Organisasi Lembaga Pengelola Zakat

a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali tau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertasi target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti diri pada orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat dan bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah. b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target yang amat besar yang tidak dengan mudah dalam jangka waktu yang amat singkat. Untuk itu penyaluran dana zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat dicarikan solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan. 33

3. Penyaluran Dana Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi

Perubahan dibidang ekonomi berpengaruh terhadap struktur sosial.Disatu pihak kita makin banyak melihat potensi muzakki, pada masa lalu jumlah “orang kaya” hanya terbatas.Sekarang jumlah itu makin banyak dengan terbukanya kesempatan usaha. Tetapi yang lebih penting bagi kita 33 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha, Ciputat: CED, 2005, h. 25 adalah makin besarnya “golongan menengah” pada masa lalu, zakat barang kali lebih banyak disosialisasikan dengan “orang kaya” pemilik hahrta. Sekarang potensi total dari sumber zakat itu melebar dan lebih besar. Ini menimbulkan dampak pada pengelolaan, khususnya dalam aspek mobilisasinya. Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada umumnya adalah dengan yang biasa disebut “zakat produktif” pokok gagasannya adalah menolong golongan miskin tidak memberi “ikan” melainkan dengan “kail” kalau zakat diberikan hanya semata-mata untuk dikonsumsi maka pertolongan itu bersifat sementara. Tetapi kalau diberikan untuk membantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka pertolongan itu akan sangat membantu yang bersangkutan untuk keluar dari garis kemiskinan. Dengan munculnya gagasan itu ada beberapa pola penyaluran dana zakat: a. Zakat diberikan secara langsung kepada fakir miskin untuk keperluan konsumtif. Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat ini diarahkan terutama kepada golongan the destitute yang sifatnya relief dan dampaknya bersifat jangka pendek. b. Zakat diberikan kepada mereka yang terlihat dalam kegiatan pendidikan dan dakwah, yang dalam taraf hidup kekurangan. c. Sebagian dana zakat dan lainnya sedekah, infaq dan wakaf diperuntukan guna membangun prasarana ibadah dan pendidikandakwah Islam. d. Sebagian kecil zakat kini sudah diarahkan ke tujuan produktif, baik berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi golongan miskin tetapi mesti tergolong the destitute, dengan harapan mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan. Bahkan dalam jangka waktu tertentu diharapkan bisa menjadi muzakki, setidak-tidaknya dalam zakat fitrah. e. Bagian yang lain, yang jumlahnya sedikit diperuntukan untuk amil bisa berkembang, yaitu tidak semata-mata untuk orangnya, melainkan bisa pula lembaganya yang mengelola dan bisa memajukan dari segi pengorganisasiannya. 34 34 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha, Ciputat: CED, 2005,h. 55