9 Pembuatan  roti  manis  pada  penelitian  ini  menggunakan  metode  straight  dough  yaitu  metode
pembuatan roti dengan melakukan pengulenan dan fermentasi berulang.
1. Bahan-Bahan Pembuatan Roti
a. Tepung Terigu Berdasarkan  kandungan  proteinnya,  jenis  terigu  dalam  pembuatan  roti  secara  garis
besar dapat dibagi menjadi tiga  kelompok  yaitu terigu kuat kadar protein 11-13, terigu sedang 9-11 dan terigu lunak 7-9. Terigu  yang sering digunakan  dalam  pembuatan
roti  adalah  terigu  kuat.  Terigu  kuat  akan  membentuk  gluten  yang  elastis  dan  kuat  untuk menahan  gas  dalam  adonan,  sehingga  adonan  dapat  mengembang  dengan  baik  dan  roti
yang dihasilkan akan memiliki tekstur dan remah crumb yang baik. Tabel 4. Syarat mutu roti manis SNI 01-3840-1995
No. Jenis Uji
Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Penampakan -
Normal tidak berjamur 1.2 Bau
- normal
1.3 Rasa -
normal 2
Air ,bb
maks. 40 3
Abu tidak termasuk garam dihitung atas dasar bahan
kering bb
maks. 3 4
Abu yang tidak larut dalam asam
,bb maks. 3
5 NaCl
bb maks. 2.5
6 Gula
bb maks. 8.0
7 Lemak
bb maks. 3
8 Serangga atau belatung
- tidak boleh ada
9 Sakarinsiklamat
- negatif
10 Cemaran logam
10.1 Hg mgkg
maks. 0.05 10.2 Pb
mgkg maks. 1.0
10.3 Cu mgkg
maks. 10.0 10.4 Zn
mgkg maks. 40.0
11 Cemaran As
mgg maks. 0.5
12 Cemaran mikroba
12.1 Angka lempeng total kolonig
maks. 10
6
12.2 E. coli APMg
3 12.3 Kapang
kolonig maks. 10
4
Dewan Standardisasi Nasional 1995
Terigu memberikan struktur, tekstur, dan flavor bagi produk bakery. Pati merupakan salah  satu  komponen  dalam  terigu  yang  memperkuat  produk  melalui  gelatinisasi,  dan
10 merupakan  salah  satu  faktor  yang  berkontribusi  terhadap  remah  roti.  Remah  roti  sebagian
terbentuk  selama  pemanggangan  melalui  jumlah  dan  ukuran  sel-sel  udara  yang  terbentuk, derajat  gelatinisasi  pati,  serta  jumlah  koagulasi  protein.  Pati  dalam  terigu  dapat  dipecah
oleh  enzim  amilase  menjadi  dekstrin,  malt  dan  glukosa.  Komponen-komponen  ini  akan memberikan  rasa  manis,  membuat  kulit  roti  lebih  gelap,  meningkatkan  fermentasi,  serta
membuat tekstur adonan lebih ringan Brown 2000. Gluten  berkontribusi  pada  kekuatan  struktur  adonan.  Gluten  bersifat  elastik  dan
plastis.  Kemampuan  mengembang  gluten  karena  tekanan  udara,  uap  air,  atau karbondioksida  dalam  adonan  merupakan  hasil  dari  elastisitas  glutenin  dan  kelengketan
serta kemudahan mengalir dari gliadin. Adonan roti mengembang karena produksi gas dari khamir.  Selain  itu,  gelembung  udara  yang terperangkap  dalam  kantung-kantung  kecil  saat
pengulenan,  mengembangkan  dan  meregangkan  lembaran  gluten  ke  luar  dan  ke  atas. Kemudian,  saat  kenaikan  suhu  pada  saat  pemanggangan,  uap  air  bersama  dengan
karbondioksida  dan  etanol  yang  memuai  menyebabkan  gluten  mengembang  lebih  lanjut. Struktur  produk  bakery terbentuk  ketika  panas dari  pemanggangan  mengkoagulasi  protein
dan menggelatinisasi pati Brown 2000. Pembentukan gluten dalam adonan atau campuran terigu terdiri dari dua tahap, yaitu
hidrasi  campuran  terigu  dan  pengulenan  adonan.  Hidrasi  protein  terigu  merupakan  tahap pertama  dalam  pembentukan  gluten.  Semakin  tinggi  kadar  protein  dalam  terigu,  semakin
banyak pula air yang diserap. Hal ini terjadi karena gliadin dan glutenin menyerap air kira- kira  dua  kali  beratnya. Air membantu  menarik protein pembentuk  gluten dari endosperma
yang  sudah  hancur.  Setelah  dihidrasi,  gliadin  dan  glutenin  mulai  membentuk  jalinan kompleks gluten yang diisi air dalam ruang antaranya Brown 2000.
Pengulenan  menekan  dan  meregangkan  adonan  untuk  meningkatkan  kekuatan gluten. Pengulenan juga meratakan distribusi khamir ke sumber-sumber makanannya dalam
adonan,  meredistribusi  gelembung  udara,  dan  menghangatkan  adonan,  meningkatkan fermentasi  dan  produksi  karbondioksida.  Selama  pengulenan,  adonan  berubah  dari  massa
yang  lengket  menjadi  mulus,  dapat  direggangkan  dan  mudah  dibentuk,  tapi  kembali  ke bentuk semula jika ditekan dengan pelan.
Proses  pengulenan  akan  menyusun  kembali  molekul-molekul  protein  sehingga tersusun  dengan  arah  yang  sama  dan  lebih  mudah  membentuk  ikatan  silang  yang
menyebabkan  adonan  lebih  kaku.  Secara  fisik  pengulenan  memecah  ikatan  antara  atom- atom sulfur, membentuk ikatan baru dan menyebabkan molekul gluten merenggang Brown
2000. b.  Khamir
Khamir Saccharomyces cerevisiae berperan penting dalam mengaerasi adonan roti. Melalui  proses  fermentasi,  khamir  mengubah  karbohidrat  dalam  adonan  roti  menjadi
karbondioksida  dan  air. Karbondioksida menyebabkan adonan roti  teraerasi Daniel 1978 sehingga  dihasilkan  roti  yang  mengembang  dan  porous  Pomeranz  dan  Shellenberger
1971. Enzim  dalam  khamir  yeast  invertase  menghidrolisis  pati  menjadi  glukosa  dan
fruktosa,  sementara  amilase  dari  terigu  memecah  pati  menjadi  maltosa,  yang  kemudian dibawa  ke  sel  khamir  dan  diubah  menjadi  glukosa.  Gula  sukrosa  yang  ditambahkan  ke
dalam  adonan  roti  juga  dipecah  oleh  yeast  invertase  menjadi  glukosa  dan  fruktosa Pomeranz dan Shellenberger 1971.
11 c.  Gula
Gula berkontribusi terhadap rasa manis pada roti. Selain itu, gula juga berpengaruh terhadap volume, kelembaban, kelembutan, warna, penampakan dan jumlah kalori dari roti.
Sebagian  gula  dimanfaatkan  oleh  khamir  sehingga  mempengaruhi  volume  roti  dengan menyediakan makanan bagi khamir. Akan tetapi terlalu banyak gula lebih dari 12 dapat
menyebabkan penurunan volume. Gulajuga berkontribusi terhadap kelembutan roti dengan cara  berkompetisi  dengan  pati  dalam  mengikat  air  yang  diperlukan  untuk  hidrasi  protein
terigu  dan  pembentukan  gluten.  Kulit  roti  pada  awalnya  renyah,  tetapi  bertambah  lembut karena gula menarik air dari udara atau kulit roti. Fungsi lain dari gula adalah memberikan
warna coklat pada kulit roti melalui karamelisasi dan reaksi Maillard Brown 2000. d.  Garam
Garam  ditambahkan  ke  dalam  adonan  roti  untuk  memberikan  flavor,  membentuk adonan  yang  lebih  kaku,  memperbaiki  volume,  tekstur  dan  keseragaman  struktur  dalam
roti,  serta  memperpanjang  umur  simpan.  Garam  dapat  mengontrol  pertumbuhan  khamir. Tanpa  garam,  fermentasi  akan  berlangsung  sangat  cepat  dan  menghasilkan  adonan  yang
lengket  dan  sulit  ditangani. Akan tetapi, terlalu  banyak  garam akan  menghambat  aktivitas khamir,  mengurangi  jumlah  gas  karbondioksida  yang  terbentuk  dan  mengurangi  volume
roti Brown 2000. e.  Air
Air  diperlukan  untuk  menghidrasi  gluten  dan  mengelatinisasi  pati.  Selain  itu,  air bertindak sebagai pelarut bahan-bahan kering, mengaktivasi khamir, dan menyediakan uap
air  untuk  pengembangan  Brown  2000.  Jumlah  air  yang  digunakan  dalam  adonan  roti tergantung  dari  penyerapan  air  oleh  terigu,  merode  dan  alat  yang  digunakan  dalam
pembuatan  adonan,  serta  karakteristik  yang  diinginkan  dari  roti.  Jumlah  air  yang  terlalu banyak  akan  menyebabkan  adonan  lengket  dan  sulit  ditangani.  Roti  yang  dihasilkan  akan
basah, lembab dan rentan terhadap kerusakan mikrobiologis. Jika air yang digunakan terlalu sedikit,  maka  adonan  akan  terlalu  kering,  tidak  dapat  tercampur  dengan  baik,  dan
fermentasi  oleh  khamir  berkurang.  Roti  yang  dihasilkan  akan  keras  dan  rapuh  Pomeranz dan Shellenberger 1971.
f.  Lemak Lemak berfungsi sebagai pengempuk dan menambah volume roti, flavor, warna dan
ketahanan terhadap staling. Lemak terlibat dalam pembentukan gluten, menciptakan remah yang  lebih empuk.  Semakin  banyak lemak,  semakin  pendek  jalinan  gluten  yang  terbentuk
sehingga  adonan  lebih  mudah  ditangani  dan  lebih  lunak  Brown  2000.  Lemak  yang digunakan dapat berupa shortening, margarine atau mentega.
g.  Susu Susu tidak harus digunakan dalam pembuatan roti. Akan tetpai, susu biasanya lebih
disarankan  daripada  air  karena  dapat  meningkatkan  kualitas  roti  secara  keseluruhan.  Susu menambah  citarasa  dan  nilai  gizi  roti.  Laktosa  dalam  susu  akan  meningkatkan  flavor  roti
dan warna kulit roti melalui reakasi Maillard Brown 2000.
12 h.  Telur
Telur digunakan
untuk memperkuat
struktur roti,
menambah volume
pengembangan,  memberikan  warna,  flavor,  dan  nilai  gizi  yang  lebih  baik.  Kuning  telur berfungsi  sebagai  emulsifier  yang  dapat  menghambat  staling.  Penampakan  roti  dapat
diperbaiki dengan mengoleskan putih telur pada permukaan roti Brown 2000.
2. Proses Pembuatan Roti