ditampilkan pada Tabel 13 perlu dicermati dari sisi suplai, yaitu tingkatan investasi pemerintah daerah di bidang kesehatan, seperti ketersediaan fasilitas,
tenaga kesehatan dan jenis pelayanan kesehatan lainnya, khususnya pelayanan kepada masyarakat miskin.
Tabel 13 AngkaHarapan Hidup, Angka Kematian Ibu dan Anak menurut KabupatenKota di Provinsi Kalimantan Barat
KabKota Angka
Harapan Hidup 2008
Angka Kematian
Ibu 2004 Angka
Kematian Bayi 2006
Kabupaten Sambas Kabupaten Bengkayang
Kabupaten Landak Kabupaten Pontianak
Kabupaten Sanggau Kabupaten Ketapang
Kabupaten Sintang Kabupaten Kapuas Hulu
Kabupaten Sekadau Kabupaten Melawi
Kabupaten Kayong Utara Kabupaten Kubu Raya
Kota Pontianak Kota Singkawang
60,70 68,57
64,98 67,12
67,99 67,02
67,91 66,39
67,27 67,63
65,33 66,17
66,86 66,95
513 513
428 504
622 506
575 668
- -
- -
532 430
40,73 42,72
39,07 36,76
31,77 37,74
38,07 37,24
32,76 35,09
- -
30,77 33,76
Kalimantan Barat 66,30
566 38,41
Keterangan : - Data tergabung dengan kabupaten induk. Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2009
Indikator IPM yang merupakan komposit dari Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per Kapita, BPS
mencatat pada tahun 2008 IPM tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat adalah Kota Pontianak dengan Indeks mencapai 72,08 dan yang terendah adalah
Kabupaten Sambas sebesar 63,73 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14. Tingginya IPM di Kota Pontianak menunjukkan investasi pembangunan manusia
di Kalimantan Barat masih terpusat pada kota utama. Faktor-faktor penentu diantaranya tingginya aktivitas di daerah perkotaan yang secara langsung menjadi
penyebab meningkatnya jumlah penduduk, dan sebaliknya first city bias. Gejala- gejala tersebut juga menjadi pemicu terbentuknya slum area dan meningkatkan
proporsi penduduk miskin di perkotaan. Pada Tabel 14, masing-masing komponen IPM menunjukkan tingkat
pencapaian yang berbeda antar kabupatenkota, dimana komponen angka harapan hidup tertinggi adalah Kabupaten Bengkayang dan terendah adalah Kabupaten
Sambas, komponen angka melek huruf tertinggi dicapai Kota Pontianak dan terendah adalah Kabupaten Kubu Raya, komponen rata-rata lama sekolah
tertinggi dicapai Kota Pontianak dan terendah adalah Kabupaten Sambas, dan untuk pengeluran per kapita tertinggi adalah Kota Pontianak dan terendah adalah
Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Melawi. Tabel 14 Besaran IPM dan komponennya menurut KabupatenKota di Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2008
KabKota Angka
Harapan Hidup
tahun Angka
Melek Huruf
Rata-rata Lama
Sekolah tahun
Pengeluaran per Kapita
Rp000 IPM
Kabupaten Sambas Kab Bengkayang
Kabupaten Landak Kabupaten Pontianak
Kabupaten Sanggau Kabupaten Ketapang
Kabupaten Sintang Kab Kapuas Hulu
Kabupaten Sekadau Kabupaten Melawi
Kab Kayong Utara Kab Kubu Raya
Kota Pontianak Kota Singkawang
60,70 68,57
64,98 67,12
67,99 67,02
67,91 66,39
67,27 67,63
65,33 66,17
66,86 66,95
89,50 88,68
91,45 89,40
89,92 88,87
90,41 92,55
88,98 92,32
88,20 85,83
93,59 89,62
5,90 6,03
6,86 6,48
6,40 6,22
6,58 7,10
6,06 7,20
5,60 6,16
9,11 7,30
614,92 599,30
608,21 617,52
609,95 608,43
602,01 627,31
598,62 598,62
600,67 617,00
636,18 611,76
63,73 66,81
66,74 67,90
67,86 66,84
67,44 69,41
66,13 67,91
64,69 66,31
72,08 68,02
Kalimantan Barat 66,30
89,40 6,70
624,74 68,17
Sumber : BPS 2009
4.5 Kemiskinan
Implikasi dari tingginya aktivitas ekonomi dan pembangunan manusiasosial adalah meningkatnya kualitas hidup manusia yang kemudian akan mampu
menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. Indikator yang digunakan untuk dapat membandingkan kemiskinan antar satu wilayah dengan wilayah
lainnya adalah jumlah penduduk miskin berdasarkan ukuran kemiskinan absolut standar BPS.
Dengan garis kemiskinan Kalimantan Barat pada tahun 2008 sebesar Rp 168 942 kapbulan, jumlah penduduk miskin mencapai 10,87. Kabupaten
dengan persentase penduduk miskin P terbesar adalah Kabupaten Landak yang
mencapai 18,65 dan terendah adalah Kabupaten Sanggau yang hanya sebesar 6,25. Jika P
hanya melihat secara umum jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan, maka untuk lebih jauh indikator yang digunakan untuk melihat
seberapa dalam miskinnya penduduk miskin tersebut dari garis kemiskinan yang dapat dilihat dari tingkat kedalaman kemiskinan P
1
dan bagaimana ketimpangan dari kelompok miskin dengan melihat indikator keparahan kemiskinan P
2
, maka P
1
dan P
2
yang tertinggi adalah Kabupaten Melawi yang sebesar 6,04 dan 2,54, sedangkan terendah adalah Kabupaten Pontianak yang sebesar 1,16 dan 0,28.
Semakin tinggi angka yang ditampilkan menunjukkan wilayah dengan kategori tingkat kemiskinan yang semakin buruk Tabel 15.
Tabel 15 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, P1, P2 dan Garis Kemiskinan menurut KabupatenKota di Kalimantan Barat Tahun
2008
KabKota Jumlah
Penduduk Miskin
000 orang Persentase
Penduduk Miskin
P
1
P
2
Garis Kemiskinan
RpKapbl Kab. Sambas
Kab. Bengkayang Kab. Landak
Kab. Pontianak Kab. Sanggau
Kab. Ketapang Kab. Sintang
Kab. Kapuas Hulu Kab. Sekadau
Kab. Melawi Kab. Kayong Utara
Kab. Kubu Raya Kota Pontianak
Kota Singkawang 61,50
21,10 66,00
54,50 26,50
67,70 54,10
27,30 14,80
27,10 14,40
- 52,80
15,10 11,51
9,41 18,65
7,03 6,25
15,21 13,61
11,44 7,66
14,80 14,50
- 9,29
7,89 2,19
1,80 3,85
1,16 1,39
3,47 3,26
2,21 2,05
6,04 3,48
- 1,94
1,33 0,67
0,46 1,14
0,28 0,37
1,02 0,93
0,66 0,69
2,54 1,04
- 0,64
0,31 163 773
146 825 163 954
164 604 141 341
178 060 182 626
163 380 137 343
204 947 136 037
- 193 984
194 818 Kalimantan Barat
50,80 10,87
2,38 0,72
168 942
Keterangan : - Data tergabung dengan kabupaten induk. Sumber : BPS 2009
Gambaran lain dari kemiskinan di kabupatenkota dapat pula dilihat dari kemampuan rumah tangga memenuhi standar hidup minimal yang sehat, seperti
penggunaan air bersih, jamban pribadi dan luasan lantai rumah. Dari data BPS 2009 persentase rumah tangga yang mendapat suplai air bersih terendah adalah
Kabupaten Sambas dan tertinggi adalah Kota Singkawang. Sementara persentase rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri yang paling rendah adalah
Kabupaten Melawi dan tertinggi adalah Kota Pontianak yang lengkapnya ditampilkan pada Tabel 16. Wilayah yang persentase penduduk dengan pelayanan
air bersih dan penggunaan jamban sendiri dalam jumlah kecil, menunjukkan rendahnya kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut.
Untuk ukuran luas lantai yang dianggap layak adalah minimal 8 m
2
. Pada
Tabel 16 menunjukkan persentase rumah tangga yang tinggal dengan luasan lantai rumah yang kurang dari 8 m
2
tertinggi adalah Kabupaten Kapuas Hulu dan terendah adalah Kabupaten Landak. Indikator ini menunjukkan bahwa ukuran
tempat tinggal kurang dari 8 m
2
dikelompokkan kedalam rumah tangga miskin, dengan demikian semakin tinggi persentase rumah tangga yang tinggal dengan
ukuran luas lantai kurang dari 8 m
2
, maka kesejahteraan rumah tangga di wilayah tersebut dikategorikan rendah.
Tabel 16 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih, Jamban sendiri dan Luas Lantai Rumah kurang dari 8 m
2
pada KabupatenKota di Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2008
KabKota Persentase Rumah Tangga
Menggunakan Air Bersih
Menggunakan Jamban Sendiri
Luas Lantai Rumah 8 m
2
Kab. Sambas Kab. Bengkayang
Kab. Landak Kab. Pontianak
Kab. Sanggau Kab. Ketapang
Kab. Sintang Kab. Kapuas Hulu
Kab. Sekadau Kab. Melawi
Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya
Kota Pontianak Kota Singkawang
2,51 19,09
8,04 7,13
3,45 27,14
19,99 27,34
16,72 31,52
19,25
- 21,98
53,33 71,42
56,50 38,18
69,09 47,24
60,51 63,02
57,60 52,61
44,02 48,69
- 98,67
89,49 1,95
2,34 0,49
1,98 1,81
4,39 1,84
5,10 3,03
3,61 3,13
- 3,50
2,73 Kalimantan Barat
19,13 67,15
2,62
Keterangan : - Data tergabung dengan kabupaten induk. Sumber : BPS 2009
Kemiskinan rumah tangga dapat pula dilihat dari persentase pendapatan yang dikeluarkan untuk makanan dalam rumah tangga. Semakin tinggi persentase
pendapatan dikeluarkan untuk makanan, semakin rendah kualitas hidupnya, karena tidak tercukupi alokasi pembiayaan untuk keperluan lain, seperti
pendidikan, kesehatan dan jasa, dengan kata lain semakin dikategorikan rumah tangga kurang sejahtera.
Pada tahun 2008, penduduk miskin dengan persentase pengeluaran untuk makanan tertinggi ada di Kabupaten Landak, yakni sebesar 75,88, dan terendah
adalah Kota Singkawang 63,86. Secara keseluruhan, porsi pengeluaran untuk makanan penduduk Kalimantan Barat adalah sebesar 64,43 Tabel 17.