D. RADIKAL BEBAS
Ketika suatu materi mengalami proses ionisasi maka akan terjadi eksitasi dan ionisasi atom dari materi tersebut akibat dari energi ionisasi. Peristiwa ini
dapat menyebabkan ketidakstabilan elektron di dalam atom. Atom memiliki kondisi paling stabil pada saat elektron yang berada pada lapisan terluar memiliki
pasangan elektronnya. Sedangkan yang dimaksud dengan radikal bebas adalah atom yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan kulit terluarnya dan
dapat berdiri sendiri Karlsson, 1997. Radikal bebas sangat mudah terbentuk akibat putusnya ikatan kovalen dari elektron.
Radikal bebas dapat terbentuk melalui dua cara yaitu: 1. Secara endogen : sebagai respon normal dari rantai peristiwa biokimia di dalam
tubuh, baik di dalam maupun di luar sel. 2. Secara eksogen : radikal bebas timbul akibat polusi yang berasal dari luar tubuh
dan bereaksi di dalam tubuh melalui inhalasi, jalur digesti, atau melalui penyerapan kulit. Misalnya akibat asap rokok, polutan, radiasi, obat-obatan,
makanan tercemar, dan pestisida. Radikal bebas memiliki kereaktifan yang sangat besar akibat elektron yang
tidak stabil dan selalu berusaha mendapatkan pasangan elektron. Apabila suatu molekul terebut elektronya oleh radikal bebas maka akan terbentuk sebuah
senyawa radikal baru dari molekul yang kehilangan elektronnya tersebut. Reaksi ini berjalan terus menerus sehingga disebut sebagai reaksi berantai radikal bebas.
Radikal bebas yang sangat reaktif memiliki pola gerakan yang tidak beraturan sehingga dapat menimbulkan kerusakan di berbagai bagian sel Muhilal, 1991.
Beberapa jenis radikal bebas yang dapat ditemukan dalam tubuh adalah Gutteridge, 1995:
1. Hidroperoksil radikal HO
2 •
: mampu menyebabkan sitotoksisitas dalam sistem biologis karena mampu melewati membran biologis, menginisiasi terjadinya
peroksida lemak terutama LDL.
2. Anion superoksida radikal O
2 •
: dalam larutan encer mengalami reaksi dismutase membentuk hidrogen peroksida dan oksigen.
3. Hidrogen peroksida H
2
O
2
: merupakan oksidan lemah yang relatif stabil, namun dengan keberadaan logam transisi dapat membentuk senyawa radikal
yang reaktif. Senyawa ini dapat segera bercampur dengan air dan diperlakukan seperti molekul air oleh tubuh dan dapat berdifusi melewati
membran sel. 4. Hidroksil radikal
•
OH : merupakan senyawa oksidan yang sangat berbahaya karena sangat reaktif dibandingkan dengan senyawa radikal lainnya sehingga
dapat merusak sejumlah besar molekul biologis. Pada kondisi normal, sistem antioksidan alami tubuh dapat mengontrol
radikal bebas yang terbentuk. Namun apabila terjadi stress oksidatif, dimana oksidan yang ada dalam tubuh lebih besar daripada antioksidan yang ada, maka
dapat menginduksi terjadinya kerusakan membran sel, kerusakan protein dan DNA, peroksidasi lemak, autoimun, dan penuaan aging. Radikal bebas dapat
mengoksidasi lemak dalam tubuh sehingga terbentuk peroksida lemak yang menjadi awal dari berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, kanker,
Alzheimer, dan Parkinson Diplock, 1991. Penyakit degeneratif juga dapat terjadi akibat kerusakan DNA yang disebabkan radikal bebas yang berikatan dengan
DNA tubuh dan menyebabkan terjadinya mutasi sel serta menimbulkan penyakit degeneratif, seperti kanker Halliwell dan Gutteridge, 1985. Oksidasi yang terjadi
pada lemak tak jenuh dan protein dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan jaringan biologis lain. Kerusakan jaringan biologis yang terjadi secara terus
menerus dapat mempercepat proses penuaan. Perbedaan penampakan sel tubuh yang sehat dan sel yang mengalami kerusakan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar
Namun radikal yang negatif. Sistem
mekanisme pertahanannya. biasanya ditandai oleh
jaringan mana yang
E. OKSIDASI LIPID