Karakteristik pecah Pengaruh konsentrasi CaCO

4.2.3 Pengaruh konsentrasi CaCO

3 terhadap karakteristik tekstur gel alginat. Karakteristik tekstur gel dianalisa dengan tes penetrasi menggunakan TA-XT2 Texture analyzer dengan parameter yang diamati meliputi karakteristik pecah, kekuatan gel, modulus rigidity, dan elastisitas.

4.2.3.1 Karakteristik pecah

Dari tekstur gelnya, terlihat bahwa jenis alginat sangat nyata pengaruhnya terhadap sifat fisik gel yang dihasilkan. Alginat komersial sigma menghasilkan gel paling lunak dan elastis sehingga ketika dilepas dari cetakan permukaannya cenderung turun. Sebaliknya, gel yang dihasilkan oleh alginat dari Turbinaria sp. teksturnya cukup kaku dan teguh sehingga ketika dilepaskan dari cetakan bentuknya Gel alginat dari Sargasum sp. relatif kokoh meskipun tidak sekokoh alginat dari Turbinaria sp. tetapi jauh lebih kokoh dibandingkan aginat komersial Sigma. Karakteristik pecah dari ketiga jenis gel alginat menunjukkan profil yang berbeda, dimana alginat komersial Sigma menghasilkan profil yang halus pada saat pecah tidak bergerigi atau bertahap. Hal ini menunjukkan bahwa gel alginat komersial Sigma ini memiliki rigiditas yang rendah dan homogenitasnya tinggi. Gel alginat dari Sargassum sp. dan Turbinaria sp. menunjukkan bentuk pecah yang kasar bergerigi atau bertahap yang menunjukkan rigiditas yang yang lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi monomer penyusun alginat dimana alginat dari Sargassum sp. dan Turbinaria sp. mempunyai rasio MG yang rendah proporsi guluronat lebih tinggi dibandingkan mannuronat dan sebaliknya alginat komersial Sigma mempunyai rasio MG yang tinggi Gambar 8. Dari struktur kimianya, blok polimannuronat mempunyai konformasi yang lurus dan mempunyai fleksibilitas pergerakan molekul yang lebih baik dibandingkan asam guluronat, sehingga mampu menghasilkan gel yang lebih elastis. Pada poliguluronat, fleksibilitas pergerakan molekul kurang baik sehingga gel yang dihasilkan bersifat rigid. Dari profil tersebut juga terlihat bahwa pada alginat komersial Sigma, penambahan konsentrasi CaCO 3 relatif tidak merubah kemiringan slope dari profil pecah yang dihasilkan. Hal ini bertolak belakang dengan alginat dari Turbinaria sp. dimana peningkatan konsentrasi CaCO 3 akan meningkatkan kemiringan kurva secara nyata. Hal ini berarti bahwa pada alginat dari Turbinaria sp., peningkatan konsentrasi CaCO 3 akan menaikkan rigiditas gel secara nyata. Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi garam kalsium, senyawa poliguluronat yang banyak terdapat Gambar 8. Profil karakteristik pecah gel alginat berdasarkan jenisnya pada berbagai konsentrasi CaCO 3 dan GDL 30 mM Sargassum sp. Turbinaria sp. Komersial Sigma 30 mM 25 mM 20 mM 15 mM 12.5 mM 30 mM 25 mM 20 mM 15 mM 12.5 mM 30 mM 25 mM 20 mM 15 mM 12.5 mM 10 mM 10 mM 10 mM 7.5 mM dalam alginat Turbinaria sp. ini akan semakin banyak yang berikatan dengan kalsium, dan dengan adanya ikatan ionik ini maka fleksibilitas pergerakan molekul semakin sulit. Pada alginat komersial Sigma yang banyak mengandung polimannuronat, egg- box model yang tersedia untuk pengikatan ion Ca 2+ lebih sedikit, sehingga peningkatan konsentrasi garam kalsium ini relatif sedikit pengaruhnya terhadap fleksibilitas pergerakan molekul dan elastisitas gel alginat. Hal ini sesuai dengan pendapat Reis et al. 2006, yang menyatakan bahwa selama pembentukan gel, ion pembentuk gel lebih suka berikatan dengan blok asam guluronat dibandingkan dengan blok asam mannuronat. Profil pengukuran tekstur gel alginat berdasar konsentrasi penambahan CaCO 3 disajikan pada Gambar 9. Profil tersebut menunjukkan bahwa jenis alginat menghasilkan modulus rigidity yang sangat berbeda yang terlihat dari kemiringan kurva slope. Modulus rigidity alginat dari Turbinaria sp. paling tinggi disusul alginat dari Sargassum sp. dan komersial Sigma. Hal ini diduga berkaitan erat dengan komposisi monomer penyusun alginat yang juga menunjukkan perbedaan yang berarti antara ketiga jenis aginat tersebut. Hasil pengamatan rasio MG menunjukkan bahwa alginat dar Turbinaria sp. lebih didominasi blok poliguluronat rasio MG 0.72, disusul algnat dari Sargassum sp. rasio MG 0.96 dan komersial Sigma rasio MG 1.37. Semakin banyak blok poliguluronat ada dalam alginat maka fleksibilitas pergeseran molekul alginat semakin kecil sehingga gel yang dihasilkan bersifat lebih rigid. Sebaliknya semakin banyak blok polimannuronat dalam alginat akan menghasikan fleksibilitas pergeseran molekul yang lebih baik dan gel alginat yang dihasilkan bersifat lebih elastis. Beberapa peneliti sebelumnya juga menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan poliguluronat dalam alginat maka akan menghasilkan gel dengan tekstur yang lebih rigid Draget et al. 1991; Draget et al. 2000; Mars Titoria 2004; Outokesh et al. 2006; Reis et al. 2006. Gambar 9. Profil karakteristik pecah gel alginat pada konsentrasi CaCO 3 rendah, sedang, tinggi dan konsentrasi GDL 30 mM Modulus rigidity Komersial Sigma CaCO 3 10 MM CaCO 3 20 MM CaCO 3 30 MM Sargassum sp. Turbinaria sp. Turbinaria sp. Sargassum sp. Komersial Sigma Turbinaria sp. Sargassum sp. Komersial Sigma Modulus rigidity Modulus rigidity

4.2.3.2 Kekuatan Gel