3 Banana
mengandung  80  bobot  kering  gula  dan  5  pati  sedangkan  pada  jenis  plantain kandungan  patinya  mencapai  17  dan  gula  sebesar  66  Kekitu  1973.  Loesecke  1950  dan
Simmons 1966 menyatakan bahwa pisang kaya akan mineral dan vitamin, seperti fosfor, kalium, magnesium, khlor, natrium, kalsium, besi, sulfur, silica serta karoten, vitamin B1, inositol, vitamin
B6, niacin, vitamin C dll. Jenis pisang plantain memiliki kandungan karbohidrat, protein, pati dan abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pisang banana, sedangkan kandungan lemak dan
air pisang plantain lebih rendah dibandingkan dengan pisang banana Tabel 1. Jenis  pisang  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  yaitu  pisang  uli.  Pisang  uli  merupakan
salah satu  jenis  pisang plantain  yang banyak terdapat di daerah Bogor. Judoamidjojo  dan  Lestari 2002 melaporkan bahwa kadar pati dari tiga jenis pisang plantain nangka, uli dan siam cukup
tinggi  yaitu  berkisar  55-62.  Selain  itu,  pisang  uli  memiliki  daya  cerna  pati  terendah dibandingkan dengan jenis pisang lokal lainnya, yaitu kepok, siam dan tanduk Jenie et al. 2009.
Tabel 2. Sifat kimia dan fisik empat jenis pisang lokal Jenie et al. 2009 Tepung
pisang Hasil Analisis
Kadar air
bk Kadar
pati bk
Pati resisten
bk Serat
pangan bk
Daya Cerna
pati bk
Derajat putih
bk Kepok
11.99 65.71
2.87 10.13
45.96 62.45
Siam 11.48
61.96 2.78
9.65 42.76
63.36 Uli
11.05 68.96
2.72 9.36
27.72 51.18
Tanduk 16.16
73.65 2.50
7.33 42.55
75.28
Keterangan : bk= basis kering
B. TEPUNG PISANG
Tepung pisang adalah tepung yang dibuat dari buah pisang muda maupun pisang tua yang belum  matang.  Tepung  pisang  yang  dihasilkan  mempunyai  nilai  gizi  yang  baik,  sehingga
diharapkan  pada  masa  yang  akan  datang  dapat  dijadikan  sebagai  salah  satu  komoditi  yang  dapat diunggulkan sebagai bahan penganekaragaman makanan Leki 1992.
Menurut  Loesecke  1950,  tepung  pisang  mempunyai  sifat  mudah  dicerna  sehingga  baik untuk  makanan  tambahan  bayi  dan  para  penderita  sakit  pencernaan.  Proses  pembuatan  tepung
pisang secara umum terdiri atas dua cara, yaitu proses basah dan proses kering. 1. Proses Basah
Pembuatan  tepung  pisang  secara  basah  yaitu  dengan  cara  :  pisang  yang  telah  berbentuk bubur atau pasta dikeringkan dengan alat pengering drum drier atau spray drier.
2. Proses Kering Proses  pembuatan  tepung  pisang  secara  kering  yaitu  setelah  dikupas,  pisang  diiris  tipis.
Hasil  irisan  tersebut  dikeringkan  dengan  menggunakan  alat  pengering  ataupun  sinar  matahari. Setelah  pisang  kering.  Selanjutnya  pisang  digiling  atau  dihancurkan  sampai  kehalusan  tertentu
sehingga akan dihasilkan tepung pisang Hardiman 1982.
4 Pada  pembuatan  tepung  pisang  uli  modifikasi  TPM  digunakan  pisang  uli  tua  dengan
warna kulit  masih hijau dengan derajat kematangan ¾ matang Jenie et al. 2009. Tepung pisang dari pisang muda mengandung pati yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tepung pisang dari
pisang tua, sedangkan kandungan gula-gula sederhananya sebaliknya Munadjim 1983. Selain itu, menurut  Von  Loesecke  1950,  pisang  yang  akan  digunakan  untuk  pembuatan  tepung  pisang
sebaiknya dipanen pada saat telah mencapai ¾ penuh dengan ciri-ciri sudut dari sisi pisang tumpul dan sisinya berjumlah 3. Karena pada kondisi tersebut pembentukan pati mencapai maksimum dan
tannin sebagian besar terurai menjadai ester aromatic dan fenol, sehingga dihasilkan rasa asam dan manis yang seimbang.
Pembuatan  tepung  pisang  tanduk  yang  kaya  pati  resisten  telah  diteliti  oleh  Jenie  et  al. 2009 dengan proses  modifikasi  dua  tahap,  yaitu fermentasi spontan selama  24  jam,  dilanjutkan
dengan  proses  pemanasan  otoklaf  dan  pendinginan  dalam  lemari  es.  Hasil  yang  diperoleh menunjukkan  bahwa  kadar  pati  resisten  tepung  pisang  tanduk  modifikasi  lebih  tinggi  15.24
dibandingkan  dengan  kadar  pati  resisten  pada  tepung  pisang  tanduk  alami  6.38.  Putra  2010 melaporkan bahwa tepung pisang tanduk modifikasi dengan fermentasi dan otoklaf selain mampu
menstimulasi  pertumbuhan  probiotik,  juga  dapat  dijadikan  sebagai  pangan  sumber  serat  dengan indeks glikemik yang rendah.
C. PANGAN FUNGSIONAL