16 selesai maka data tersebut dianalisis. Analisis karakteristik usaha dan kinerja
dengan metode persentase biasa dan rata-rata menggunakan program MS. Excell 2007. Pengaruh pembangunan jalan baru dikaji menggunakan fungsi produksi
Cobb-Douglas menggunakan program SPSS ver.16 for Win dengan membandingkan fungsi tahun 2008 sebelum pembangunan jalan dan 2009
sesudah pembangunan jalan. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass, yang dituliskan sebagai :
Dimana : Y
= Output atau nilai produksi tas juta rupiah X
1
= Tenaga kerja yang digunakan orang X
2
= Biaya Bahan juta rupiah X
3
Tenaga Kerja. Input tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses
produksi tas. Diasumsikan bahwa dengan bertambahnya tenaga kerja maka = Aset juta rupiah
e = Bilangan natural 2,718 D
= 1 untuk 2009 sesudah pembangunan jalan = 0 untuk 2008 sebelum pembangunan jalan
Output atau nilai produksi. Output utama dari industri kecil ini adalah
beragam jenis tas yang dihitung dalam setahun dalam satuan buah. Untuk menghasilkan nilai produksi maka jumlah output dikalikan dengan harga ouput
selama setahun dalam satuan juta rupiah.
17 produksi semakin tinggi. Tenaga kerja dalam produksi tas berupa tenaga kerja
keluarga, tenaga kerja borongan dan harian yang jumlahnya tergantung pada pesanan yang diterima industri kecil tas. Satuan yang digunakan adalah orang.
Tenaga kerja dalam proses produksi tas terdiri dari tenaga kerja untuk pembuatan pola, jahit, seset kulit, gunting bahan, pemasangan asesories, dan finishing.
Bahan. Tersedianya bahan baku yang cukup merupakan faktor penting
guna menjamin kelancaran proses produksi. Bahan dalam pembuatan tas berupa bahan TC, kulit, spon, benang, asesories, lem, latek, dan sebagainya. Input bahan
dihitung dengan mengkalikan harga pembelian bahan dengan jumlah bahan yang dipakai dalam satu tahun.
Aset. Aset-aset yang digunakan dalam produksi tas adalah mesin jahit bahan, mesin seset, cangklong, mesin pon, mesin embos, mesin potong, motor,
mobil dan lain-lain. Nilai aset ini dihitung dengan mengkalikan jumlah aset yang dimiliki dengan nilai jual aset pada saat penilaian. Satuan yang digunakan adalah
juta rupiah.
18
BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN BOGOR 4.1.
Perkembangan Industri Kecil dan Menengah
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari Biro Kementrian Koperasi dan UKM
Indonesia 2010 menunjukkan bahwa selama tahun 2007 dan 2008, usaha mikro mengalami pertumbuhan 2,86 dari 49.287.276 unit pada tahun 2007 menjadi
50.697.659 unit pada tahun 2008. Selama periode yang sama usaha kecil mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 4,34 dari 498.565 unit pada
tahun 2007 menjadi 520.221 unit. Usaha menengah juga mengalami pertumbuhan dari 38.282 unit pada tahun 2007 menjadi 39.657 unit pada tahun 2008, suatu
pertumbuhan sebesar 3,59 . Data Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM tahun 2007-2008 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM tahun 2007-2008.
Skala Usaha Tahun
Perkembangan 2007
2008
Usaha Mikro unit 49.287.276
50.697.659 2,86
Usaha Kecil unit 498.565
520.221 4,34
Usaha Menengah unit 38.282
39.657 3,59
Total unit 49.824.123
51.257.537
Sumber : Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia 2010
Jumlah Usaha Kecil Menengah UKM yang dibina oleh Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 276 selama tahun
2003-2007, yaitu dari 997 unit usaha pada tahun 2003 menjadi 3.751 unit usaha pada tahun 2007. Sampai dengan tahun 2007, berdasarkan kriteria permodalan
19
dan omzet, dari 203 UKM yang dievaluasi, 37 UKM diklasifikasikan sebagai UKM Unggul, 104 UKM Mandiri, dan 62 UKM Tangguh.
4.2. Kontribusi UKM terhadap PDRB
Usaha Kecil Menengah UKM memberikan kontribusi Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari Total Produk Domestik Bruto PDB Indonesia pada 2007
yang mencapai Rp 3.957,4 triliun. Jadi dibandingkan 2006, pertumbuhan PDB UKM hanya 5,7 dan PDB usaha besar hanya 5,2. Sementara itu, pertumbuhan
PDB UKM 2007 terjadi pada semua sektor ekonomi. Dari sisi ekspor, hasil ekspor produksi UKM selama 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap
ekspor non-migas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. Nilai investasi fisik UKMB yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB pada
2007 mencapai Rp 462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia.
Terkait dengan Kabupaten Bogor, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005.
No Tahun
Laju Pertumbuhan Ekonomi
1 2002
4,48 2
2003 4,81
3 2004
5,56 4
2005 5,85
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2005
Perekonomian Kabupaten Bogor pada tahun 2005 ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,85 meningkat bila dibandingkan tahun 2005
sebesar 5,56. Pada tahun 200, sektor yang mengalami pertumbuhan paling