Perumusan Masalah Tujuan Penelitian

5 terhadap kinerja UKM juga penting untuk memahami intervensi kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor telah melakukan intervensi kebijakan melalui pembangunan infrastruktur jalan baru yang tujuannya menjadikan lokasi penelitian sebagai sentra produksi UKM tas. Namun demikian sejauh apa efektivitas intervensi ini masih perlu dikaji. Keberadaan jalan di satu sisi akan mempermudah akses ke sumber-sumber bahan baku dan distribusi produk UKM tersebut. Di sisi lain juga ada kebutuhan unuk melakukan intervensi lain yang bisa jadi lebih menyentuh permasalahan yang dihadapi UKM tas. Berdasarkan uraian di atas yang menjadi pertanyaan adalah “Sejauh mana pembangunan jalan tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja industri kecil tas?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi pengaruh pembangunan jalan terhadap harga input yang dibayarkan oleh UKM tas dan harga output yang diterima UKM tas. 2. Untuk mengidentifikasi hasil produksi UKM tas setelah pembangunan jalan. 3. Untuk mengidentifikasi keuntungan UKM tas setelah pembangunan jalan. 6

1.4. Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk : 1. Masukan bagi pengambil keputusan untuk menentukan efektivitas dari intervensi kebijakan pembangunan infrastruktur jalan yang telah dilakukan. 2. Masukan bagi kalangan akademis, peneliti dan praktisi yang tertarik pada pengembangan UKM tas. Kajian dibatasi pada UKM Tas di desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang berpopulasi sekitar 100 UKM. Lokasi ini merupakan salah satu sentra produksi tas skala UKM di Kecamatan Ciampea. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga banyak diistilahkan dengan berbagai frase seperti industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain sebagainya. Berbagai definisi industri rumah tangga telah dikemukakan oleh para ahli dan lembaga-lembaga terkait dengan kriteria – kriteria tertentu. Menurut Undang-Undang No. 91995 tentang Usaha Kecil, usaha yang diklasifikasikan sebagai usaha kecil adalah yang memenuhi kriteria : a memiliki aset kurang dari atau sama dengan Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan, b omzet tahunan kurang dari atau sama dengan Rp. 1 Milyar, c dimiliki oleh orang Indonesia, d independen, tidak terafiliasi dengan usaha menengah-besar, dan e boleh berbadan hukum, boleh tidak. Badan Pusat Statistik BPS lebih menspesifikkan jenis usaha dengan membaginya menjadi usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan jumlah pekerjanya. Usaha mikro adalah usaha dengan jumlah pekerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil adalah usaha dengan jumlah pekerja 5 – 19 orang. Berdasarkan aset usahanya, Badan Pusat Statistik BPS, kriteria usaha kecil adalah yang memiliki nilai kekayaan aset bersih dibawah Rp 200 Juta di luar tanah dan bangunan usaha atau di bawah penjualan omzet maksimal Rp 1 miliar.. Data tahun 2008 dari Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia 2010 mencatat terdapat 51.257.537 unit UKM di Indonesia.