II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alginat dan Rumput Laut Penghasilnya di Indonesia
Alginat terdapat pada alga coklat Phaeophyceae yang berperan sebagai komponen penguat pada dinding selnya. Kandungan alginat dalam rumput laut coklat
sangat melimpah dapat mencapai 40 dari berat kering rumput laut Draget et al. 2005. Sumber utama untuk industri alginat dunia adalah Macrocystis pyrifera.
Beberapa spesies Laminaria, Ascophyllum dan Sargassum juga memiliki potensi yang besar sebagai sumber alginat Belitz Grosch, 2004. Menurut Draget et al. 2005,
alginat komersial diproduksi dari rumput laut Laminaria hyperborea, Macrocystis pyrifera
, Laminaria digitata, Ascophyllum nodosum, Laminaria japonica, Eclonia maxima
, Lessonia nigrescens, Durvillea antartica dan Sargassum spp. Rumput laut coklat penghasil alginat alginofit yang paling banyak
penyebarannya di perairan Indonesia adalah spesies dari marga Sargassum dan disusul dari marga Turbinaria Sujatmiko, 1994; Yunizal, 2004. Menurut Kadi dan Atmadja
1988, ada banyak jenis Sargassum sebagai penghasil alginat seperti Sargassum duplicatum
, Sargassum histrix, Sargassum echinocarpum, Sargassum gracilimum, Sargassum binderi
, Sargassum polycystum, Sargassum microphylum, Sargassum crassifolium
, Sargassum aquafolium, Sargassum vulgare, dan Sargassum polyceratium. Jenis dan distribusi beberapa rumput laut coklat disajikan pada Tabel 1.
Kandungan alginat dan komposisi penyusun alginat dari masing-masing rumput laut sangat beragam dan dipengaruhi beberapa faktor seperti spesies daerah dan iklim
asal rumput laut, umur, bagian tanaman, dan kondisi lingkungan dimana rumput laut tumbuh Alvares Carmona, 2007; Belitz Grosch, 2004; Draget, 2000;
Jothisaraswathi et al. 2006; Miller, 1996; Soegiarto et al. 1978.
2.2 Ekstraksi dan Viskositas Alginat dari Alginofit asal Perairan Indonesia Alginat pertama kali diekstraksi oleh Stanford pada tahun 1881 dari rumput laut
coklat. Modifikasi metode ekstraksi Stanford dilakukan dengan proses “green cold” dan telah diterapkan dalam beberapa industri alginat di Jepang Anonim, 2007
a
. Metode ekstraksi alginat dari rumput laut di perairan Indonesia pertama kali dilakukan dengan
memodifikasi Metode ekstraksi “Green Cold” dan “Le Gloahec-Helter” oleh Yani pada tahun 1988 Syahrul, 2005. Metode ekstraksi dengan menggunakan Na
2
CO
3
dan CaCl
2
juga telah dilakukan oleh Anggadiredja pada tahun 1992 Angkasa et al. 1996.
Tabel 1. Jenis dan penyebaran rumput laut coklat di Indonesia Jenis
Penyebaran Chyboospora pasifica
Jawa Dictyota apiculata
Sulawesi Hydroclatharus
Kalimantan, Jawa, Timor, Irian, Sumbawa Padina australis
Sumatra, Jawa, Sumbawa, Sulawesi Sargassum aquifolium
Tersebar Luas
Sargassum silicuosum Jawa, Sulawesi, Aru, Kei, Irian
Sargassum polycystum Tersebar luas
Turbinaria ornata Tersebar luas
Turbinaria conoides Tersebar luas
Sumber: Soegiarto,1978 diacu dalam Sujatmiko, 1993 Metode ekstraksi lain dikembangkan oleh Istini dan Sujatmiko 1995, namun
masih menghasilkan viskositas yang rendah yaitu untuk rumput laut Turbinaria conoides
sebesar 21.33 cP dengan rendemen 19.07. Purwoto 1995 telah melakukan ekstraksi dengan memodifikasi metode Yani dan Okazaki, namun viskositas alginat
yang dihasilkan dari rumput laut Turbinaria conoides masih rendah yaitu 17.5 cP pada konsentrasi 1. Hasil ektraksi alginat dari rumput laut Sargassum ilicifolium dengan
metode modifikasi oleh Murtini et al. 2000 telah menghasilkan viskositas yang lebih baik yaitu 467.7 cP. Viskositas alginat dari rumput laut Sargassum filipendula dengan
metode ektraksi Capman chapman 1980 menghasilkan viskositas 90 cP Wikanta et al.
2000. Perbaikan metode ekstraksi oleh Basmal et al. 2002 menghasilkan alginat dari
rumput laut Sargassum filipendula dengan viskositas 272.6 cP dengan rendemen 6,8. Siswati 2002 melakukan modifikasi ekstraksi terhadap rumput laut Sargassum sp. dan
menghasilkan rendemen 19 dengan viskositas 86.8 cP pada konsentrasi 1. Rasyid 2003
a
melakukan ekstraksi dengan menggunakan metode yang dimodifikasi oleh LIPI menghasilkan rendemen alginat dari Turbinaria conoides sebesar 25.65 dengan
viskositas 560 cP pada konsentrasi 2. Dengan teknik yang sama, dari rumput laut Turbinaria decurens
diperoleh rendemen sebesar 20.30 dengan viskositas 560 cP Rasyid, 2003
b
. Berdasakan viskositasnya, alginat dapat dibedakan menjadi empat kelompok
yaitu viskositas sangat rendah, viskositas rendah, viskositas sedang dan viskositas tinggi. Viskositas alginat berdasarkan konsentrasinya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Variasi viskositas larutan alginat pada suhu 20 C mPa.s.
Tipe Alginat Konsentrasi
1 1.5 2 3 4 Viskositas sangat rendah
10 20
45 130
350 Viskositas rendah
20 60
180 650
2200 Viskositas sedang
350 1800
6000 tt
tt Viskositas tinggi
800 4000
9000 tt
tt Keterangan: tt = tidak terukur Sumber: Mc. Hugh, 2008
Sebagai bahan tambahan pangan food additives, natrium alginat harus memenuhi beberapa spesifikasi yang telah ditetapkan oleh JECFA khususnya mengenai
tingkat kemurnian dan cemaran mikrobiologi seperti pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Spesifikasi mutu natrium alginat menurut JECFA 2006
Spesifikasi Natrium alginat
Kemurnian: Susut pengeringan
kadar air 15
Bahan tidak larut air 2
Arsen As 3 mgkg
Timbal Pb 5 mgkg
Mikrobiologi: TPC
Kapang dan khamir Coliform
Salmonella 5000 kolonig
500 kolonig Negatif
Negatif Sumber: FAO, 2008
2.3 Komposisi Alginat