Sumber Modal dan Sistem Pengembalian

29 Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan kombinasi modal pribadi dan pinjaman bank 60,00 dalam memulai usaha sebagai UKM tas, sebagian responden menggunakan modal pribadi 36,67 dan hanya beberapa 3,33 yang menggunakan kombinasi antara modal pribadi dan koperasi. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa UKM tas di lokasi penelitian sudah cukup baik mengenal sumber-sumber permodalan yang tersedia di pasar. Untuk mengetahui sistem pengembalian modal pinjaman maka diajukan pertanyaan mengenai sistem pengembalian pinjaman bagi responden yang menggunakan sumber modal pinjaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua responden menggunakan sistem pengembalian berkala per bulan. Sistem pengembalian ini adalah yang umum diberlakukan oleh perbankan di Indonesia.

5.2.2 Tenaga Kerja

UKM tas di lokasi penelitian cukup mampu menyerab tenaga kerja lokal yang tersedia. Tenaga-tenaga tersebut diperlukan untuk kebutuhan pola, jahit, seset, finishing dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya tenaga kerja dipekerjakan secara harian dan borongan. Upah rata-rata per minggu untuk tenaga kerja harian adalah sekitar Rp. 250.000 per minggu Rp. 1.000.000bulan, sedikit dibawah level upah UMR Kabupaten Bogor. Tenaga kerja sistem borongan mendapatkan upah sekitar Rp. 500.000minggu Rp. 2.000.000 per bulan. Level sistem borongan lebih tinggi dibandingkan harian karena sistem borongan tidak mengenal jam kerja jadi bisa bekerja sampai malam. Namun, karena produksi UKM 30 tas tergantung pada jumlah order yang diterima, tidak ada jaminan bagi pekerja sistem borongan untuk selalu mendapatkan pekerjaan dari pelaku UKM tas. Besar kecilnya upah yang dibayarkan ke tenaga kerja tidak didasarkan pada tingkat pendidikan formal dan jenis kelamin tenaga kerja. Hasil analisis mengenai sistem penggajian tenaga kerja menunjukkan bahwa untuk semua responden, upah tenaga kerja dibayarkan berdasarkan skill atau tingkat kesulitan pekerjaan yang diberikan ke tenaga kerja. Hasil ini mencirikan bahwa usaha UKM tas adalah membutuhkan skill atau ketrampilan khusus. Skill ini tidak didapatkan melalui pendidikan formal tetapi dari proses pembelajaran terus menerus dari lingkungan sekitarnya. Ini tidak berarti bahwa dalam UKM tas tidak diperlukan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi. Mereka yang berpendidikan tinggi dapat berkontribusi dalam inovasi produk, pemasaran dan manajemen usaha.

5.3. Kinerja UKM

Kajian terhadap kinerja UKM tas di lokasi penelitian dapat dilihat dari perkembangan jumlah aset, omzet, jumlah tenaga kerja, profit dan modal usaha yang digunakan oleh UKM tas. Kinerja UKM tas di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 13.