Input dan Output Usahatani Sayuran Organik

berikutnya sebaiknya lahan tersebut tidak boleh ditanami kembali dengan komoditi yang termasuk dalam satu famili. Perlakuan tersebut didasarkan pada alasan bahwa lahan yang ditanami dengan komoditi yang termasuk satu famili secara berturut-turut setiap musim tanam maka siklus hidup hama dan penyakit tanaman tidak akan terputus. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan dengan menerapkan pola tanam dengan menanam komoditi lain pada musim berikutnya. Perusahaan menerapkan juga pola tanam pada wortel dengan menanamnya di lahan yang sebelumnya ditanami dengan komoditi yang memerlukan banyak pupuk karena lahan tersebut masih mengandung cukup unsur hara. Hal tersebut dikarenakan dalam menanam wortel tidak memerlukan banyak pupuk sehingga wortel yang ditanam pada lahan tersebut tidak perlu lagi diberi pupuk atau hanya perlu menambahkan sedikit pupuk. Penerapan pola tanam seperti ini dapat menghemat biaya produksi dalam pemakaian pupuk.

5.7. Input dan Output Usahatani Sayuran Organik

Pengunaan input dan hasil output yang diperoleh dari usahatani tiap komoditi berbeda-beda. Yang dimaksud input usahatani dalam penelitian ini adalah pupuk, obat, benih, dan tenaga kerja yang dibutuhkan setiap bulannya. Yang dimaksud output usahatani dalam penelitian ini adalah rata-rata hasil produksi komoditi sayuran bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel setiap bulannya. Rata-rata penggunaan input dan hasil output usahatani pada komoditi sayuran bayam hijau 600 m 2 , brokoli 4200 m 2 , caisin 600 m 2 , dan wortel 2100 m 2 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Input dan Perolehan Output Produksi pada Usahatani Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel PT Masada Organik Indonesia Setiap Bulan di Tahun 2010. Uraian Bayam Hijau 600m 2 Brokoli 4200m 2 Caisin 600m 2 Wortel 2100m 2 Input Pupuk Kandang kg 600 3200 600 160 Benih kg 1 0,4 1,5 1 Obat nabati Rp 15.000 105.000 15.000 52.500 Tenaga Kerja Rp 144.569 901.495 144.569 612.000 Output Produksi kg 103,8 96,1 112,3 341,1 Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa penggunaan input tiap komoditi sayuran berbeda satu dengan lainnya. Satuan pupuk yang digunakan adalah per karung, dimana tiap karung berisi 40 kilogram pupuk kandang. Penggunaan pupuk untuk komoditi bayam hijau dan caisin sama banyaknya yaitu rata-rata tiap bedeng memerlukan satu kilogram pupuk kandang. Dalam budidaya komoditi brokoli, memerlukan cukup banyak pupuk kandang, dimulai dari kegiatan persemaian hingga penanaman di lahan. Hal ini bertolak belakang dengan penggunaan pupuk untuk komoditi wortel yang tidak memerlukan banyak pupuk kandang. Berdasarkan hasil wawancara di lapang, dalam menanam wortel bahkan tidak memerlukan tambahan pupuk lagi bila lahan yang digunakan sebelumnya ditanami oleh brokoli, bayam hijau, atau caisin. Hal ini dikarenakan lahan yang sebelumnya ditanami brokoli, bayam hijau, dan caisin masih mengandung pupuk kandang di dalam tanahnya. Penggunaan obat-obatan merupakan hal yang penting dalam budidaya sayuran organik untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Jenis obat-obatan yang digunakan oleh petani di PT Masada Organik Indonesia adalah pestisida nabati dan pupuk cair. Pestisida nabati dapat diperoleh dari tumbuhan atau dari binatang dan sejumlah mineral yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman. Beberapa tanaman penangkal hama yang dapat digunakan antara lain, tanaman kisutra atau kipait, daun pucuk babi, daun kemangi, daun suren, bawang putih, kemiri, tomat, sereh, biji sirsak, jagung, dan lain-lain. Pupuk cair yang digunakan perusahaan terbuat dari air seni kelinci. Air seni kelinci yang dibutuhkan untuk seluruh budidaya sayuran organik yaitu sebanyak 450 liter selama tiga bulan. Intensitas rata-rata penyemprotan dengan obat-obatan ini dilakukan seminggu dua kali dengan lama penyemprotan untuk setiap plot yang ada kira-kira satu jam. Input usahatani sayuran organik yang penting lainnya adalah benih. Pada budidaya bayam hijau dan caisin, benih langsung ditabur ke bedengan. Dua minggu kemudian dilakukan penjarangan. Hal ini serupa dengan budidaya wortel. Namun penjarangannya dilakukan setelah tanaman wortel berumur kira-kira enam minggu. Berbeda dengan tanaman bayam hijau, caisin, dan wortel, benih brokoli tidak ditabur langsung di bedengan, melainkan dilakukan persemaian terlebih dahulu di dalam greenhouse. Proses persemaian hingga menjadi bibit yang siap ditanam memerlukan waktu selama dua hingga tiga minggu. Output usahatani sayuran organik yang terdapat pada Tabel 8 adalah perolehan rata-rata produksi sayuran bayam hijau, brokoli, caisin dan wortel. Produksi tiap komoditi tersebut merupakan total produksi yang diperoleh dari keseluruhan plot lahan di perusahaan. Rata-rata produksi sayuran tersebut didapat dari total produksi komoditi sayuran dibagi dengan sepuluh periode masa tanam pada tahun 2010. Perolehan produksi setiap bulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.8. Pendapatan Usahatani