4.2.3. Kinerja Saham BUMI
Tabel 6 menggambarkan kinerja Saham BUMI di pasar modal. Saham BUMI menunjukan peningkatan dari segi volume, nilai dan juga frekuensi
transaksi dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Hal ini mengindikasikan likuiditas saham BUMI yang baik selama periode tersebut.
Tabel 6. Kinerja Saham BUMI Tahun 2005-2009
Periode Volume unit
Nilai Rp Frekuensi kali
2005 22.690.088.223 17.809.597.057.876
112.041 2006 22.377.047.776
18.254.797.653.226 86.639
2007 35.444.900.474 97.300.906.671.476
363.787 2008 53.086.897.313
254.227.373.168.136 1.205.300
2009 105.094.549.495 201.040.727.976.651
2.198.359 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2005-2009
4.2.4. Harga Saham BUMI
Gambar 6 menggambarkan pergerakan harga saham BUMI selama periode Januari 2005 hingga Mei 2010. Harga penutupan saham BUMI pada
Januari 2005 sebesar Rp 920,00 dan pada Mei 2010 sebesar Rp 2.025. harga penutupan saham BUMI terendah terjadi pada bulan November 2005 sebesar Rp.
690,00 dan harga penutupan tertinggi terjadi pada Juni 2008 sebesar Rp 8.200,00. Pergerakan harga penutupan saham BUMI mengalami fluktuasi yang
cenderung stabil pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Penurunan signifikan terjadi pada Februari 2008 dimana harga penutupan saham BUMI turun sebesar Rp
1.500,00 dari Rp 7.700,00 pada bulan Agustus menjadi Rp 6.200,00 pada bulan Juli. Hal ini diakibatkan pula oleh anjloknya harga minyak dunia yang terjadi saat
itu. Pada pertengahan tahun 2009 harga penutupan saham BUMI cenderung
mengalami peningkatan hingga Mei 2010. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Pergerakan Harga saham BUMI
4.2.5. Return BUMI
Return selalu menjadi alasan seorang investor menanamkan modalnya.
Return bergerak seiring dengan pergerakan harga. Harga yang fluktuatif akan
membuat return berfluktuasi pula. Sama halnya akan return saham BUMI yang berfluktuasi seiring dengan berfluktuasinya harga saham BUMI. Pergerakan harga
saham dipengaruhi oleh pergerakan variabel-variabel makroekonomi. Ha ini berarti return saham pun dipengaruhi oleh pergerakan variabel-variabel
makroekonomi. Hubungan return dan variabel makroekonomi dapat kita lihat dari gambar pergerakkanya. Hal ini akan memudahkan kita untuk mengetahui
bagaimana hubungan return saham BUMI dengan variabel-variabel
makroekonomi yang akan dianalisis. Gambar 7 menggambarkan hubungan return BUMI dengan variabel-variabel makroekonomi.
Gambar 7. Hubungan return BUMI dengan Variabel Makroekonomi Berdasarkan Gambar 7, saat CPI bergerak naik maka return bergerak
turun. Begitu pula sebaliknya, saat CPI bergerak turun return cenderung bergerak naik. Hal ini dikarenakan saat harga-harga barang-barang naik, maka biaya
produksi pun akan naik yang pada akhirnya akan membuat keuntungan
‐0.15 ‐0.1
‐0.05 0.05
0.1 0.15
0.2
‐1 ‐0.5
0.5 1
Jan ‐05
Nov ‐05
Sep ‐06
Jul ‐07
May ‐08
Mar ‐09
Jan ‐10
RBUMI RKURS
perusahaan menurun. Hal ini akan membuat permintaan akan saham BUMI menurun dan pada akhirny menyebabkan penurunan return saham BUMI.
Pergerakan kurs dan return BUMI berlawanan. Ketika kurs menguat apresiasi maka return saham meningkat, sedangkan ketika kurs melemah
depresiasi maka return saham menurun. Saat jumlah uang beredar meningkat ternyata return saham BUMI menururn sedangkan ketika jumlah uang yang
beredar menurun maka return saham BUMI akan meningkat Pergerakan ke atas dari Industrial Production Index IPI searah dengan pergerakan return BUMI.
Dengan kata lain saat output yang dihasilkan meningkat maka return BUMI pun akan meningkat.
Pergerakan ke atas suku bunga SBI ternyata diikuti dengan pergerakan ke bawah return BUMI. Pada saat otoritas moneter menaikan suku bunga SBI maka
masyarakat akan lebih memilih untuk memanankan dananya pada SUN sehingga menurunkan minat berinvestasi di pasar modal. Hal ini akan berdampak pada
penurunan permintaan saham BUMI. Penurunan permintaan ini menyebabkan penurunan harga saham BUMI dan pada akhirnya berdampak pada penurunan
return saham BUMI.
Saat IHSG meningkat maka return BUMI pun meningkat. IHSG merupakan gambaran dari perkembangan pasar modal. Saat IHSG meningkat
maka investor akan percaya untuk menanamkan modalnya pada pasar modal. Meningkatnya minta investor untuk berinvestasi pada saham akan berdampak
pada meningkatnya permintaan saham BUMI yang akan berdampak pada meningkatnya pula return saham BUMI.
Gambar 8. Trend Hubungan Return BUMI dengan Variabel Makroekonomi Selanjutnya pada Gambar 8 ditunjukkan bagaimana trend hubungan return
BUMI dengan variabel makroekonomi. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat
‐1 ‐0.5
0.5 1
‐0.05 0.05
0.1
RBUMI
RCPI ‐1
‐0.8 ‐0.6
‐0.4 ‐0.2
0.2 0.4
0.6 0.8
‐0.2 ‐0.1
0.1 0.2
RBUMI
RKURS
‐1 ‐0.8
‐0.6 ‐0.4
‐0.2 0.2
0.4 0.6
0.8
‐0.05 0.05
0.1
RBUMI
RM2 ‐1
‐0.8 ‐0.6
‐0.4 ‐0.2
0.2 0.4
0.6 0.8
‐0.2 ‐0.1
0.1
RBUMI
RIPI
‐1 ‐0.5
0.5 1
‐0.2 ‐0.1
0.1 0.2
RBUMI
RSBI ‐1
‐0.8 ‐0.6
‐0.4 ‐0.2
0.2 0.4
0.6 0.8
‐0.6 ‐0.4
‐0.2 0.2
0.4
RBUMI
RIHSG
bahwa pada return memiliki kecenderungantren hubungan negatif dengan Customer Price Index
CPI, nilai tukar rupiah terhadap dollar, jumlah uang beredar, dan suku bunga SBI. Sedangkan return memiliki kecenderungantrend
hubungan positif dengan Industrial Production Index IPI dan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
4.3. PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam PTBA 4.3.1. Sejarah PTBA