4. Evaluasi mingguan yang diadakan untuk mengetahui sejauh mana progress para marketing dan mengetahui apa planning marketing kedepannya agar
mempunyai pencapaian yang maksimal. b. Faktor Penghambat :
1. Kurangnya pengetahuan para masyarakat dalam mengetahui dan memahami apa itu bank syariah beserta produk-produk nya yang berindikasi akan
membuat lambatnya pertumbuhan ekonomi syariah itu sendiri. 2. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih kurang terhadap bank syariah,
sehingga masyarakat tetap memilih bank konvensional sebagai akses untuk transaksi juga berpandangan bahwa lebih mendapat keuntungan besar
dibandingkan dengan bank syariah. 3. Margin yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Bukopin sendiri terlihat cukup
besar dibandingkan bank konvensional, berdampak susah nya mencari nasabah dan banyak nasabah yang melakukan take over, di awal melakukan
pembiayaan di bank konvensional, tahun berikutnya take over ke bank syariah yang berdampak sistem murabahah menjadi terhambat dan adanya hambatan
dalam melakukan pembiayaan. 4. Jaminan yang diagunkan adalah Fix Asset dan belum adanya pengecualian.
5. Setelah dianalisa oleh Bank Syariah Bukopin, ternyata calon nasabah tidak memiliki usaha yang dimaksudkan oleh calon nasabah itu sendiri, atau tempat
berkerja yang dimaksud virtual office.
Untuk menyelesaikan faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh Bank Syariah Bukopin cabang Melawai, upaya yang dilakukan adalah :
70
1. Memberikan edukasi kepada nasabah maupun calon nasabah tentang apa itu bank syariah, bagaimana konsep, mekanisme, serta aplikasi juga produk dan
akad yang ada pada Bank Syariah Bukopin. 2. Diberikannya pemahaman kenapa harus fix asset guna untuk melancarkannya
pembiayaan yang dilakukan, jika barang pribadi tersebut disita karena ada macet dalam suatu pembiayaan, pastinya akan menimbulkan rasa malu
terhadap diri sendiri, keluarga, serta rekan-rekannya, membuat nasabah itu sendiri untuk selalu fokus dan sungguh-sungguh dalam melakukan suatu
pembiayaan. 3. Selalu dilakukannya survey langsung ke lapangan terhadap usaha maupun
tempat calon nasabah sebelum realisasi nya pembiayaan.
70
Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin. Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Dalam memasarkan produk pembiayaan kepada masyarakat, Bank Syariah Bukopin menggunakan metode canvassing yaitu sebuah proses menawarkan
produk serta melakukan kunjungan ke nasabah atau calon nasabah berdasarkan rute yang telah ditetapkan, ini adalah aktivitas yang paling besar
kemungkinannya untuk terjadi penjualan, karena saat melakukan kunjungan fisik, maka kita akan mengetahui karakter nasabah, lingkungan maupun orang-
orang disekitarnya, dan semua faktor tersebut mendorong terjadinya peluang penjualan. Kemudian adanya referral, atau permintaan link dari saudara, teman,
atasan dan lainnya kepada perusahaan atau orang yang membutuhkan pembiayaan. Open table atau pameran di tempat umum. Aktif dalam sosialisasi
produk di dalam media sosial dan juga masuk dalam media massa sebagai pemberitahuan positif terhadap produk-produk Bank Syariah Bukopin itu
sendiri khususnya produk pembiayaan. Dalam proses pengenalan produk pembiayaan Bank Syariah Bukopin kepada masyarakat juga memiliki strategi
yang biasa digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, yatu dengan memanfaatkan media yang ada seperti televisi, radio, brosur pemasangan
spanduk di tempat-tempat yang strategis dan menjadi sponsor dalam sebuah acara yang diyakini merupakan pasar yang tepat. Dengan demikian dharapkan
dapat membentuk citra positif kepada masyarakat terhadap Bank Syariah Bukopin.
2. Strategi yang digunakan oleh Bank Syariah Bukopin untuk mengembangkan dan memasarkan produk pembiayaan adalah dengan menggunakan metode
STPD, yaitu yang meliputi segmentasi, targeting, positioning, dan diferensiasi, dalam hal ini produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Bukopin adalah
produk pembiayaan murabahah. Bank Syariah Bukopin melakukan promosi produk pembiayaan melalui pertama dengan periklanan dengan menggunakan
brosur, iklan majalah, dan spanduk di media cetak atau elektronik, kedua publisitas yaitu promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan
kepada para calon nasabah, ketiga penjualan pribadi yaitu promosi yang dilakukan oleh karyawan Bank Syariah Bukopin.
3. Pembiayaan murabahah Bank Syariah Bukopin adalah pembiayaan yang merupakan jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam hal ini Bank akan melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah
sebesar harga beli ditambah keuntungan Bank yang disepakati. Pembiayaan ini dapat digunakan untuk memenuhi usaha modal kerja, investasi atau konsumtif
misalnya kendaraan bermotor, rumah dll dengan angsuran tetap selama masa perjanjian. Implikasi dari akad murabahah sendiri mengharuskan adanya
penjual, pembeli, dan barang yang akan dijual. Dan kita ketahui, dalam akad
murabahah fungsi bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan
kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang sepadan dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus
memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan serta menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
barang kepada nasabah. Pada aplikasinya Bank Syariah Bukopin tidak memberikan sejumlah dana yang dibutuhkan kepada pihak nasabah, tetapi
pihak Bank memberikan kebutuhan yang diinginkan oleh nasabah, hal ini dilakukan untuk mencegahnya side-streaming yaitu penggunaan dana yang
tidak seharusnya digunakan untuk usaha yang lainnya. 4. Secara garis besar ada 4 tahapan yang harus dilakukan nasabah dan pihak
marketing ketika mengajukan pembiayaan di Bank Syariah Bukopin, diantaranya :
a. Tahapan Pertama Dalam tahap ini nasabah akan melakukan permohonan pengajuan pembiayaan
dan mengajukan jumlah pembiayaan yang diinginkan kepada Bank Syariah Bukopin. Setelah pengisin aplikasi peromohonan, maka selanjutnya nasabah
akan mengumpulkan kelengkapan dan persyaratan pembiayaan warung mikro, setelah persyaratan terpenuhi, bagian pelaksana akan melakukan analisis secara
administratif dan akan dilakukan survey langsung ke lapangan untuk memastikan data yang telah didapat.
b. Tahapan Kedua Tahap kedua yang dilakukan oleh pihak marketing pembiayaan mencakup
analisa pembiayaan, kondisi makro, dan modal. Analisis pembiayaan. Analisis keuangan menjadi indikator yang pertama, bahwa mampu atau tidak nasabah
untuk membayar angsuran yang akan ditetapkan selama pembiayaan dilakukan. Kondisi makro. Mencari tahu sektor-sektor pembiayaan apa saja
yang dijadikan posisi untuk melakukan suatu pembiayaan dan juga mana saja yang harus ditahan dahulu, untuk mencegahnya pembiayaan yang dilakukan
jangka panjang, dan bisa mencegah tidak lancarnya pembiayaan yang dilakukan. Ketiga yaitu modal. Harus dilihat kesanggupan modal dari pihak
nasabah, karena kita sebagai pihak Bank tidak tahu pastinya kapan akan terjadinya krisis dan apakah modal tersebut bisa menyelamatkan dari
turbulensi-turbulensi ekonomi yang akan dihadapkan kedepannya. c. Tahapan Ketiga
Tahap presentasi hasil analisa yaitu komite. Komite mempunyai tiga peserta, ketua, anggota satu, dan anggota dua. Pihak marketing mempresentasikan hasil
analisis yang sudah dilakukan dan juga harus mematuhi dua syarat sebelum melakukan komite. Yaitu sudah lolos dari syariah compliance atau kepatuhan
dan juga manajemen resiko. Komite punya kendali untuk menolak atau tidak nya pembiayaan yang dilakukan tergantung dari hasil dan data marketing yang
sudah dipresentasikan. Ada limit-limit untuk komite itu sendiri, sampai satu milyar, komite bisa dilakukan di kantor cabang, sampai dengan lima belas