c. Sel T
supresor
T
s
: berperan untuk menekan aktivitas sel T yang lain dan dapat menurunkan produksi antibodi sehingga berperan penting pada pengaturan
toleransi imunologikal. d. Sel T
memory
T
m
: mampu mengenali antigen spesifik dan bertahan lama setelah infeksi terjadi. Sama seperti sel B memori, sel ini juga mampu
merespon secara cepat apabila terjadi pemaparan infeksi oleh antigen spesifik yang dikenali olehnya.
H. PROLIFERASI LIMFOSIT
Proliferasi adalah proses diferensiasi dan pembelahan sel secara mitosis yang merupakan fungsi biologis tubuh. Respon proliferasi sel limfosit yang diuji
pada sistem in vitro dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi limfosit dan status imun individu Fletcher et. al., 1994. Proliferasi dari sel limfosit dapat
diinduksi oleh suatu senyawa yang disebut mitogen. Mitogen adalah senyawa yang mampu menginduksi pembelahan sel
limfosit, baik sel T maupun sel B dalam presentase tinggi. Stimulasi limfosit dengan antigen atau mitogen mengakibatkan berbagai reaksi biokimia dalam sel,
yaitu fosforilasi nukleoprotein, pembentukan DNA dan RNA, dan peningkatan metabolisme lemak. Beberapa mitogen hanya mampu menginduksi proliferasi sel
limfosit B, beberapa yang lain hanya mampu menginduksi sel limfosit T, tetapi ada juga sebagian kecil yang mampu menginduksi keduanya secara bersamaan.
Beberapa contoh dari mitogen adalah PHA Phytohaemagglutinin, PWM Pokeweed, Concanavalin A Con A, dan Lipopolisakarida LPS.
Sejumlah mitogen yang umum digunakan adalah protein lektin yang berasal
dari tumbuhan
dan mengandung
gula terikat,
yaitu PHA
Phytohaemagglutinin dan PWM Pokeweed.
Lektin mampu mengenali perbedaan glikoprotein pada permukaan setiap sel, termasuk limfosit. PWM
adalah senyawa mitogen yang diekstrak dari tanaman pokeweed Phytolacca americana. Mitogen pokeweed dapat menginduksi proliferasi sel limfosit T dan B
secara bersama-sama Tizard, 1988. Namun tidak semua senyawa mitogen adalah
lektin. Mitogen LPS berasal dari komponen dinding sel bakteri gram negatif, yaitu Salmonella atau Eschericia sp, dan mampu menginduksi sel B Kresno, 1996.
Aktivitas mitogenik LPS berasal dari bagian lipid yang berinteraksi dengan membran plasma dan menghasilkan aktivasi seluler Kuby, 1992. Mitogen Con A
berasal dari ekstrak tanaman kacang jack Conavalin ensiformis. Sekitar 50-60 sel T memberikan respon terhadap stimulasi Concanavalin A Con A dan PHA.
Pengukuran pengujian proliferasi sel limfosit dapat dilakukan dengan melakukan pewarnaan sel menggunakan MTT. Larutan 3-[4,5-dimetilthiazol-2yl]-
2,5-diphenyl tetrazolium bromide MTT dapat bereaksi dengan enzim suksinat dehidrogenase pada sel sehingga garam tetrazolium yang berwarna kuning
menjadi kristal biru formazan yang kemudian dapat dibaca menggunakan microplate reader Wyllie et. al., 1998. Enzim suksinat dehidrogenase adalah
enzim yang disintesis oleh mitokondria pada semua sel. Semakin banyak terbentuk warna formazan, berarti semakin banyak jumlah enzim yang menghidrolisis garam
tetrazolium. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sel yang hidup juga banyak Bounous et. al., 1992.
Selain penggunaan metode MTT, pengukuran proliferasi limfosit juga dapat dilakukan menggunakan metode pewarnaan biru tripan. Biru tripan
merupakan larutan buffer isotonik Sharper, 1988. Dengan menggunakan metode pewarnaan biru tripan, sel yang hidup dapat dibedakan dengan sel mati. Sel yang
hidup akan terlihat tidak berwarna terang dan cerah dan berbentuk bulat, sedangkan sel yang mati akan berwarna biru dan mengkerut. Warna biru pada sel
yang mati disebabkan oleh pecahnya dinding sel yang mengakibatkan warna biru dari biru tripan masuk dan mewarnai keseluruhan sel. Sedangkan pada sel hidup,
dinding sel tidak pecah sehingga pewarna tidak masuk dan mewarnai keseluruhan sel. Viabilitas sel yang baik terlihat dengan semakin banyaknya jumlah sel yang
hidup. Pada penelitian yang dilakukan oleh Krismawati 2007, tampak bahwa metode pewarnaan biru tripan memberikan hasil yang tidak selalu berbanding
lurus dengan metode MTT. Hal ini dapat dikarenakan terjadinya kesalahan positif
maupun negatif pada pembacaan absorbansi pada metode MTT ataupun pengambilan sel yang tidak merata pada metode pewarnaan biru tripan.
I. UJI TOKSISITAS PADA SEL LIMFOSIT