umat.Dalam konteks ini zakatdiharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara kehidupan umat manusia.
26
B. Pengelola Zakat 1. Urgensi Pengelolaan Zakat
Amilzakat ialah orang atau individu yang bertugas melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan, dan
pendayagunaan dana zakat. Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa, lembaga
pengelola zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat BAZ dan Lembaga Amil Zakat LAZ. Badan Amil Zakat BAZ dibentuk
oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat.
27
Amil zakat berhak untuk menghimpun dana zakat, dan mendayagunakan dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain yang
berkaitan dengan zakat. Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini
juga dianggap memiliki hak sebagaimana ditetapkan di dalam syariat Islam.Oleh karena itu BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang
ditetapkan dalam memberi bagian untuk amil zakat.Amil zakat berhak menerima gaji yang telah ditetapkan dalam syariat Islam, jumlah besaran yang
26
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, h.42.
27
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 130.
diterima oleh amil zakat tidak lebih besar dari satu perdelapan dari hasil pungutan harta zakat 12,5.
Salah satu tugas penting dari lembaga pengelola zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus
dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media, seperti khutbah Jumat, majelis ta’lim, seminar, diskusi, melalui media surat kabar, majalah,
radio, internet maupun televisi. Dengan sosialiasai yang baik dan optimal, diharapkan masyarakat muzakkiakan semakin sadar untuk membayar zakat
melalui lembaga zakat yang kuat, amanah dan terpercaya.
28
Diantara tugas-tugas yang diamanahkan kepada amil-amil zakat ada yang berbentuk kuasa, karena ia bekaitan dengan tugas asas dan
kepemimpinan. Yusuf
al-Qaradhawi dalam
bukunya, Fiqh
Zakat,
29
menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Beragama Islam. b. Mukallaf orang dewasa yang sehat akal fikirannya yang siap menerima
tanggung jawab mengurus urusan umat. c. Memiliki sifat amanah dan jujur.
28
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern,Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 132.
29
Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis, Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon, h.553.
d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat
kepada masyarakat. e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Di Indonesia profesi amil zakat masih belum menjadi sebuah profesi
yang dipilih oleh masyarakat Indonesia.Padahal semua aturan untuk menjadi seorang amil zakat sudah sangat jelas dan tegas dijelaskan dalam Al-
Qur’an.Sebagaimana halnya zakat harta dan profesi yang belum tersosialisasikan dengan baik, peran dan profesi amil zakat pun demikian.
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,
30
antara lain: Pertama,
untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakatapabila
berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan
harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintah yang Islami. Dalam bab II Pasal 5 undang-undang tersebut dikemukakan bahwa
pengelolaan zakat bertujuan:
31
30
Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis, Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon, h. 87.
31
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 126
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama.
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
2. Organisasi Lembaga Pengelola Zakat
Sebagai organisasi nirlaba milik masyarakat Indonesia, organisasi pengelolaan zakat juga memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba
lainnya, yaitu: a. sumber daya baik dana maupun barang berasal dari donatur yang mempercayakan kepada lembaga. b. menghasilkan berbagai pengelolaan
jasa dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. c. kepemilikan organisasi pengelola zakat tidak seperti lazimnya pada organisasi bisnis.
Organisasi pengelola
zakat mempunyai
karakteristik yang
membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya
32
yaitu: 1. Terkait dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip syariah Islam. 2. Sumber danautama adalah
zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. 3. Memiliki Dewan Pengawas dalam struktur organisasinya.
a. Susunan Organisasi Badan Amil Zakat 1 Badan Amil Zakat
2 Dewan Pertimbangan
32
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis, Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon, h. 733.