Kinerja UKM HASIL DAN PEMBAHASAN

31 Tabel 13. Kinerja UKM Tas Periode 2008 dan 2009 Uraian 2008 2009 Perubahan Jumlah Aset Jutaan Rp 27.87 29.99 7,07 Jumlah Omzet Jutaan Rp 554.10 848.63 34,71 Jumlah Tenaga KerjaJutaan Rp 14.70 16.97 13,36 Profit Jutaan Rp 55.07 84.30 34,68 Modal Usaha Jutaan Rp 287.09 420.60 31,74 Sumber : Data Primer 2011 diolah Secara rata-rata, jumlah aset responden selama tahun 2008 adalah sebesar Rp. 27.87 juta rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 7.07 pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 29.99 juta rupiah. Peningkatan aset ini dapat dikaitkan dengan peningkatan modal usaha antara tahun 2008 dan 2009 sebesar 31.74, yaitu dari 287.09 juta rupiah menjadi 430.60 juta rupiah. Tambahan modal ini sebagian digunakan untuk membeli aset-aset baru atau memperbaiki aset-aset yang rusak. Penambahan modal sebagian digunakan untuk penambahan tenaga kerja dimana pada tabel di atas dapat ditunjukkan terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja 13.36. 32 Peningkatan jumlah tenaga kerja dan modal menyebabkan peningkatan jumlah nilai produksi sebesar 34.71 pada kurun waktu yang sama dan diikuti dengan peningkatan profit 34.68 selama periode waktu yang sama.

5.4. Pengaruh Pembangunan Jalan Terhadap Harga Input, Output dan

Keuntungan Pembangunan infrastruktur jalan menyebabkan terjadinya peningkatan harga input dan output dari UKM tas di lokasi penelitian. Rasio harga input dan output sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur jalan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Harga Satuan Produk Tas Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan Komponen Sebelum infrastruktur 2008 Sesudah Infrastruktur 2009 Persen Harga Input Rp 8.500 8.750 2.94 Harga Output Rp 10.000 11.500 15.00 Rasio 0.85 0.76 Sumber : Data Primer 2011 diolah Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa sebelum pembangunan jalan, rata-rata harga satuan input adalah Rp. 8.500, meningkat sebesar 2,94 menjadi Rp. 8.750. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga bahan imitasi dan accessories di pasar lokal sedangkan biaya tenaga kerja tidak mengalami perubahan. Jika dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada periode 2008 – 2009 yaitu sekitar 7tahun, maka dapat dikatakan bahwa harga input riil setelah pembangunan jalan menjadi lebih kecil. Dari sisi output, harga output juga mengalami peningkatan dari Rp. 10.000 meningkat menjadi Rp.11.500 setelah infrastruktur jalan. Peningkatan 33 harga output ini menyesuaikan peningkatan harga input. Dilihat dari rasio harga input terhadap output, terjadi penurunan rasio dari 0.85 menjadi 0.76 setelah infrastruktur jalan. Penurunan rasio harga inputharga output setelah pembangunan infrastruktur jalan ini terkait dengan semakin pendeknya jarak dan waktu tempuh dan penuruna biaya operasional kendaraan dalam pembelian bahan dan pegiriman produk tas ke pembeli. Ini pada gilirannya akan menurunkan biaya transportasi. Temuan ini sejalan dengan temuan National Bank for Agriculture and Rural Development 2004 dalam laporan proyek di Mumbai, India, bahwa investasi pembangunan jalan dan jembatan menyebabkan meningkatnya akses ke praktek agronomi modern, mempermudah akses ke pasar input, dan menurunkan biaya transportasi. Di sisi lain investasi pembangunan jalan berpengaruh positif pada manfaat tidak berujud seperti perubahan pola kepemikian aset, meningkatnya lapangan kerja, meningkatnya serapan kredit, perbaikan akses ke pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas hidup dan sebagainya . Tabel 15 menunjukkan pengujian fungsi produksi Cobb-Douglass. Dari Tabel 15 dapat ditunjukkan bahwa koefisien determinasi R 2 sebesar 0.996, yang berarti bahwa variasi nilai produksi yang dapat dijelaskan oleh variasi dari tenaga kerja, bahan, asset, dan tahun, adalah sebesar 99.6.