Tabel 4.35 Proses Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di
Wilayah Puskesmas Polonia
Proses Kegiatan Dalam Proses UKGS
Nama SD Pemeriksaan Penyuluhan Sikat Pelayanan Pembinaan
Gigi dan Gigi Medik Gigi Tenaga
Mulut Massal
Dasar UKGS
SDN 060890 Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak
Tidak Tidak
setiap 6 bulan setiap 6 bulan pernah pernah
pernah sekali
sekali
SD
Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak Tidak
Tidak
Al-Hidayah setiap 3 bulan setiap 3 bulan pernah
pernah pernah
sekali sekali
SD Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak
Tidak Tidak
Angkasa 2 setiap 3 bulan setiap 3 bulan pernah
pernah pernah
sekali sekali
SD Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak
Tidak Tidak
Methodist 4 setahun
setiap tahun pernah pernah
pernah sekali
sekali
SDN 060880 Tahun 2014 Tahun 2014 Tidak
Tidak Tidak
tidak tidak
pernah pernah
pernah dilaksanakan dilaksanakan
4.8 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswai Sekolah Dasar di Wilayah
Puskesmas Polonia
4.8.1 Rata-rata Indeks Pengalaman Karies Gigi dmf-t Siswai Sekolah
Dasar di Wilayah Puskesmas Polonia
Status kesehatan gigi dan mulut siswai sekolah dasar diukur pada siswaI kelas 2 SD dengan menghitung indeks pengalaman karies gigi dmf-t. Hasil
penelitian yang dilakukan pada 50 siswai menunjukkan bahwa rata-rata indeks
pengalaman karies gigi dmf-t yaitu 9,12 termasuk ke dalam kategori sangat tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.36 sebagai berikut :
Tabel 4.36 Rata-rata Indeks Pengalaman Karies Gigi dmf-t Siswai
Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Status Indeks Pengalaman
Rata-Rata Indeks Jumlah Siswai
Karies Gigi Pengalaman Karies Gigi dmf-t dmf-t rata-rata
Gigi berlubang yang belum 7,06
50 ditambal decay
Gigi berlubang yang tak dapat ditambal lagi dan sudah dicabut
1,92 50
missing Gigi berlubang yang sudah
0,14 50
ditambal sempurna filled
Total Rata-Rata Indeks Pengalaman Karies Gigi
9,12 50
dmf-t
70
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pelaksanaan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia Oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia
Berdasarkan analisis situasi yang dilakukan terhadap potensi dan kemampuan dari puskesmas dalam melaksanakan kegiatan program UKGS
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
5.1.1 Keikutsertaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dalam Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Polonia yang ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan program UKGS hanya dokter
gigi saja. Puskesmas Polonia memiliki 2 dokter gigi dan 1 perawat gigi. Dokter gigi secara bergantian bertugas dalam kegiatan program UKGS di sekolah
sehingga tidak mengabaikan pasien yang datang ke puskesmas. Dokter gigi setiap melakukan kunjungan ke sekolah tergabung dalam tim UKS. Tim UKS terdiri
dari 4 tenaga kesehatan dalam bidang gizi, kesehatan lingkungan, kesehatan dasar, kesehatan gigi dan mulut. Perawat gigi tidak diikutsertakan lagi dalam kegiatan
program UKGS. Hal tersebut dikarenakan jumlah tenaga kesehatan dalam tim yang sudah cukup dan dibutuhkannya peranan perawat gigi di poli gigi
puskesmas. Maka perawat gigi diberdayakan di bagian kartu dan poli gigi untuk membantu dokter gigi dalam melayani pasien sehingga pasien yang datang ke
puskesmas tidak diabaikan. Mengingat bahwa Puskesmas Polonia memiliki
jumlah pasien poli gigi yang cukup banyak sehingga dokter gigi dan perawat gigi harus tetap ada di puskesmas Tabel 4.5.
Hal ini tentunya mempengaruhi hasil dari pelaksanaan kegiatan program UKGS yang hasilnya tidak maksimal. Adanya pelimpahan tugas-tugas terhadap
dokter gigi yang seharusnya menjadi tanggung jawab oleh perawat gigi menjadikan salah satu penyebabnya.
Tenaga pelaksana program UKGS dari puskesmas seharusnya meliputi dokter gigi dan perawat gigi setiap melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah
sehingga dalam pelaksanaan kegiatan program dapat berjalan dengan optimal. Dimana perawat gigi memiliki tugas yaitu : 1 Melakukan kegiatan analisis teknis
dan edukatif seperti : a Pengarahan kepada tenaga UKS, guru SD, dokter kecil, dan orang tua murid. b Pembersihan karang gigi, c Pelayanan medik gigi
seperti penambalan, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang, tindakan bedah ringan. menerima rujukan dari guru dan
petugas kesehatan lainnya. 2 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dan evaluasi program.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Siagian 2001 bahwa sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam aktivitas yang dilakukan.
Tenaga kesehatan sebagai pelaksana upaya kesehatan memerlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta
terdistribusinya secara adil dan merata, sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
5.1.2 Sumber Dana Operasional Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber dana operasional dalam pelaksanaan kegiatan program UKGS berasal dari dana BOK dalam bentuk dana
transportasi Tabel 4.6. Informan dari Dinas Kesehatan Kota Medan menyatakan bahwa dana program UKGS berasal dari APBD dalam bentuk dana transportasi
Tabel 4.31. Dana untuk kegiatan program UKGS seharusnya tidak berupa dana
transportasi saja. Program UKGS memerlukan dana sehat dan sistem asuransi dalam hal promotif misalnya dalam kegiatan promosi kesehatan dibutuhkan dana
untuk media penyuluhan dan alat peraga, preventif misalnya dalam kegiatan sikat gigi massal , pembersihan karang gigi dan kuratif misalnya dalam
melakukan perawatan penambalan gigi karies bagi siswai . Puskesmas harus membuat anggaran dana untuk pelaksanaan kegiatan program UKGS serta
pengajuan proposal ke Dinas Kesehatan Kota Medan agar mengalokasikan dana operasional untuk membantu keterbatasan biaya operasional perawatan
penambalan gigi siswai di puskesmas. Menurut Mahsum 2006, untuk memperoleh hasil yang baik atas setiap
kinerja, organisasi harus melakukan investasi terhadap kegiatan yang ada. Individu atau tim akan menjadi kurang berguna jika tidak didukung sumber dana
untuk melakukan pekerjaan.
5.1.3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dalam pelaksanaan program UKGS tergolong minim yang tersedia berupa alat peraga dan alat pemeriksaan
gigi sederhana yaitu kaca mulut, sonde, dan excavator. Sarana seperti obat-obatan tidak disediakan ketika kunjungan program UKGS di sekolah. KIT tidak pernah
tersedia khusus dalam pelaksanaan program UKGS. Buku pedoman program UKGS tidak tersedia. Prasarana untuk kelancaran pelaksanaan program UKGS
berupa sepeda motor milik puskesmas sebagai alat transportasi Tabel 4.7. Kegiatan program UKGS harus didukung oleh sarana dan prasarana
minimal dapat menunjang pelaksanaan prevensi primer dan peralatan pemeriksaan gigi sederhana. Alat-alat pemeriksaan gigi sederhana harus tersedia seperti alat 3
serangkai kaca mulut, sonde, excavator yang berguna melihat karies gigi, bahan tambalan gigi dan obat-obatan lain seharusnya tersedia juga saat melakukan
kunjungan ke sekolah sehingga siswai yang memiliki karies gigi dan masalah gigi lainnya dapat langsung diberikan tindakan pengobatan.
KIT dan buku pedoman program UKGS dibutuhkan dalam proses kelancaran terlaksananya program UKGS. Kegiatan penyuluhan harus didukung
dengan media penyuluhan seperti poster dan alat peraga yang dapat mempermudah siswai dalam menerima pesan yang disampaikan tim UKGS.
Keterbatasan sarana dan prasarana puskesmas untuk pelayanan kesehatan gigi di puskesmas dan program UKGS menyebabkan kurang berjalannya
program UKGS. Kegiatan pelayanan medik gigi dasar seperti penambalan karies gigi, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi
tidak dapat dilaksanakan sehingga siswai yang memiliki masalah kesehatan gigi tidak mendapat solusi tindakan pengobatan secara langsung dari pihak puskesmas
di sekolah sehingga mereka harus dirujuk ke klinik gigi dan rumah sakit Tabel 4.9.
Hal ini sejalan dengan pendapat Mursyid 2003, bahwa pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung
program sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.
5.1.4 Frekuensi Pelaksanaan Dari Setiap Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan tenaga puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan program UKGS sebanyak 3 kali dalam
setahun pada masing-masing sekolah dasar. Dokter gigi bersama tim UKS secara rutin melakukan kunjungan sebulan sekali yang mencakup ± 3 sekolah dasar.
Setiap melakukan kunjungan menghabiskan waktu ± 1 jam Tabel 4.8. Kegiatan dalam program UKGS yang dilaksanakan setiap kunjungan ke
sekolah dasar hanya ada dua kegiatan yaitu penyuluhan dan pemeriksaan gigi. Kegiatan pembinaanpelatihan kepada guru sekolah tidak pernah dilaksanakan, hal
ini dikarenakan terbatasnya waktu dan kegiatan tersebut sudah ada dari pihak Dinas Kesehatan Kota Medan. Tenaga puskesmas hanya melakukan
pembinaanpelatihan pada dokter kecil saja. Kegiatan sikat gigi massal juga tidak pernah dilakukan pihak puskesmas karena terbatasnya dana untuk menyediakan
pasta gigi dan sikat gigi. Pelaksanaan sikat gigi massal dapat dilakukan jika
terdapat bantuan sponsor dari produsen produk pasta gigi atau sikat gigi Tabel 4.8.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pelaksanaan program UKGS seharusnya dapat dinilai berhasil atau tidak salah satunya melihat cakupan
sekolah yang melaksanakan sikat gigi massal sebesar 80 , sedangkan hasil penelitian menunjukkan Puskesmas Polonia tidak pernah melakukan sikat gigi
massal maka cakupan sikat gigi massal dalam kategori buruk. Kegiatan sikat gigi massal merupakan salah satu cara yang baik untuk
mengajarkan secara langsung kepada siswai bagaimana cara sikat gigi yang baik dan benar. Praktek langsung akan lebih memudahkan mereka untuk menerima
pesan dan praktek juga merupakan cara yang sangat menarik serta menyenangkan bagi siswai untuk belajar daripada hanya melakukan penyuluhan saja tanpa ada
praktek. Pelatihan pembinaan juga merupakan salah satu cara untuk melatih guru
di sekolah mengenai bagaimana pertolongan pertama untuk mengurangi rasa sakit apabila terdapat siswai yang mengalami sakit gigi di sekolah. Dan
pelatihanpembinaan pada guru di sekolah juga bermanfaat agar guru dapat melakukan pencegahan sakit gigi dan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut
pada siswaI secara mandiri. Frekuensi dalam kunjungan kegiatan program UKGS yang rutin tidak
akan bermakna apabila hanya dilakukan kegiatan promotif seperti penyuluhan dan kegiatan preventif pemeriksaan gigi tanpa disertai tindakan kuratif yaitu
tindakan perawatan medik gigi dasar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Buchbinder 2014 bahwa pelayanan kesehatan dasar harus terselenggara atau tersedia untuk menjamin kesehatan
masyarakat. Fungsi puskesmas harus mampu melakukan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif
dan preventif dilakukan dengan melibatkan komunitas masyarakat. Dengan cara ini diharapkan upaya preventif dan promotif yang berkaitan dengan kesadaran dan
pola hidup berdampak luas di masyarakat.
5.1.5 Pelaksanaan Pelayanan Medik Gigi Dasar Dalam Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan medik dasar dilakukan di puskesmas melalui rujukan. Pelayanan medik gigi dasar yang biasa dilakukan
seperti pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, penambalan gigi berlubang, pengobatan, dan pembersihan karang gigi. Namun dalam pelaksanaan pelayanan
medik gigi dasar ini memiliki keterbatasan peralatan dan obat-obatan. Sehingga puskesmas banyak melakukan rujukan ke klinik gigi dan rumah sakit. Tabel 4.9.
Pelayanan medik gigi dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik serta kesehatan. Pelayanan medik gigi dasar yang seharusnya diberikan oleh
puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pada pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,
pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Tjahja 2007 bahwa, efektivitas dari sistem rujukan sangat ditentukan oleh mutu pelayanan medik gigi dasar di seluruh
jajaran pelayanan kesehatan Primary, Secondary and Tertiary Care. Pelayanan medik gigi dasar harus didukung dengan ketersediaan fasilitas alat dan obat.
5.1.6 Pelaksanaan Rujukan Tindakan Perawatan Dalam Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem rujukan dilakukan terhadap siswai yang perlu mendapatkan perawatan khusus. Siswai yang telah terjaring
jika ditemukan karies dan masalah gigi lainnya di data terlebih dahulu kemudian mereka diberikan rujukan untuk melakukan perawatan gigi di puskesmas.
Mekanisme rujukan melalui pihak sekolah terlebih dahulu yaitu Kepala Sekolah Guru kemudian pihak sekolah memberikan rujukan kepada orang tua murid
Tabel 4.10. Siswai yang mendapatkan rujukan tindakan perawatan puskesmas jarang
menggunakan rujukan tersebut. Tindakan dari pihak puskesmas untuk mendorong siswai dengan memberikan pengertian mengenai pentingnya perawatan gigi tidak
ada. Pihak puskesmas hanya sebatas mendata siswai yang memerlukan perawatan lalu memberikan rujukan.
Pelaksanaan rujukan ini dapat berjalan dengan baik apabila tim UKGS melibatkan peran orang tua murid. Sebab peranan orang tua murid sangat penting
dalam tingkah laku ataupun pola pikir si anak sewaktu berada diluar jamlingkungan sekolah. Pemeliharaan kesehatan anak-anak usia 6-14 tahun
sangat bergantung pada peran ibunya. Hal ini sejalan dengan penelitian Chandrawati 2009 bahwa, pengetahuan
ibu tentang kesehatan gigi mempengaruhi kejadian karies gigi pada anaknya. Perilaku ibu dapat digunakan untuk meramalkan status kesehatan gigi anaknya.
Apabila perilaku ibu mengenai kesehatan gigi baik, diramalkan bahwa status kesehatan gigi dan gusi anaknya juga baik. Kebiasaan baik yang ditanamkan oleh
ibu kepada anaknya dalam keluarga seperti menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam merupakan contoh kebiasaan yang baik akan menjadi
perilaku yang sifatnya menetap pada si anak.
5.1.7 Pencatatan dan Pelaporan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan serta pelaporan kegiatan program UKGS digabung dengan program UKS. Pencatatan dilakukan setiap
melakukan kunjungan ke sekolah. Sedangkan pelaporan kesehatan gigi dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan setiap bulan sebelum tanggal 5 namun
untuk UKGS khusus tidak ada. Feedback umpan balik laporan kegiatan program UKGS tidak pernah ada dari Dinas Kesehatan Kota Medan Tabel 4.11.
Pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan program UKGS seharusnya memiliki pencatatan khusus sehingga dapat membantu Kepala Puskesmas untuk
pengembangan program kesehatan di wilayah kerjanya. Feedback terhadap laporan puskesmas seharusnya dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas
sehingga pihak puskesmas dapat menjadikan bahan evaluasi untuk program UKGS.
Hal ini sejalan dengan Muninjaya 2004, bahwa umpan balik terhadap suatu kegiatan program dapat dijadikan evaluasi dalam keberhasilan program
tersebut. Berdasarkan umpan balik hasil pengukuran kerja, manajemen bisa memperbaiki kinerja pada periode berikutnya dalam perencanaan maupun
implementasinya.
5.1.8 Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang ada selama pelaksanaan kegiatan program UKGS yaitu 1 keterbatasan waktu, dimana
pelaksanaan di sekolah tidak memiliki waktu yang banyak karena disesuaikan dengan jadwal pendidikan di sekolah. 2 Keterbatasan dana, dana yang tersedia
dalam pelaksanaan kegiatan program UKGS hanya dana transportasi saja. Sehingga puskesmas tidak bisa melakukan mengembangkan kegiatan program
UKGS dengan optimal. 3 Peran dari orang tua murid yang kurang dalam mendukung program UKGS dalam hal membawa anaknya untuk melakukan
rujukan tindakan perawatan di puskesmas serta memberikan himbauan kepada anaknya untuk selalu menggosok gigi 2 kali dalam sehari Tabel 4.12.
Hal ini sejalan dengan Imron 2008, bahwa melalui pendekatan sistem, organisasi memiliki beberapa unsur yaitu masukan input, proses process,
keluaran output, dampak outcome, dan lingkungan environtment. Semua unsur dalam sistem ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sumber daya
merupakan bagian dari unsur masukan yang keberadaannya dalam suatu organisasi merupakan merupakan modal dasar untuk dapat berfungsinya suatu
organisasi. Puskesmas membutuhkan sumber daya manusia SDM, saranaprasarana, dan metoda untuk menjalankan kegiatan program.
5.1.9 Pengawasan dan Evaluasi Pelaksanaan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh Kepala Puskesmas. Pengawasan pada pelaksanaan program UKGS tidak
secara rutin dilakukan. Evaluasi pelaksanaan program dilakukan rutin setiap tahun
bersama dengan program-program lainnya. Bentuk evaluasi dilakukan dengan melihat laporan bulanan setiap program yang telah direkapitulasi menjadi laporan
tahunan. Laporan tahunan setiap program tersebut disesuaikan dengan target pencapaian program berdasarkan standar dari Dinas Kesehatan. Program
puskesmas yang tidak mencapai target akan dilakukan analisis masalah yang terdapat dalam pelaksanaan program dan di berikan solusi kepada petugas
pemegang program dan menghimbau petugas untuk lebih giat dalam menjalankan program Tabel 4.13.
Seharusnya pengawasan pada pelaksanaan program dilakukan secara rutin setiap bulan agar pelaksanaan program tetap berjalan sesuai dengan pedoman
program UKGS. Pengawasan dan evaluasi dapat memperkecil timbulnya hambatan sehingga hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang
kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikan. Dengan pengawasan atas pelaksanaan seluruh kegiatan program UKGS bertujuan untuk menjamin
pelaksanaan program UKGS secara efektif yaitu mencapai tujuan yang telah ditentukan dan efisien.
Pengawasan yang dilakukan dapat dengan melihat frekuensi kunjungan ke sekolah dasar oleh tenaga UKGS puskesmas laporan setiap kegiatan dari program
UKGS dan data status kesehatan gigi siswai. Pengawasan dan evaluasi dapat dilakukan dengan pemberian hukuman punishment terhadap tenaga UKGS yang
tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik dan pemberian hadiah reward kepada tenaga UKGS yang dapat melaksanakan tugas dengan baik. Sehingga
tenaga UKGS lebih bertanggungjawab terhadap tugasnya. Hasil monitoring dan
evaluasi kinerja dapat memberikan informasi tentang keberhasilan dan kegagalan program dan kegiatan yang dilaksanakan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Harjiman 2000 bahwa pelayanan kesehatan yang baik maka manajemen dalam suatu institusi pelayanan kesehatan
harus melaksanakan fungsi manajemen dengan baik dan juga melakukan pengawasan terhadap perilaku karyawan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan langsung dapat dilakukan perbaikan. Pengawasan dan evaluasi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, dimana kegiatan tersebut memilik tujuan
yang sama agar program dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
5.2 Analisis Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Wilayah