Faktor- faktor Risiko Produksi

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi risiko dalam kegiatan produksinya. Fluktuasi produktivitas akibat risiko produksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Tingkat produktivitas beberapa tanaman sayuran organik di perusahaan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Tingkat Produktivitas Kgm 2 Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Selama 10 Periode di PT Masada Organik Indonesia Bulan April 2010 – Januari 2011. Komoditi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bayam H. 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 Brokoli 0,01 0,04 0,02 0,02 0,03 0,03 0,05 0,02 0,01 0,01 Caisin 0,2 0,2 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3 Wortel 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 Tabel 17 menunjukkan bahwa produktivitas empat komoditi sayuran organik pada perusahaan selama 10 periode mengalami fluktuasi. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi perusahaan dalam memproduksi sayuran organik. Risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada risiko produksi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik.

6.1.1. Faktor- faktor Risiko Produksi

Dalam budidaya sayuran organik tidak terlepas dari risiko produksi. Risiko produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor risiko produksi yang dihadapi oleh PT Masada Organik Indonesia antara lain: a. Curah Hujan Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan produktivitas sayuran menurun dikarenakan tanaman rentan terhadap hama penyakit dan menimbulkan kebusukan pada tanaman sehingga produksi sayuran tidak optimal. Oleh karena itu curah hujan yang sesuai untuk sayuran organik adalah curah hujan yang rendah, hal ini dikarenakan tanaman pada curah hujan yang rendah tidak rentan terhadap penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan air bila curah hujan rendah, diperlukan pengairan dan penyiraman yang sesuai kebutuhan. Berdasarkan informasi di lapangan, saat ini kondisi cuaca yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sayuran sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu PT Masada Organik Indonesia dalam meminimalisasi risiko terhadap curah hujan yang tinggi, dengan membangun sungkup pada lahan agar tanaman tidak terkena hujan sehingga persentase keberhasilan sayuran dapat dicapai secara optimal. b. Kabut Kabut yang timbul dapat menyebakan kelembapan udara menjadi tinggi sehingga membuat tanaman mudah rusak dan busuk. Selain itu, kabut merupakan media bagi hama untuk bergerak dan berpindah-pindah dalam menyerang tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kabut seringkali muncul setiap pagi, setelah hujan, dan saat sore hari menjelang malam. c. Serangan Hama dan Penyakit Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor risiko yang dihadapi dalam budidaya sayuran organik, hal ini disebabkan karena karakteristik sayuran organik yang rentan terhadap hama penyakit dan akan berdampak terhadap produksi yang dihasilkan. Hama yang sering menyerang sayuran organik adalah ulat titik tumbuh Crocidolomia binotalis Zell, ulat tritip Plutella maculipennis, dan lain lain. Penyakit yang sering menyerang sayuran adalah penyakit bercak daun, busuk basah, busuk daun, dan lain-lain. Hama penyakit dapat menyerang mulai dari akar, umbi, batang, daun, dan ujung daun. Kemunculan hama penyakit seringkali tidak dapat diprediksi sebelumnya, hal ini dikarenakan munculnya hama dan penyakit tersebut dipengaruhi faktor cuaca dan iklim yang juga tidak dapat diprediksi secara tepat. d. Tingkat Kesuburan Lahan Beberapa hal yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan lahan adalah kesesuaian dan daya dukung. Salah satu bagian dari daya dukung lahan terhadap aktivitas usahatani yang dilakukan adalah tingkat kesuburan lahan. Lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang kurang subur, kesuburan lahan biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah. Perbedaan struktur maupun tekstur tanah ini biasanya sesuai dengan jenis tanahnya. Oleh karena itu lahan yang digunakan pada sayuran organik sebaiknya harus dilakukan pembersihan lahan terlebih dahulu yang meliputi pencabutan rumput-rumput liar atau gulma, dan pembersihan tanaman keras dan selanjutnya dilakukan penggemburan serta pemberian pupuk kandang. Tingkat risiko produksi yang ada di PT Masada Organik Indonesia dapat diketahui dengan melakukan penilaian risiko produksi berdasarkan produktivitas. Langkah awal yang dilakukan adalah mengukur peluang yang diperoleh dari frekuensi kejadian yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Data produksi yang digunakan untuk analisis risiko produksi adalah data produksi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik selama 10 bulan. Data historis yang telah diperoleh dari perusahaan dapat digunakan untuk menentukan besarnya nilai peluang. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan bernilai sama yaitu sebesar 0,1. Nilai peluang yang telah diketahui dari produktivitas dan pendapatan kemudian digunakan untuk mencari nilai expected return. Perhitungan expected return pada peluang kondisi yang sama adalah peluang dikalikan dengan total tingkat produktivitas tiap komoditi. Berikut ini adalah hasil perhitungan peluang dan expected return pada komoditi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produktivitas pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Total Tingkat Produktivitas Peluang Expected Return Bayam Hijau 2,12 0,1 0,212 Brokoli 0,23 0,1 0,023 Caisin 2,02 0,1 0,202 Wortel 1,84 0,1 0,184 Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh nilai Expected Return berdasarkan produktivitas pada komoditi sayuran organik, maka perlu diketahui terlebih dahulu berapa total tingkat produktivitas dan peluang kejadiannya. Peluang kejadian telah dijelaskan sebelumnya tentang cara mendapatkan nilai peluangnya, sedangkan untuk total tingkat produktivitas diperoleh dari jumlah produktivitas tiap komoditi sayuran organik selama 10 periode. Pihak perusahaan harus membuat perencanaan produksi untuk dapat meminimalkan risiko yang terdapat dalam produksi. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi dapat dilakukan mulai dari penanaman, perawatan dan pemanenan. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan melakukan diversifikasi pada tanaman yaitu dalam satu luasan lahan ditanam dua jenis tanaman. Hal ini dapat mengurangi risiko produksi karena dapat saling menguntungkan antara tanaman satu dengan tanaman yang lainnya. Kegiatan produksi sayuran organik di kebun milik perusahaan ditangani oleh manajer kebun yang memantau secara langsung di lapang. Manajer kebun membawahi beberapa bagian yakni bagian pembibitan, penanaman dan pengemasan. Kegiatan pembibitan dan penanaman ditangani oleh seorang mandor kebun yang membawahi beberapa pekerjapetani. Kegiatan pengemasan juga ditangani oleh seorang mandor kebun yang membawahi beberapa pekerja. Perusahaan sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko yang ada. Hal ini dapat terlihat dari adanya perencanaan produksi dan pengorganisasian unit produksi pada PT Masada Organik Indonesia. Perencanaan produksi yang dilakukan mulai pada saat pembibitan, penanaman, dan pemanenan. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan menggunakan sistem penanaman rotasi tanaman dan tumpang sari. Namun perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan sampai saat ini masih belum maksimal. Hal ini dibuktikan oleh belum tercapainya target produksi pada beberapa komoditi. Kondisi tersebut terjadi karena pengawasan dalam proses produksi yang belum intensif dan belum dijalankannya fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Selain itu, faktor eksternal juga mempengaruhi hasil produksi yakni terjadinya cuaca yang tidak mendukung. Saat permintaan sedang tinggi, perusahaan tidak dapat memenuhinya karena cuaca sedang buruk sehingga menurunkan hasil produksi. Begitu pula sebaliknya, saat produksi sedang bagus, permintaan tidak terlalu tinggi, sehingga banyak hasil produksi yang terbuang. Selanjutnya, uraian berikut akan menjelaskan mengenai risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.

6.1.2. Penilaian Risiko Produksi pada Spesialisasi