Golongan-golongan yang berhak menerima zakat

d Muallaf Muallaf sebagaimana yang didefinisikan adalah mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya artinya masih lemah dalam hal pemahaman tentang islam dan masih lemah juga dalam sendi-sendi lain dalam lingkungan islam. Didasari pada kondisi umat islam yang sudah kuat, maka sahabat tidak memberikan zakat lagi kepada kafir sebagaimana yang diberikan oleh rasul. Pada saat itu Uyainah menghadap Abu Bakar siddiq, selanjutnya abu bakar siddiq menyuruh mereka untuk menghadap Umar Bin Khattab, ketika mereka telah menyampaikan maksud tersebut maka umar berkata “sesungguhnya Rasulullahtelah bersikap halus kepada kalian ketika itu kaum muslimin masih sedikit, namun hari ini Allah telah memuliakan umat Islam maka bekerjalah kalian serta ikutilah pada petunjuk Tuhan kalian, layaknya muslim lainnya bekerja, maka barang siapa yang ingin tetap kafir maka keputusan hari ini seperti yang aku putuskan”. e Hamba Sahaya Hamba sahay atau budak yang ingin memerdekakan dirinya termasuk juga melepaskan orang muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. Budak ini di dalam perkembangan kebahasaan ini dinisbahkan kepada golongan atau bangsa yang sedang membebaskan diri dari eksploitasi pihak lain. Jika dipahami penawanan ini termasuk dalam proses penawanan penjara oleh orang kafir terhadap orang muslim yang menurut mayoritas dianggap tidak bersalah maka bagian ini harus dikhususkan bagi mereka yang membutuhkan tebusan. f Gharimin Gharimin adalah mereka yang berhutang untuk keperluan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya dan yang mengalami kesengsaraan dalam perjalanan dalam hal ini tidak termasuk orang yang maksiat. Apabila seorang yang berhutang itu dihadapi sebuah ancaman terhadap jiwa maka keadaan ini menjadikannya berhak menerima zakat itu. g Fisabilillah Fisabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah untuk keperluan mempertahankan agama Islam dan kaum muslimin. Secara umum menurut dari keempat kalangan imam mazhab menyepakati bahwa pertama, jihad termasuk dalam kategori fisabilillah, kedua, menyerahkan kutipan zakat kepada individu yang berjuang di jalan Allah dan ketiga, kutipan zakat tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum seperti membangun jembatan, sekolah, masjid dan sebagaainya. h Ibnu Sabil Ibnu sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang mengalami kekurangan dan kesengsaraan, mereka yang kehabisan biaya diperjalanan. Musafir ini berlaku baik di dalam maupun di luar negeri tempat ia mukim. Dalam pandangan selanjutnya ibnu sabil diperluas maknanya termasuk bagi penuntut ilmu agama dan dari berbagai keilmuan umum yang berpengaruh bagi agama dengan bekal ilmu yang ditempuhnya. Maka jika bekal yang dibawanya sudha habis dan ia tidak memperoleh pinjaman maka ia dapat memperolehnya dari bagian zakat. 21

6. Niat zakat :

Setiap perbuatan harus didahulukan dengan niat. Begitu pula zakat harus diniati ketika akan mengeluarkannya, sesuai dengan hadist Nabi saw yang tersebut sebelumnya: Niat zakat fitrah atau mal untuk diri sendiri: َﱃﺎَﻌَـﺗ ِﻪﱠﻠِﻟ ﻲ ِﺴْﻔَـﻧ ْﻦَﻋ ِلﺎَﳌا ِﺮْﻄِﻔﻟْا َةﺎَﻛَز َجِﺮْﺧُأ ْنَأ ُﺖْﻳَﻮَـﻧ Artinya: ”Saya niat mengeluarkan zakat fitrah mal saya karena Allah Ta’ala” Niat untuk zakat fitrah orang lain: ْﻦ َﻋ ِ ل ﺎَ ﳌ ا ِﺮ ْﻄ ِﻔ ﻟ ْا َة ﺎ َﻛ َ ز َج ِﺮ ْﺧ ُأ ْن َأ ُ ﺖ ْﻳ َ ﻮ َـﻧ ِﻪ ﱠﻠ ِﻟ ْﺔ َﻧ َﻼ ُﻓ ْ و َأ ٍن َﻼ ُﻓ َﱃﺎَﻌَـﺗ Artinya: “Saya niat mengeluarkan zakat fitrah mal fulan atau fulanah karena Allah Ta’ala” Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius menyangkut penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan 21 http:isfahannur.blogspot.co.id201108alokasi-dana-zakat-mal-untuk-distribusi.html diakses pada 13 September 2016 pukul 03:00 WIB. pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya dizaman keemasan Islam. 22 Dana zakat pada umumnya memiliki dua sisi kegiatan yaitu mendistribusikandana secara konsumtif dan secara produktif. Secara konsumtif berarti dana zakat habis begitu saja digunakan untuk keperluan sehari-hari dan membiayai kesehatan. Secara produktif berarti mengembangkan usaha-usaha produktif memberikan bantuan dana modal untuk wirausaha dalam rangka menigkatkan kualitas income per kapita pengusaha. 23 Produktif berasal dari bahasa Inggris productive yang berarti banyak menghasilkan. Secara umum produktif productive berarti banyak menghasilkan karya atau barang.Produktif juga berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil. 24 Zakat produktif pada dasarnya menitikkan pola penyaluran zakat secara produktif, pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usahabisnis. Pola penyaluran secara produktif adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerimanya mustahik dari kategori mustahik menjadi kategori muzakki. 25 22 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, Zakat Wirausaha, Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005, h. 6-7. 23 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha,Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005, h.76. 24 Anwar - Desi, Kamus Lengkap I Milliard, Surabaya: Amelia, 2003, h.291 25 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha,Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005, h. 35. Pengertian produktif dalam hal ini, kata yang disifati yaitu kata zakat.Zakat produktif disini berarti zakat yang pendistribusiannya bersifat produktif yaitu arti kata yang berlawanan dengan konsumtif. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Dengan adanya penyaluran dana zakat produktif ini diharapkan mustahik mampu mengembangkan usahanya untuk lebih berpoduktif dan mampu meningkatkan perekonomian sehari-hari. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksanakan ibadah zakat.Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan horizontal.Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketaqwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk membersihakan dan mensucikan diri dan hartanya itu.Dalam konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki. Sedangkan secara horizontal, dengan zakat dapat mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih sayang diantara pihak yang mampu dengan pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema kesenjangan sosial serta ekonomi umat.Dalam konteks ini zakatdiharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara kehidupan umat manusia. 26

B. Pengelola Zakat 1. Urgensi Pengelolaan Zakat

Amilzakat ialah orang atau individu yang bertugas melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan, dan pendayagunaan dana zakat. Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa, lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat BAZ dan Lembaga Amil Zakat LAZ. Badan Amil Zakat BAZ dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat. 27 Amil zakat berhak untuk menghimpun dana zakat, dan mendayagunakan dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat. Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini juga dianggap memiliki hak sebagaimana ditetapkan di dalam syariat Islam.Oleh karena itu BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang ditetapkan dalam memberi bagian untuk amil zakat.Amil zakat berhak menerima gaji yang telah ditetapkan dalam syariat Islam, jumlah besaran yang 26 Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h.42. 27 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 130.