Q = nn+2
Σ
r
1 2
t
l =1
dimana r
1 t
adalah autokorelasi contoh pada lag 1 dan k adalah maksimum lag yang diinginkan. Jika nilai Q lebih besar dari nilai
χ
2 2
α dengan derajat bebas k- p-q atau jika P
χ
2 k-p-q
Q lebih kecil dari taraf nyata 0,05 maka model tersebut dinyatakan tidak layak.
3.5. Model Penelitian
Pada penelitian ini, penulis hanya akan menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi return pada saham batubara yang masuk
dalam kelompok JII selama periode penelitian saja BUMI dan PTBA. Setelah mendapatkan data penutupan dalam periode bulanan, data-data tersebut diolah
menjadi data return. Data yang diubah ke dalam return tidak hanya data penutupan saham, tetapi data variabel makroekonomi yang digunakan turut pula
diubah menjadi data return. Hal ini menyebabkan seluruh variabel menjadi sama satuannya yaitu persen.
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Model 1 :
R
t
= β
+ β
1
RCPI
t
+ β
2
RKURS
t
+ β
3
RM2
t
+ β
4
RIPI
t
+ β
5
RSBI
t
+ β
6
RIHSG
t
+ β
7
DUMMY +
t
11
h
2 t
= K +
1
h
2 t-1
+
2
h
2 t-2
+
...
+
r
h
2 t-r
+ α
1 2
t-1
+ α
2 2
t-2
+ ... + α
m 2
t-m
Model 2 : R
t
= β
+ β
1
RCPI
t
+ β
2
RKURS
t
+ β
3
RM2
t
+ β
4
RIPI
t
+ β
5
RSBIS
t
+ β
6
RJII
t
+ β
7
DUMMY +
t
12
h
2 t
= K +
1
h
2 t-1
+
2
h
2 t-2
+
...
+
r
h
2 t-r
+ α
1 2
t-1
+ α
2 2
t-2
+ ... + α
m 2
t-m
Dimana : R
t
= return saham bulanan perusahaan pada periode t h
t
= ragam ke-t RCPI
= return Customer Price Index RKURS =
return nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar
RM2 = return jumlah uang yang beredar
RSBI = return Suku Bunga Bank Indonesia
RIPI = return industrial production index
RIHSG = return Indeks Harga Saham Gabungan
RSBIS = return Sertifikat Bank Indonesia Syariah
RJII = return Jakarta Islamic Index
DUMMY = “0” untuk BUMI dan “1” untuk PTBA
IV. GAMBARAN UMUM 4.1.
Kondisi Makroekonomi Indonesia
Perkembangan perekonomian Indonesia mengalami pasang surut fluktuasi selama periode Januari 2005 sampai dengan Mei 2010. Pada periode
tertentu tumbuh pesat, tetapi pada periode lainnya tumbuh lambat. Kondisi perekonomian ini tidak terlepas dari pengaruh guncangan eksternal dan internal.
Guncangan eksternal berasal dari kondisi perekonomian global seperti terjadinya subprime mortgage
di AS, kenaikan harga minyak dan komoditas internasional lainnya. Sedangkan guncangan internal seperti kondisi makroekonomi, kondisi
politik, dan kenaikan harga barang domestik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Indikator Makroekonomi Tahun 2005-2009
Tahun Pertumbuhan GDP
Inflasi CPI Nilai tukar
rata-rata IDRUSD
Suku bunga SBI
Pertumbuhan M2
2005 5,70 17,11
9.713 12,75
16,42 2006 5,50
6,60 9.167
9,75 14,87
2007 6,30 6,59
9.140 8,00
18,89 2008 6,10
11,06 9.666
10,83 26,30
2009 4,50 2,78
10.356 6,46
10,70 Sumber : Bank Indonesia, 2005-2009
Tabel 4. menggambarkan pertumbuhan indikator makroekonomi Indonesia. Pada tahun 2005, pertumbuhan GDP 5,7 persen dengan tingkat inflasi
CPI yang tinggi yaitu 17,11 persen dan nilai tukar yang melemah yaitu Rp 8.572,00. Hal ini dikarenakan tekanan pada kestabilan makroekonomi yang
meningkat sejak triwulan kedua seperti kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah khususnya bahan bakar minyak BBM pada bulan Maret dan Oktober
2005. Selain itu tingginya tingkat inflasi ini diakibatkan oleh tingginya harga-