3.3 Konsep Manajemen Risiko
Menurut Darmawi 1997, manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko
diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh
keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian.
Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.
Menurut Lam 2007, manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai pengelolaan keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat
mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat
mengoptimalisasikan profit.
Manajemen risiko
meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengolahan serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Dengan adanya manajemen risiko maka akan
mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko yakni dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya.
Menurut Hanafi 2009, manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk
tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali
mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi
tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko
penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.
1. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadap oleh suatu organisasi. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi
risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
2. Evaluasi dan pengukuran risiko
Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko
akan lebih mudah dikendalikan. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa memperkirakan
probabilitas kemungkinan risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. 3.
Pengelolaan risiko Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konseskuensi yang diterima bisa
cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghndaran, ditahan rentention, diversifikasi, transfer risiko
asuransi, pengendalian risiko risk control, dan pendanaan risiko risk financing.
Menurut Fahmi 2010, suatu usaha yang menerapkan manajemen risiko akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain:
1. Pengambil keputusan menjadi lebih berhati-hati dan selalu menempatkan
ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan sehingga risiko dan perngaruh terjadinya kerugian dapat dihindari.
2. Mampu memberi arah bagi suatu usaha dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang. 3.
Memungkinkan bagi usaha yang menerapkan manajemen risiko memperoleh kerugian minimum dan dapat membangun mekanisme yang
berkelanjutan. Petani dapat melakukan beberapa strategi untuk menangani risiko yang
dihadapi serta meminimalisir kerugian usahataninya. Menurut Harwood et al 1999, beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain :
1. Diversifikasi usaha enterprise diversification
Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi
diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan
memiliki hasil yang lebih tinggi. 2.
Integrasi vertikal vertical integration Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung
koordinasi vertical yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Dari sisi
petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung pada banyak faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal,
risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input atau output sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya.
3. Kontrak produksi production contract
Kontrak produksi ini biasanya menetapkan dengan rinci suplai input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan
diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani. 4.
Kontrak pemasaran marketing contract Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun
lisan, antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan.
Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input
dan kapan waktunya. 5.
Perlindungan nilai hedging Perlindungan nilai dilakukan untuk mengalihkan risiko pada pihak lain
yang lebih baik dalam manajemen risikonya melalui transaksi instrumen keuangan.
6. Asuransi insurance
Asuransi adalah kontrak perjanjian pihak yang diasuransikan dengan perusahaan. Perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang
dialami pihak yang diasuransikan. Premi asuransi akan diterima oleh pihak yang diasuransikan sebagai kompensasinya.
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional