Pembangunan ManusiaSosial TINJAUAN PUSTAKA

Ciri utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadinya - kalaupun terjadi sifatnya lamban sekali - apa yang disebut sebagai mobilitas sosial vertikal. Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Ciri lain dari kemiskinan struktural adalah timbulnya ketergantungan yang kuat antara pihak si miskin terhadap kelas sosial-ekonomi di atasnya Kuncorojakti, 1986. 3. Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultural merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian, bukan berasal dari kebodohan dan ketidakmampuan fisik, tetapi lebih kepada sikap apatis dan pasrah dalam menerima kondisi kemiskinan yang dimilikinya yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga seringkali kita dapat dapat menemui kemiskinan ini pada masyarakat strata sosial yang lebih rendah, masyarakat terasing, dan warga urban yang berasal dari buruh tani yang tidak memiliki tanah. 2.4.1 Kemiskinan Absolut dan Relatif Kemiskinan absolut dan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorangkeluarga. Kedua istilah itu merujuk pada perbedaan sosial social distinction yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya adalah pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan dengan angka-angka nyata dan atau indikator atau kriteria yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif, kategorisasi kemiskinan ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk. Kategori ini dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan konsumsi maupun kemiskinan keterbelakangan yang bersifat multidimensi. Dalam kemiskinan absolut, standar kemiskinan dihitung berdasarkan nilai uang yang dibutuhkan untuk membayar jumlah kalori minimal yang dibutuhkan untuk hidup sehat dan kebutuhan non-makanan tertentu; Tingkat pendidikan yang dianggap tertinggal ditetapkan berdasarkan kemampuan membacamenulis melek huruf atau kelulusan dari sekolah dasar. Standar-standar ini tidak akan berubah meskipun tingkat kemakmuran masyarakat berubah. Standar kemiskinan absolut digunakan untuk menganalisis angka kemiskinan. Badan Pusat Statistik BPS menetapkan garis kemiskinan sebagai ukuran minimal memenuhi kebutuhan makanannya setara dengan 2100 kalori per kapita per hari. Bank dunia menetapkan garis kemiskinan USD 1.00 per orang per hari di negara kategori pendapatan rendah, USD 14.00 per hari di negara maju dan USD 2.00 per hari di negara pendapatan sedang. Kemiskinan relatif memandang kemiskinan berdasarkan kondisi riil tingkat kemakmuran masyarakat. Kemiskinan ini menggunakan garis kemiskinan yang berbeda antar wilayah, berdasarkan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut GAPRI,2003.

2.4.2 Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan

Secara kuantitatif, Kedalaman kemiskinan berarti mengukur secara rata-rata seberapa jauh jarak orang miskin dari garis kemiskinan. Secara singkat, pengukuran ini melihat seberapa miskinnya si miskin. Jika secara rata-rata konsumsi orang miskin hanya sedikit di bawah garis kemiskinan, maka kedalaman kemiskinan lebih kecil daripada jika rata-rata konsumsi orang miskin jauh di bawah garis kemiskinan. Indeks dalam pengukuran kedalaman kemiskinan ini dapat mengestimasi jarakperbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan, yang dinyatakan dalam rasio dari garis kemiskinan. Secara kualitatif, kedalaman kemiskinan juga dapat ditunjukkan dengan gap antara klasifikasi kaum termiskin dengan kelompok-kelompok diatasnya. Keparahan kemiskinan, secara kuantitatif dapat mengukur ketimpangan distribusi di antara orang miskin GAPRI,2003. Jika indeks dari Kedalaman Kemiskinan tidak sensitif terhadap distribusi pendapatan diantara penduduk miskin, maka indeks dari keparahan kemiskinan mampu memberikan gambaran ketimpangan distribusi pendapatan dalam kelompok miskin. Penggabungan indikator kemiskinan dengan ukuran ketimpangan mempertajam dan memperkaya gambaran mengenai sebaran permasalahan kemiskinan, sekaligus perilaku kaum miskin itu sendiri.

2.4.3 Ukuran Kemiskinan

Rustiadi et al. 2009 menggunakan beberapa kategori dalam merumuskan pengukuran kemiskinan. Kategori tolok ukur tersebut dapat dilihat berdasarkan: a. Rasio barang dan jasa yang dikonsumsi Good-Service Ratio, GSR. Konsep ini berdasarkan fakta bahwa semakin tinggi kesejahteraan seseorang maka semakin besar persentase pendapatan income yang digunakan untuk jasa. b. Persentaseratio pendapatan yang digunakan untuk konsumsi makanan. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi kesempatan mengkonsumsi komoditi selain makanan. Dengan demikian semakin tinggi persentase pengeluaran untuk bukan-makanan terhadap total pendapatan seseorang, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. c. Pendapatan setara beras. Kebutuhan setara beras dihitung untuk kebutuhan kalori orang per hari. Pendapatan yang diperoleh seseorang jika dapat melebihi pemenuhan kebutuhan kalori per harinya, maka tingkat kesejahteraannya semakin baik. d. Pemenuhan kebutuhan pokok. Pengukuran kesejahteraan seseorang yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan sembilan bahan pokok, yang apabila dapat terpenuhi, maka tingkat kesejahteraannya akan lebih baik.

2.4.4 Kriteria Keluarga Miskin

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang nomor 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri atas berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Indikator dan kriteria keluarga miskin adalah adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan dagingikantelor. b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni. Selain keluarga miskin, disusun pula kriteria untuk keluarga miskin sekali, yakni keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.