8 Definisi dan kriteria industri kecil dari berbagai departemen disajikan
pada Tabel 1. Namun demikian, para ahli ekonomi dan pembangunan di Indonesia seringkali menggeneralisasikan industri rumah tangga sebagai sektor usaha kecil
menengah UKM. Tabel 1. Definisi Jenis Usaha dari Berbagai Departemen
Organisasi Jenis Usaha
Keterangan Kriteria
Menneg Koperasi
PKM Usaha Kecil UU
No. 91995 Aset
≤ Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan
•
Omzet tahunan Rp. 1 Milyar
Usaha Menengah Inpres 101999
Aset antara Rp. 200 - Rp. 10 Milyar Bank
Indonesia Usaha Mikro SK
Dir BI No. 3124KEPDIR
tgl 5 Mei 1998 Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau
mendekati miskin.
•
Dimiliki oleh keluarga Sumberdaya lokal dan Teknologi sederhana
•
Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry
Usaha Kecil UU No. 91995
Aset ≤ Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan
•
Omzet tahunan ≤ Rp. 1 Milyar
Menengah SK Dir BI No.
3045DirUK tgl 5 Januari 1997
Aset ≤ Rp. 5 Milyar untuk sektor industri
•
Aset ≤ Rp. 600 juta diluar tanah dan
bangunan untuk sektor non industri manufakturing
•
Omzet tahunan Rp. 3 Milyar Bank Dunia Usaha Mikro
Kecil-Menengah Pekerja 20 Orang
•
Pekerja 20-150 orang
•
Aset ≤ US. 500 ribu diluar tanah dan
bangunan
Sumber : Hidayat 2004
2.2. Peran Industri Rumah Tangga
Realitas membuktikan bahwa sejak terjadinya krisis ekonomi, sektor Usaha Kecil dan Menegah UKM mampu bertahan bahkan menjadi penyelamat
perekonomian nasional. UKM yang saat ini jumlahnya diperkirakan 51 juta unit usaha memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap Produk Domestik
Bruto PDB.
9 Untuk pemberdayaan masyarakat, UKM memegang peran krusial yaitu
melalui : 1 keterlibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja, yang berarti menjamin keberlangsungan pendapatannya, 2 adanya transfer pengetahuan baru
bagi masyarakat baik ilmu produksi, organisasi. manajemen maupun pemasaran dapat diartikan sebagai pengembangan sumber daya manusia, dan 3 keterlibatan
institusi-institusi pembangunan menjamin adanya transfer pengetahuan yang lebih luas bagi masyarakat lokal dan menjamin adanya proses pembelajaran
masyarakat.
2.3. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dilakukan di negara-negara berkembang telah menunjukkan arti penting infrastruktur
transportasi bagi pembangunan ekonomi. Pengaruh pembangunan jalan baru cukup kuat seperti yang ditunjukkan dalam
studi yang dilakukan World Bank di India, Pakistan and Brazil Creightney, 1993 and Lall dan Shalizi 2001.
Transportasi adalah salah satu faktor dalam produksi barang dan jasa, menimbulkan biaya bagi produsen. Menurut logika ekonomi tradisional, perbaikan
infrastruk akan menurunkan biaya transportasi melalui singkatnya waktu perjalanan dan biaya operasional kendaraan yang membuat produsen dapat
menjual barangnya lebih murah dan diimbangi dengan peningkatan permintaan dna produksi.
Menurut Ernst dan Young Consultancy 1996, lebih dari 20 perusahaan melaporkan bahwa perubahan infrastruktur memberikan keuntungan perusahaan
dalam bentuk penurunan biaya persediaan, terbukanya akses pasar baru, dan mempermudah ketersediaan tenaga kerja.
10 Aschauer 1989 mengargumentasikan bahwa investasi publik pada
infrastruktur berpengaruh positif signifikan terhadap GDP, karena meningkatkan profitabilitas perusahaan atau rate of return dari modal privat. Produsen
akanmerespon meningkatnya modal investasi yang menyebabkan lebih tingginya produktivitas tenaga kerja dan peningkatan output.
Ahmed dan Hossein 1990 dalam penelitian dampak pembangunan infrastruktur pedesaan di Bangladesh, menyatakan bahwa pada pasar kompetitif,
variabel harga bersifat eksogenus. Pembangunan infrastruktur mempengaruhi biaya transportasi dan margin yang didapatkan produsen pedagang karena
dengan semakin tipisnya pasar semakin tinggi margin per unit yang harus dipertahankan oleh pedagang dalam bisnisnya. Harga yang diterima produsen
bervariasi antar produsen, tergantung pada lokasi konsumen, produsen, pemasok input dan kondisi pembangunan infrastruktur. Infrastruktur mempengaruhi pasar
tenaga kerja dengan mengubah komposisi lapangan kerja. Pembangunan infrastruktur menghasilkan peluang bagi lapangan kerja lainnya. Secara tidak
langsung, pembangunan infrastruktur mempengaruhi lapangan kerja melalui difusi teknologi modern intensif tenaga kerja.
National Bank for Agriculture and Rural Development 2004 dalam studi dampak pembangunan jalan dan jembatan pedesaan di Mumbai, India,
menyatakan bahwa investasi pembangunan jalan dan jembatan menyebabkan meningkatnya akses ke praktek agronomi modern, mempermudah akses ke pasar
input, dan menurunkan biaya transportasi. Investasi pembangunan jalan berpengaruh positif pada manfaat tidak berujud seperti perubahan pola
kepemikian aset, meningkatnya lapangan kerja, meningkatnya serapan kredit,