Penilaian Risiko Produksi pada Portofolio

0,241. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh PT Masada Organik Indonesia dari kegiatan budidaya wortel organik akan menghadapi risiko sebanyak 0,241 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Akan tetapi, tanaman wortel juga dapat menghasilkan hasil panen yang rendah atau kurang maksimal. Hasil panen wortel yang rendah tersebut disebabkan oleh benih wortel yang digunakan merupakan benih wortel yang kurang bagus. Benih wortel yang kurang bagus dikarenakan pada saat proses produksi benih, kondisi cuaca sedang hujan sehingga benih yang dihasilkan kurang kering yang akan berpengaruh pada produktivitas tanaman wortel.

6.1.3. Penilaian Risiko Produksi pada Portofolio

Sayuran organik yang telah dianalisis risiko produksinya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masing-masing komoditi yang diusahakan. PT Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi. Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha disertai dengan pembobotan masing-masing komoditi. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portofolio. Cara menghitungnya telah dijabarkan sebelumnya pada bab metode penelitian. Kombinasi dari kegiatan portofolio yang dianalisis adalah kombinasi dua komoditi, tiga komoditi dan empat komoditi. Fraction portofolio pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, dan empat komoditi dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Fraction Portofolio pada Kombinasi Dua, Tiga, dan Empat Komoditi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Organik. Kombinasi Komoditi Fraksi Bobot Portofolio Bayam Brokoli Caisin Wortel a. Bayam Hijau – Brokoli b. Bayam Hijau – Caisin c. Bayam Hijau – Wortel d. Brokoli – Caisin e. Brokoli – Wortel f. Caisin – Wortel g. Bayam Hijau – Brokoli – Caisin h. Bayam Hijau – Brokoli – Wortel i. Bayam Hijau – Caisin – Wortel j. Brokoli – Caisin - Wortel k. Bayam – Brokoli – Caisin – Wortel 12,5 50,0 22,0 11,0 9,0 18,0 8,0 87,5 87,5 67,0 78,0 61,0 61,0 56,0 50,0 12,5 33,0 22,0 11,0 18,0 9,0 8,0 78,0 78,0 30,0 64,0 30,0 28,0 Sebelum melakukan perhitungan risiko portofolionya, perhitungan diawali dengan menentukan expected return portofolionya. Cara perhitungan expected return portofolio misalnya pada dua kombinasi bayam dan brokoli adalah bayam yang memiliki bobot 12,5 persen atau 0,125 dikalikan dengan expected return spesialisasi bayam, kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian pembobotan brokoli yaitu 87,5 persen atau 0,875 dengan expected returnnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan expected return pada kegiatan portofolio pada Tabel 21. Tabel 21. Expected Return Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel pada Kegiatan Portofolio di PT Masada Organik Indonesia Kombinasi Komoditi Expected Return a. Bayam Hijau – Brokoli b. Bayam Hijau – Caisin c. Bayam Hijau – Wortel d. Brokoli – Caisin e. Brokoli – Wortel f. Caisin – Wortel g. Bayam Hijau – Brokoli – Caisin h. Bayam Hijau – Brokoli – Wortel i. Bayam Hijau – Caisin – Wortel j. Brokoli – Caisin - Wortel k. Bayam Hijau – Brokoli – Caisin – Wortel 0,047 0,207 0,190 0,045 0,076 0,188 0,063 0,088 0,192 0,087 0,098 Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa expected return tertinggi berdasarkan produktivitas pada kegiatan portofolio terdapat pada kombinasi dua komoditi yaitu komoditi bayam hijau dan caisin. Perolehan nilai expected return kombinasi bayam hijau dengan caisin yaitu sebesar 0,207. Berdasarkan hasil wawancara, kedua komoditi ini memiliki tingkat produktivitas yang baik dan hampir sama. Perbandingan penggunaan lahan untuk portofolio kedua komoditi ini pun sama yaitu masing-masing 50 persen. Hal ini menyebabkan perolehan pengembalian yang diharapkan tinggi karena porsi penggunaan lahan yang cukup besar dan perolehan produktivitas yang cukup tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga expected return terendah terdapat pada kombinasi dua komoditi yaitu komoditi brokoli dengan caisin sebesar 0,045. Berdasarkan hasil wawancara, brokoli memiliki tingkat produktivitas yang cukup rendah. Perbandingan penggunaan lahan untuk portofolio kedua komoditi ini pun berbeda jauh yaitu brokoli 87,5 persen dan caisin 12,5 persen. Hal ini menyebabkan perolehan pengembalian yang diharapkan rendah karena porsi penggunaan lahan untuk brokoli cukup besar dengan perolehan produktivitas yang rendah. Perhitungan expected return yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan perhitungan risiko portofolio kombinasi dua komoditi. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu +1 karena kombinasi-kombinasi aset dilakukan bersamaan. Berikut ini hasil perhitungan risiko produksi portofolio pada kombinasi dua komoditi pada Tabel 22. Tabel 22. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Dua Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Ukuran Variance St Deviation Coeffient Variation 1. Bayam H. – Brokoli 0,000518 0,023 0,488 2. Bayam H. – Caisin 0,006881 0,083 0,401 3. Bayam H. – Wortel 0,002946 0,054 0,285 4. Brokoli – Caisin 0,000445 0,021 0,465 5. Brokoli – Wortel 0,000551 0,023 0,308 6. Caisin – Wortel 0,002637 0,051 0,273 Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat perbandingan risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi dua komoditi. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah adalah kombinasi komoditi caisin dengan wortel dengan coefficient variation sebesar 0,273. Menurut informasi di lapangan, komoditi sayuran caisin dan wortel merupakan kombinasi yang paling cocok sehingga sering diusahakan secara diversifikasi dengan pola tanam tumpangsari. Wortel yang memiliki usia tanaman sekitar tiga bulan cocok ditanam bersama caisin yang memiliki usia tanam sekitar tiga minggu. Selain itu, caisin memiliki akar tunggang, sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan wortel yang umbinya berada di dalam tanah. Berbeda dengan caisin, bayam yang memiliki akar serabut sehingga perusahaan tidak pernah melakukan tumpangsari bayam dengan wortel. Hal tersebut karena akar serabut bayam akan dapat merusak umbi wortel dalam tanah ketika bayam dipanen dengan cara dicabut dengan akar-akarnya, sedangkan pada umur tiga minggu tanaman wortel masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu, kombinasi wortel dan caisin memiliki tingkat risiko paling kecil karena wortel dan caisin merupakan tanaman yang tidak terlalu rentan terhadap berbagai kondisi yang tidak mendukung terutama untuk tanaman wortel. Wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman cuaca yang buruk maupun ancaman hama dan penyakit. Berbeda dengan wortel, saat musim hujan atau cuaca sangat buruk, tanaman caisin organik dapat mengalami menjadi rusak namun kerusakannya tidak seburuk pada tanaman bayam ataupun brokoli. Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat pula perolehan nilai koefisien variasi paling tinggi yang mengindikasikan tingkat risiko yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi komoditi lainnya. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling tinggi adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan brokoli dengan coefficient variation sebesar 0,488. Hasil wawancara dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tanaman brokoli paling rentan terhadap cuaca serta hama dan penyakit dibandingkan dengan sayuran organik lainnya. Saat musim hujan atau cuaca buruk, tanaman brokoli menjadi rusak parah sehingga produktivitasnya akan menurun. Selain itu serangan hama yang seringkali menyerang tanaman brokoli salah satunya adalah Plutella acylostella L. dan Crocidolomia pavonana F dan akar gada. Hama tersebut dapat menyebabkan tanaman brokoli menjadi kerdil sehingga terjadi penurunan produksi atau gagal panen. Sama halnya dengan tanaman brokoli, saat musim hujan atau cuaca sangat buruk, tanaman bayam hijau dapat mengalami menjadi kerusakan. Salah satu bentuk kerusakan akibat cuaca buruk adalah daun pada bayam hijau akan berlubang atau bahkan busuk. Perhitungan risiko portofolio berdasarkan produktivitas dan pendapatan pada kombinasi dua komoditi yang telah dilakukan, selanjutnya dihitung risiko portofolionya pada kombinasi tiga komoditi. Hasil perhitungan risiko produksi portofolio pada kombinasi tiga komoditi berdasarkan produktivitasnya dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 23. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Tiga Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Ukuran Variance St Deviation Coeff Variation 1. Bayam -Brokoli – Caisin 0,000668 0,026 0,407 2. Bayam - Brokoli – Wortel 0,000670 0,026 0,333 3. Bayam - Caisin – Wortel 0,003389 0,058 0,303 4. Brokoli - Caisin –Wortel 0,000796 0,028 0,323 Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat perbandingan risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi tiga komoditi. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi tiga komoditi yang paling rendah adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan caisin dan wortel dengan coefficient variation sebesar 0,303. Berdasarkan Tabel 23, dapat dianalisis bahwa perolehan tingkat risiko portofolio berdasarkan produktivitas pada kombinasi tiga komoditi bayam hijau, caisin dan wortel paling rendah dibandingkan kombinasi tiga komoditi lainnya karena tidak dikombinasikan dengan komoditi brokoli. Hal ini disebabkan oleh tingkat risiko berdasarkan produktivitas pada komoditi brokoli paling tinggi dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya, yang sebelumnya sudah dianalisis risiko produksinya pada kegiatan spesialisasi dan perhitungannya ada pada Tabel 19. Perusahaan dalam mengusahakan komoditi brokoli beberapa kali mengalami kegagalan produksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini menyebabkan tingkat risiko portofolio berdasarkan produktivitas pada komoditi sayuran yang dikombinasikan dengan brokoli menjadi lebih tinggi daripada tingkat risiko portofolio pada komoditi sayuran yang tidak dikombinasikan dengan brokoli. Perolehan produktivitas brokoli dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat pula perolehan nilai koefisien variasi paling tinggi yang mengindikasikan tingkat risiko yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi komoditi lainnya. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi tiga komoditi yang paling tinggi adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan brokoli dan caisin dengan coefficient variation sebesar 0,407. Perolehan tersebut juga dapat dianalisis bahwa perolehan tingkat risiko portofolio pada kombinasi tiga komoditi bayam hijau, brokoli, dan caisin paling tinggi dibandingkan kombinasi tiga komoditi lainnya karena tidak dikombinasikan dengan komoditi wortel. Hal ini disebabkan oleh tingkat risiko berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel paling rendah dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya, yang sebelumnya sudah dianalisis risiko produksinya pada kegiatan spesialisasi dan perhitungannya ada pada Tabel 19. Perhitungan risiko portofolio berdasarkan produktivitas dan pendapatan pada kombinasi tiga komoditi yang dilakukan, selanjutnya dihitung risiko portofolionya pada kombinasi empat komoditi. Hasil perhitungan risiko produksi portofolio pada kombinasi empat komoditi berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat pada Tabel 24 sebagai berikut: Tabel 24. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Empat Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Ukuran Produktivitas Bayam-Brokoli-Caisin-Wortel Variance 0,000929 Standart Deviation 0,030 Coefficient Variation 0,313 Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat tingkat risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi empat komoditi yaitu bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, risiko portofolio kombinasi empat komoditi ini memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,313. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh perusahaan dari kegiatan portofolionya yaitu pada kombinasi empat komoditi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel akan menghadapi risiko sebanyak 0,313 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Perhitungan risiko produksi telah dilakukan baik pada kegiatan spesialisasi maupun portofolio berdasarkan produktivitasnya. Tingkat risiko produksi sayuran organik dapat diketahui dari perolehan hasil perhitungan coefficent variation. Perolehan tingkat risiko produksi pada kegiatan spesialisasi berbeda-beda tiap komoditi. Begitu pula dengan perolehan tingkat risiko produksi sayuran organik tersebut pada kegiatan portofolio. Perhitungan risiko portofolio sayuran organik dilakukan pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, dan empat komoditi. Perbandingan risiko produksi dari masing-masing kegiatan spesialisasi dan portofolio dengan berbagai kombinasi komoditi berdasarkan produktivitas dan pendapatannya dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Caisin, Brokoli, Wortel dan Portofolio dengan Berbagai Kombinasinya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Coeff Var E R Pendapatan Spesialisasi a. Bayam Hijau b. Brokoli c. Caisin d. Wortel 0,422 0,564 0,377 0,241 1.858.062 116.020 1.700.092 2.730.372 Portofolio a. Bayam Hijau – Brokoli b. Bayam Hijau – Caisin c. Bayam Hijau – Wortel d. Brokoli – Caisin e. Brokoli – Wortel f. Caisin – Wortel g. Bayam Hijau – Brokoli – Caisin h. Bayam Hijau – Brokoli – Wortel i. Bayam Hijau – Caisin – Wortel j. Brokoli – Caisin - Wortel k. Bayam – Brokoli – Caisin – Wortel 0,488 0,401 0,285 0,465 0,308 0,273 0,407 0,333 0,303 0,323 0,313 333.775 1.779.077 2.538.464 314.029 978.756 2.503.710 481.892 1.057.109 2.387.905 1.042.891 1.114.127 Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada Tabel 25, dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Berdasarkan wawancara di lapang, didapatkan informasi bahwa tanaman brokoli sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Menurut manajer kebun, kondisi cuaca kini tidak mudah diprediksi dan perusahaan saat itu juga masih sering mengalami kegagalan dalam kegiatan pembibitan brokoli. Hal tersebut berdampak pada produksi yang tidak mencapai target dan produktivitas tanaman brokoli yang tidak sesuai harapan. Dapat dilihat pula pendapatan yang diharapkan terhadap produksi brokoli yang diusahakan oleh perusahaan sangat rendah yaitu Rp 116.020. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang tinggi namun hasil produksi brokoli masih rendah. Namun perusahaan melakukan upaya untuk menutupi kerugian dengan melakukan kerjasama dengan pihak pemasok. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Dapat dilihat pula pendapatan yang diharapkan terhadap produksi wortel yang diusahakan oleh perusahaan paling tinggi yaitu Rp 2.730.372. Namun tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas dan pendapatan yang diharapkan paling tinggi pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Berdasarkan wawancara dengan pihak kebun, kombinasi wortel dan caisin memang paling sering dilakukan karena sangat cocok untuk ditumpangsari. Wortel yang memiliki usia tanaman sekitar tiga bulan cocok ditanam bersama caisin yang memiliki usia tanam sekitar tiga minggu. Selain itu, caisin memiliki akar tunggang, sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan wortel yang umbinya berada di dalam tanah. Berbeda dengan bayam hijau yang memiliki akar serabut, sehingga tidak pernah ditumpangsarikan dengan wortel. Hal tersebut karena akar serabut bayam hijau akan dapat merusak umbi wortel yang ada di dalam tanah ketika bayam hijau dipanen dengan cara dicabut hingga akar-akarnya, sedangkan pada umur tiga minggu tanaman wortel masih dalam masa pertumbuhan. Tanaman wortel juga jarang ditumpangsarikan dengan tanaman brokoli. Hal ini dikarenakan usia tanam wortel dan brokoli sama yakni sekitar tiga bulan sehingga penerapan pola tanam tumpangsari menjadi kurang efisien. Tanaman bayam hijau memiliki tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,422. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi dua komoditi. Tingkat risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah pada komoditi bayam hijau yaitu kombinasi bayam hijau dengan wortel dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,285. Selain itu, dapat dilihat pula tanaman caisin tingkat risiko pada kegiatan spesialisasinya diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,377. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi dua komoditi. Tingkat risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah pada komoditi caisin yaitu kombinasi caisin dengan wortel dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Kemudian, diantara kombinasi dua komoditi antara bayam hijau dan wortel dengan caisin dan wortel juga dapat dibandingkan pendapatan yang diharapkannya. Meskipun dari sisi risiko kombinasi komoditi caisin dan wortel paling rendah tingkat risikonya dibandingkan kombinasi-kombinasi komoditi lainnya, namun dari sisi pendapatan yang diharapkan, kombinasi komoditi bayam hijau dan wortel memiliki nilai pendapatan yang diharapkan paling tinggi diantara kombinasi-kombinasi komoditi lainnya yaitu sebesar Rp 2.538.464. Berdasarkan hasil perhitungan risiko yang telah dilakukan, tingkat risiko produksi brokoli berdasarkan produktivitas dapat terus menurun jika diusahakan dengan komoditi lainnya. Menurut perolehan hasil perhitungan, brokoli memiliki tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,564. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi empat komoditi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,313. Hasil dari analisis risiko produksi ini dapat dikatakan bahwa kegiatan portofolio atau diversifikasi dapat mengurangi risiko produksi yang ada. Akan tetapi dengan melakukan diversifikasi usahatani, tidak membuat risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan produktivitas yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani sayuran organik masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya dengan adanya diversifikasi. Oleh karena itu, diversifikasi usahatani merupakan alternatif strategi yang tepat bagi PT Masada Organik Indonesia untuk meminimalkan risiko sekaligus mengurangi terjadinya fluktuasi produksi dan pendapatan yang diperoleh. Bagi perusahaan, jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi-komoditi sayuran organik yang telah diusahakan dengan tingkat risiko terendah terhadap hasil yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan caisin organik. Namun jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi-komoditi sayuran organik yang telah diusahakan terhadap tingkat pendapatan yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan bayam hijau organik.

6.2. Alternatif Penanganan Risiko Produksi