Konfigurasi Sebaran Keluarga Miskin

euclidean distance pada analisis klaster cluster analysis yang memanfaatkan factor score unit analisis wilayah kecamatan seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 4. Tiga penciri signifikan menjadi pembeda tiga klaster tinggi, rendah, dan sedang, yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, dan penunjang pertumbuhan penduduk seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13 Grafik nilai tengah Euclidean Distance penciri konfigurasi sebaran penduduk. Dari analisis ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk berkorelasi kuat dengan pola pertumbuhan penduduk. Klaster 1 dengan jumlah penduduk yang tinggi menunjukkan pola pertumbuhan penduduk yang tinggi pula. Demikian halnya dengan klaster 2 dan klaster 3 juga menunjukkan korelasi searah. Karenanya klaster 1 menunjukkan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, klaster 2 dengan kategori sedang, dan klaster 3 dengan kategori rendah Tabel 24. Tabel 24 Kategori pembeda utama pada konfigurasi sebaran penduduk Penciri Keterangan Kategori I II III Idx_JP Pangsa Penduduk Laki-Laki Tinggi Sedang Rendah Pangsa Penduduk Perempuan Tinggi Sedang Rendah Idx_SDMPf1 Pangsa kelahiran Laki-Laki Tinggi Sedang Rendah Pangsa kelahiran Perempuan Tinggi Sedang Rendah Pangsa kematian Laki-Laki Tinggi Sedang Rendah Pangsa kematian Perempuan Tinggi Sedang Rendah Pangsa imigran Tinggi Sedang Rendah Pangsa emigran Tinggi Sedang Rendah Idx_SDMPPf1 Pangsa Pasangan Usia Subur Tinggi Sedang Rendah Pangsa Peserta KB Tinggi Sedang Rendah Nilai Tengah Penciri Konfigurasi Sebaran Penduduk Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Idx_SDMPf1 Idx_SDMPPf1 Idx_SDMCf1 Idx_SDMCf2 Idx_JP Penciri Klaster -6 -4 -2 2 4 6 8 10 12 14 16 n il a i te n g a h Melalui analisis diskriminan, tiga indeks yang signifikan menjadi penciri pembeda dari tiga kelompok dengan besarnya kemampuan klasifikasi 98,85. Klasifikasi pada 175 kecamatan menghasilkan klaster 1 yang terdiri atas 27 kecamatan 15,43, klaster 2 terdiri dengan 1 kecamatan 0,57 dan klaster 3 terdiri atas 147 kecamatan 84,00. Secara umum jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Barat terkategori rendah dan distribusi sebaran kecamatan pada setiap klaster ditunjukkan pada Lampiran 5. Tampilan tematik dari konfigurasi sebaran jumlah pada Gambar 14, menunjukkan konsentrasi penduduk yang tinggi warna merah ditemukan di kecamatan-kecamatan pada wilayah tengah dan pesisir. Pada wilayah perbatasan antar negara dan antara provinsi, sebaran penduduk terkategori rendah yang tampak dari tampilan warna hijau. Secara keseluruhan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat lebih menunjukkan ke arah pola sebaran penduduk rendah dan hanya satu spot dengan sebaran sedang kuning, yaitu Kota Singkawang. Gambar 14 Peta konfigurasi sebaran penduduk di Provinsi Kalimantan Barat. Distribusi kecamatan di kabupatenkota pada tiap klasternya ditunjukkan pada Tabel 25, dimana kabupaten dengan kecamatan yang terkategori sebaran penduduk tinggi terbanyak ditemukan di Kota Pontianak yang mencapai 83,33. Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Kayong Utara adalah seluruh kecamatannya dengan sebaran penduduk terkategori rendah. Tabel 25 Distribusi kategori sebaran penduduk pada kabupatenkota KabupatenKota Distribusi kecamtan dengan kategori sebaran penduduk persen Tinggi Sedang Rendah Kabupaten Sambas 26,32 0,00 73,68 Kabupaten Bengkayang 0,00 0,00 100,00 Kabupaten Landak 15,38 0,00 84,62 Kabupaten Pontianak 11,11 0,00 88,89 Kabupaten Sanggau 26,67 0,00 73,33 Kabupaten Ketapang 5,00 0,00 95,00 Kabupaten Sintang 14,29 0,00 85,71 Kabupaten Kapuas Hulu 0,00 0,00 100,00 Kabupaten Sekadau 14,29 0,00 85,71 Kabupaten Melawi 9,09 0,00 90,91 Kabupaten Kayong Utara 0,00 0,00 100,00 Kabupaten Kubu Raya 33,33 0,00 66,67 Kota Pontianak 83,33 0,00 16,67 Kota Singkawang 40,00 20,00 40,00

5.1.3 Pola Kuadran Sebaran Keluarga Miskin terhadap Sebaran Penduduk

Pola spasial tipologi kemiskinan adalah pola yang menunjukkan keterkaitan konfigurasi sebaran keluarga miskin dengan konfigurasi sebaran penduduk miskin. Empat pola kuadran dihasilkan dari plot bobot masing-masing konfigurasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 26. Tabel 26 Plot bobot konfigurasi pada Pola Spasial Kemiskinan di kabupaten kota pada analisis kuadran Kabupatenkota Bobot Konfigurasi Plot pada Kuadran Sebaran keluarga miskin Sebaran penduduk Kota Pontianak 0,3056 0,4444 I Kabupaten Kubu Raya 0,2222 0,2778 I Kabupaten Sanggau 0,1889 0,2556 II Kota Singkawang 0,1667 0,3333 II Kabupaten Sambas 0,1667 0,2544 II Kabupaten Bengkayang 0,1667 0,1667 III Kabupaten Kayong Utara 0,1667 0,1667 III Kabupaten Ketapang 0,2000 0,1833 III Kabupaten Sekadau 0,2143 0,2143 III Kabupaten Kapuas Hulu 0,2067 0,1667 III Kabupaten Sintang 0,3333 0,2143 IV Kabupaten Landak 0,2949 0,2179 IV Kabupaten Melawi 0,2273 0,1970 IV Kabupaten Pontianak 0,2222 0,2037 IV Dari pola spasial tipologi kemiskinan di Kalimantan Barat, lokasi kantong kemiskinan teralokasi di Kuadran I dan IV. Pada Kuadran I, sebaran keluarga miskin tinggi terkait dengan sebaran penduduk yang tinggi, yaitu di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya Gambar 15. Pada kuadran I menjelaskan bahwa terbentuknya kantong kemiskinan di perkotaan sebagai akibat tingginya daya tarik pull factor kota bagi penduduk di luar wilayah perkotaan yang mengakibatkan tingginya arus urbanisasi. Terpusatnya penduduk di perkotaan akan menurunkan daya tampung kota dan berdampak pada tingginya pengangguran dan kemiskinan di perkotaan Rustiadi et al. 2009. Dari data BPS Kalbar 2009, sebaran penduduk Kota Pontianak di tahun 2008 mencapai 12,27 dari total jumlah penduduk di Kalimantan Barat, sedangkan luasan wilayahnya hanya sebesar 0,07 dari total luas provinsi. Jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak adalah sebesar 52 800 jiwa dengan kepadatan penduduk miskinnya tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai 0,49 jiwa km 2 , artinya pada setiap km 2 luas wilayah di Kota Pontianak ditemukan 0,49 orang miskin. Kabupaten Kubu Raya yang berbatasan langsung di sebelah barat, selatan dan timur Kota Pontianak, mengalami interaksi yang kurang menguntungkan bagi wilayahnya backwash linkage. Kabupaten Kubu Raya yang merupakan salah satu sentra padi dan tanaman pangan lainnya di Kalimantan Barat, serta memiliki sentra-sentra industri yang dapat dilihat dari tingginya PDRB sektor pertanian dan sektor industri dengan total PDRB Kabupaten Kubu Raya di Tahun 2008 sebesar Rp 6,89 trilyun, dalam analisis kabupaten ini tergolong dalam kuadran dengan pola sebaran keluarga miskin yang tinggi di wilayah yang berpenduduk tinggi. Gambar 15 Kuadran pola spasial kemiskinan di Provinsi Kalimantan Barat. Pola Spasial Tipologi Kemiskinan SAMBAS BENGKAYANG LANDAK PONTIANAK SANGGAU KETAPANG SINTANG KAPUAS HULU SEKADAU MELAWI KAYONG UTARA KUBU RAYA KOTA PONTIA SINGKAWANG -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Sebaran Penduduk -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 S e b a ra n K e lu a rg a M iski n SAMBAS BENGKAYANG LANDAK PONTIANAK SANGGAU KETAPANG SINTANG KAPUAS HULU SEKADAU MELAWI KAYONG UTARA KUBU RAYA KOTA PONTIANA SINGKAWANG Kuadran I Kuadran IV Kuadran III Kuadran II Selain di Kuadran I, lokasi kantong kemiskinan ditemukan pula di Kabupaten yang ada pada Kuadran IV. Pola yang ditunjukkan pada Kuadran ini adalah wilayah dengan sebaran penduduk rendah, tetapi sebaran keluarga miskinnya tinggi yang ditemukan di Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Pontianak. Untuk tiga kabupaten pertama, dari data statistik, persentase penduduk miskinnya diatas persentase di tingkat provinsi, yaitu berturut-turut 13,61, 18,65, dan 14,80, sedangkan Kabupaten Pontianak persentase penduduk miskinnya hanya sebesar 7,03, tetapi kepadatan penduduk miskinnya kedua tertinggi setelah Kota Pontianak, yaitu mencapai 0,04 jiwa penduduk miskinkm 2 luas wilayah. Diduga kabupaten pada kuadran ini, tingginya insiden kemiskinan terkait pola pembangunan yang rendah ataupun karakteristik sumber daya yang terbatas. Untuk Kuadran II dan III, sebaran penduduk miskinnya relatif lebih rendah dibandingkan kabupatenkota pada Kuadran I dan IV. Kabupaten Sanggau, Kota Singkawang, dan Kabupaten Sambas adalah wilayah dengan sebaran penduduk tinggi, tetapi tidak ditemukan kantong kemiskinan, sebaran keluarga miskinnya relatif lebih rendah dibandingkan wilyah lainnya. Data BPS Kalbar 2009 menunjukkan persentase penduduk miskin ketiga wilayah kabupatenkota tersebut berturut-turut adalah 6,25, 7.89 dan 11,51. Pada Kabupaten Sanggau dan Kota Singkawang, sebaran keluarga miskin yang rendah berkaitan dengan proporsi penduduk miskinnya yang rendah, sementara Kabupaten Sambas sebaran keluarga miskin yang rendah disebabkan sebaran penduduknya lebih rendah dibandingkan Kota Singkawang. Jika dilihat dari sebaran penduduk di Kalimantan Barat, persentase penduduk Kabupaten Sambas sebesar 11,56 , lebih tinggi dibandingkan penduduk Kabupaten Sanggau dan Kota Singkawang yang sebesar 4,12. Artinya, meskipun persentase penduduk miskin di Kabupaten Sambas tinggi, akan tetapi sebaran keluarga miskinnya relatif lebih menyebar atau tidak membentuk spot-spot keluarga miskin. Di Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara dan Bengkayang adalah wilayah dengan sebaran keluarga miskin dan sebaran penduduk rendah. Persentase penduduk miskin di wilayah tersebut berkisar antara 4-5 dari total penduduk di Kalimantan Barat.