MDA-TBA melalui yang terbentuk memiliki
spektrofotometer kompleks MDA-TBA
pada Gambar 5.
Gambar
G. SEL LIMFOSIT
Limfosit adalah vertebrata. Sel limfosit
mensintesis dan mensekresi darah sebagai respon
1982. Komposisi Limfosit merupakan
plasma. Pada manusia darah. Menurut Guyton
sekitar 30. Komposisi sementara penampakan
dilihat pada Gambar melalui reaksi nucleophilic addition reaction. Senyawa
memiliki warna merah jambu yang dapat diukur spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Reaksi
TBA pada metode pengukuran kadar malonaldehida
Gambar 5. Reaksi pembentukan kompleks MDA-TBA
LIMFOSIT MANUSIA
adalah salah satu jenis sel darah putih dalam limfosit berperan dalam sistem perlindungan
mensekresi antibodi atau immunoglobulin respon terhadap keberadaan benda asing Sheeler
Komposisi dari sel limfosi t manusia dapat dilihat merupakan sel dengan inti yang besar, bulat, dan
manusia sekitar 3.5 x 10
10
limfosit setiap hari masuk Guyton 1987, persentase limfosit di dalam
Komposisi dari sel darah putih manusia dapat dilihat penampakan dari sel darah putih dan komposis i darah
Gambar 6. Senyawa MDA-TBA
diukur menggunakan Reaksi pembentukan
malonaldehida dapat dilihat
TBA
dalam sistem imun perlindungan tubuh dengan
ke dalam jaringan Sheeler dan Bianchi,
dilihat pada Lampiran 2. dan memiliki sedikit
masuk dalam sirkulasi darah putih adalah
dilihat pada Tabel 3 , darah manusia dapat
Tabel 3. Komposisi
Sel darah putih
total Granulosit
Neutrofil Eosinofil
Basofil Limfosit
Monosit
Gambar
Komposisi sel darah putih manusia Ganong, 1979
Selml darah rata-rata
Batas Jumlah Normal
Persentase
9000 4000 – 11000
5400 3000 – 6000
275 150 – 300
35 0 – 100
2750 1500 – 4000
540 300 – 600
a b
Gambar 6. a Sel limfosit manusia, b Komposisi
eritrosit, limfosit, monosit, neutrofil, dan Ganong, 1979
Persentase
50–70
1–4 0.4
20–40 2–8
Komposisi darah manusia; dan platelet.
Jika dilihat di bawah mikroskop, ada dua jenis limfosit secara umum yaitu limfosit dengan granular besar dan kecil. Fungsi dari sel tersebut berhubungan
dengan bentuk masing-masing. Pada umumnya limfosit granular besar disebut sel natural killer, dan limfosit granular kecil adalah sel T dan sel B.
1. Sel Natural Killer Sel NK adalah bagian dari sistem imun alami yang ada sejak seseorang
dilahirkan dan memiliki fungsi pertahanan utama dari sel tumor dan virus. Sel NK mampu membedakan sel yang terinfeksi dan sel tumor dari sel normal
dengan mengenali perbedaan kadar major histocompatibility complex MHC kelas I pada permukaan sel. MHC adalah kumpulan gen pada genom vertebrata
yang memiliki fungsi penting pada sistem imun, autoimun, dan reproduksi. MHC memiliki protein tertentu pada bagian permukaannya yang dapat
mengekspresikan gen diri sendiri, sehingga dapat dibedakan dengan antigen yang berasal dari luar.
NK sel juga dikenal sebagai Large Granular Lymphocyte LGL karena merupakan sel dengan sejumlah besar sitoplasma dengan granula azurofilik
Kuby, 1992. Istilah ‘natural killer’ diberikan karena sel ini tidak memerlukan tahap inisiasi untuk membunuh sel yang kehilangan MHC kelas I. Sel ini
diaktivasi oleh respon terhadap sitokin interferon. Sel NK yang telah diaktivasi akan melepaskan granula yang bersifat sitotoksik yang menghancurkan sel
abnormal Janeway et. al., 2001. 2. Sel B
Sel limfosit B adalah komponen selular utama dalam respon imunitas adaptif. Sel B bertanggung jawab dalam imunitas humoral dan menghasilkan
antibodi. Limfosit B mampu menghasilkan berbagai jenis antibodi yang digunakan untuk melawan antigen Sheeler dan Bianchi, 1982. Limfosit B
merupakan sel yang berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma. Sel ini memiliki reseptor-reseptor pada permukaannya
untuk antigen tertentu dan hanya sekali setelah mengenali antigen tertentu maka informasi ini akan tersimpan dalam bentuk sel memori.
Jenis-jenis dari sel limfosit B adalah Parham, 2005: a. Sel B plasma plasma sel: sel B berukuran besar yang terekspos dengan
antigen dan menghasilkan antibodi dalam jumlah besar. b. Sel B memori: terbentuk dari sel B yang teraktivasi oleh antigen tertentu
yang menginvasi pada respon imun primer. Sel ini mampu hidup dalam jangka waktu yang panjang dan mampu merespon secara cepat apabila ada
infeksi dari antigen yang sama. c. Sel B-1: mengekpresi IgM lebih banyak dibandingkan IgG, reseptornya
bersifat polispesifik yang menunjukkan pengenalan rendah pada berbagai macam antigen namun dapat merespons imunoglobulin lain, antigen diri, dan
polisakarida dari bakteri umum. d. Sel B-2, Sel B marginal, dan Sel B folikular.
3. Sel T Sama seperti sel limfosit B, sel limfosit T merupakan komponen selular
dalam sistem imunitas adaptif dan berfungsi dalam imunitas selular. Sel ini terbentuk saat sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar timus lalu
mengalami pembelahan dan pendewasaan di dalam kelenjar thymus. Limfosit T meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening
dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan Anonim, 2006.
Di bawah mikroskop, morfologi limfosit T dan B tidak dapat dibedakan. Ada tiga jenis sel T, yaitu Baratawidjaja, 1991:
a. Sel T
helper
T
h
: berperan dalam stimulasi sintesis antibodi dan aktivasi makrofag dengan cara mengsekresikan molekul protein yang disebut
sitokinin. b. Sel T
cytotoksik
T
c
: memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel alogenik dan sel sasaran yang terinfeksi oleh pathogen intraseluler. Sel ini juga yang
biasanya berperan dalam penolakan transplantasi organ.
c. Sel T
supresor
T
s
: berperan untuk menekan aktivitas sel T yang lain dan dapat menurunkan produksi antibodi sehingga berperan penting pada pengaturan
toleransi imunologikal. d. Sel T
memory
T
m
: mampu mengenali antigen spesifik dan bertahan lama setelah infeksi terjadi. Sama seperti sel B memori, sel ini juga mampu
merespon secara cepat apabila terjadi pemaparan infeksi oleh antigen spesifik yang dikenali olehnya.
H. PROLIFERASI LIMFOSIT