sosial Ketetanggaan Kota Binjai. Departemen Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Wafa, Ali. 2006. Urgensi Keberadaan Social Capital dalam Kelompok-Kelompok Sosial Masyarakat : Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Widyaningrum, Nurul dkk. 2003. Pola-Pola Eksploitasi Terhadap Usaha Kecil. Bandung: Yayasan AKATIGA.

Sumber Internet:

Denny Wahyudi, S.Sos. 2011. Studi Tenaga Kerja Informal Pada Usaha Mikro, Kecil dan


(5)

Ismada. 2012. Jaringan Sosial Ekonomi Pengrajin Pandai Besi Kelurahan Massape, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang. (online) (http: repository.unhas.ac.id/bitstream/.../isi%20skripsi.docx, diakses pada 14 Januari 2012, pukul 11.30 Wib).

Muzamil, Misbach. 2011. Ekonomi, UMKM dan Koperasi (online)

Maret 201. pukul 13.00 Wib).

Nanik.jamil.2012.Bentukbentuk_hubungan_sosial.(online).(http:nanikdjamil.files.wordpress. com/.../bentuk-bentuk-hubungan-sosial.d.) diakses tanggal 26 Maret 2012. Pukul 13.20 Wib).


(6)