Konfigurasi Sebaran Aktivitas Sektor IndustriPerdagangan

Utara sebagai kabupaten kedua termuda, belum mampu mendorong aktivitas industriperdagangan di wilayah ini berkembang, terlihat dari rendahnya kontribusi PDRB wilayahnya terhadap PDRB provinsi, dalam analisis ini juga menunjukkan bahwa keseluruhan kecamatan terkategori sebaran aktivitas sektor industri dan perdagangan tinggi. Distribusi kecamatan di kabupatenkota pada tiap klasternya ditunjukkan pada Tabel 42. Gambaran distribusi ini menunjukkan, di Provinsi Kalimantan Barat aktivitas sektor industriperdagangannya belum berkembang baik di wilayah kabupatenkota selain Kota Pontianak. Tabel 42 Distribusi kecamatan dengan kategori sebaran aktivitas sektor industriperdagangan di kabupatenkota KabupatenKota Distribusi kecamatan dengan kategori aktivitas sektor industriperdagangan persen Tinggi Rendah Sedang Kabupaten Sambas 5,26 78,95 15,79 Kabupaten Bengkayang 0,00 100,00 0,00 Kabupaten Landak 7,69 92,31 0,00 Kabupaten Pontianak 22,22 77,78 0,00 Kabupaten Sanggau 6,67 93,33 0,00 Kabupaten Ketapang 5,00 95,00 0,00 Kabupaten Sintang 7,14 92,86 0,00 Kabupaten Kapuas Hulu 0,00 100,00 0,00 Kabupaten Sekadau 14,29 85,71 0,00 Kabupaten Melawi 9,09 90,91 0,00 Kabupaten Kayong Utara 0,00 100,00 0,00 Kabupaten Kubu Raya 0,00 77,78 22,22 Kota Pontianak 100,00 0,00 0,00 Kota Singkawang 40,00 60,00 0,00

5.3.3 Pola Kuadran Sebaran Aktivitas Sektor Pertanian terhadap Sektor IndustriPerdagangan

Pola spasial aktivitas ekonomi adalah pola yang menunjukkan pola konfigurasi sebaran aktivitas sektor pertanian terhadap sektor industri perdagangan. Empat pola kuadran dihasilkan dari plot bobot masing-masing konfigurasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 43. Dari pola spasial tipologi aktivitas ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan polarisasi tipologi wilayah desa-kota pada kabupatenkota dalam kuadran. Kota Pontianak dan Kota Singkawang ada dalam kuadran II yang menunjukkan tingginya aktivitas sektor industriperdagangan tinggi, sedangkan aktivitas sektor pertanian terkategori rendah. Tabel 43 Plot Bobot Konfigurasi pada Pola Spasial tipologi Aktivitas Ekonomi di KabupatenKota pada Analisis Kuadran Kabupatenkota Bobot Konfigurasi Plot pada Kuadran Aktivitas sektor pertanian Aktivitas sektor industriperdagangan Kota Singkawang 0,2000 0,3000 II Kota Pontianak 0,1667 0,5000 II Kabupaten Bengkayang 0,2255 0,1667 III Kabupaten Ketapang 0,1833 0,1833 III Kabupaten Sintang 0,1905 0,1905 III Kabupaten Kapuas Hulu 0,1667 0,1667 III Kabupaten Sekadau 0,2143 0,2143 III Kabupaten Melawi 0,1667 0,1970 III Kabupaten Landak 0,3333 0,1923 IV Kabupaten Sanggau 0,3000 0,1889 IV Kabupaten Pontianak 0,2778 0,2407 IV Kabupaten Kubu Raya 0,2778 0,2037 IV Kabupaten Sambas 0,2456 0,2105 IV Kabupaten Kayong Utara 0,2333 0,1667 IV Kuadran IV yang terdiri atas Kabupaten Landak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kayong Utara merupakan wilayah yang aktivitas sektor pertaniannya tinggi, sedangkan sektor industriperdagangan rendah. Untuk Kabupaten Sambas dan Kabupaten Landak, tingginya intensitasi aktivitas di wilayah ini sejalan dengan kontribusi sektor pertanian di wilayahnya masing-masing yang berturut-turut sebesar 43,41 dan 51,94 dengan besaran PDRB sektor pertaniannya sebesar Rp1,99 trilyun dan Rp1,26 trilyun. Untuk Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kubu Raya yang berada di kuadran ini, kontribusi sektor pertanian tidak sebesar dua kabupaten yang disebutkan tadi, tetapi magnitude-nya menunjukkan besaran yang relevan dengan pola spasialnya, dimana PDRB sektor pertanian tahun 2008 berdasarkan harga berlaku tahun 2000, Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kubu Raya masing-masing sebesar Rp1,60 dan Rp1,4 trilyun. Kondisi yang sangat berbeda pada Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kayong Utara, dimana meskipun pola spasial sebaran aktivitas sektor pertaniannya terkategori tinggi, tetapi PDRB sektor pertaniannya jauh lebih rendah dibandingkan kabupaten lain yang berada di kuadran yang sama yang hanya mencapai Rp0,51 trilyun dan Rp0,32 trilyun. Diduga pada wilayah ini, pengelolaan sektor pertaniannya tidak efisien, meskipun intensitas aktivitas tinggi, tetapi dimungkinkan komoditas yang berkembang tidak memiliki nilai tukar tinggi dibandingkan wilayah lain seperti pada Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Landak yang memiliki komoditas unggulan karet dan kelapa sawit. Dari data statistik 2008, menunjukkan intensitas produk pertanian di Kabupaten Pontianak yang unggul adalah ayam potong yang populasinya mencapai 3,51 juta ekor atau sebesar 26,81 dari populasi ayam potong yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Melawi yang berada di Kuadran III, dengan pola sebaran sektor pertanian dan industriperdagangan rendah sejalan dengan PDRB wilayahnya yang berada pada besaran dibawah Rp 1,00 trilyun. Pola spasial aktivitas ekonomi yang dihasilkan dari analisis ini terlihat pada Gambar 27. Gambar 27 Pola spasial tipologi aktivitas ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.

5.4 Tipologi

Wilayah Berdasarkan Pola Spasial Kemiskinan, Pembangunan ManusiaSosial, dan Aktivitas Ekonomi Analisis pola spasial kemiskinan, pembangunan manusiasosial, dan aktivitas ekonomi yang dibangun dari komponen konfigurasinya membentuk tipologi wilayah kabupatenkota dengan memanfaatkan prinsip tree clustering, dimana wilayah akan dikelompokkan berdasarkan kemiripan nilai tengah euclidean distance dari bobot kabupatenkota. Enam konfigurasi wilayah kabupatenkota, yaitu konfigurasi tingkat sebaran keluarga miskin Misk, sebaran penduduk Demog, tingkatan pembangunan manusia PM, tingkatan pembangunan sosial PS, sebaran aktivitas sektor Pola Spasial Aktivitas Ekonomi SAMBAS BENGKAYANG LANDAK PONTIANAK SANGGAU KETAPANG SINTANG KAPUAS HULU SEKADAU MELAWI AYONG UTARA KUBU RAYA KOTA PONTIAN SINGKAWANG -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 Sektor IndustriPerdagangan -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 S ek tor P er tani an SAMBAS BENGKAYANG LANDAK PONTIANAK SANGGAU KETAPANG SINTANG KAPUAS HULU SEKADAU MELAWI KAYONG UTARA KUBU RAYA KOTA PONTIANAK SINGKAWANG Kuadran I Kuadran IV Kuadran III Kuadran II pertanian Tani, dan sebaran aktivitas sektor industriperdagangan Indag membangun 4 tipologi berdasarkan empat tahapan pengelompokkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 28. Tahapan pertama wilayah dikelompokkan berdasarkan kesamaan jarak nilai tengah dari bobot konfigurasi sebaran aktivitas industriperdagangan, tingkat pembangunan manusia, dan sebaran penduduk. Tahapan kedua dan ketiga adalah berturut-turut kesamaan atas dasar tingkat pembangunan sosial dan sebaran penduduk miskin. Tahapan keempat pengelompokkan atas dasar kesamaan sebaran aktivitas pertanian. Gambar 28 Proses klasterisasi tipologi wilayah berdasarkan pola spasial kemiskinan, pembangunan manusiasosial, dan aktivitas ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Dari keempat tahapan klasterisasi, wilayah dikelompokkan dengan teknik K-means clustering untuk mengetahui tipologi wilayah dengan tingkatan variabelnya masing-masing seperti yang ditunjukkan pada Gambar 29. Ukuran tinggi dan rendah dari nilai tengah variabel dilihat pada posisi nilai tengah di atas atau di bawah sumbu nol, yaitu: a tipologi 1 adalah wilayah dengan sebaran keluarga miskin tinggi, sebaran penduduk rendah, tingkat pembangunan manusia rendah, tingkat pembangunan sosial tinggi, sebaran aktivitas sektor pertanian tinggi, dan sebaran aktivitas sektor industriperdagangan rendah; b tipologi 2 adalah wilayah dengan sebaran keluarga miskin tinggi, sebaran penduduk tinggi, tingkat pembangunan manusia tinggi, tingkat pembangunan sosial rendah, sebaran aktivitas sektor pertanian rendah, dan sebaran aktivitas sektor Proses Klasterisasi 6 variabel Ward`s method Euclidean distances Indag PM Demog Tani Sosial Misk 2 4 6 8 10 12 L in ka g e D is ta n ce industriperdagangan tinggi; c tipologi 3 adalah wilayah dengan sebaran keluarga miskin rendah, sebaran penduduk tinggi, tingkat pembangunan manusia tinggi, tingkat pembangunan sosial rendah, sebaran aktivitas sektor pertanian tinggi, dan sebaran aktivitas sektor industriperdagangan tinggi; dan d tipologi 4 adalah wilayah dengan sebaran keluarga miskin rendah, sebaran penduduk rendah, tingkat pembangunan manusia rendah, tingkat pembangunan sosial tinggi, sebaran aktivitas sektor pertanian rendah, dan sebaran aktivitas sektor industriperdagangan rendah; Gambar 29 Tipologi wilayah berdasarkan pola spasial kemiskinan, pembangunan manusiasosial, dan aktivitas ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Tipologi yang dihasilkan dari kompilasi enam konfigurasi tersebut menghasilkan empat tipologi, dengan susunan kabupatenkota sebagai berikut: a tipologi 1 terdiri atas tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sintang, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Sanggau; b tipologi 2 yaitu Kota Pontianak; c tipologi 3 terdiri atas empat kabupatenkota yaitu Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas, dan Kota Singkawang; dan d tipologi 4 terdiri atas enam kabupaten yaitu Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, dan Kabupaten Bengkayang. Hasil klasterisasi kabupatenkota berdasarkan tingkat sebaran keluarga miskin, sebaran penduduk, pembangunan manusia, pembangunan sosial, aktivitas sektor pertanian dan sektor industriperdagangan ditampilkan pada Tabel 44. TIPOLOGI TINGKAT KABUPATEN Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3 Tipologi 4 Misk Demog PM Sosial Tani Indag INDIKATOR -3 -2 -1 1 2 3 4 5 Tabel 44 Tipologi wilayah berdasarkan kategori tingkat kemiskinan, pembangunan manusiasosial dan aktivitas ekonomi Kabupaten Kota Kategori tingkatan pada konfigurasi Tipo- logi Misk Demog PM PS Tani Indag Kab. Sintang Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah 1 Kab. Landak Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah 1 Kab. Sanggau Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah 1 Kota Pontianak Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi 2 Kab. Kubu Raya Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi 3 Kab. Pontianak Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi 3 Kota Singkawang Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi 3 Kab. Sambas Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi 3 Kab. Ketapang Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah 4 Kab. Kapuas Hulu Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah 4 Kab. Sekadau Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah 4 Kab. Melawi Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah 4 Kab. Kayong Utara Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah 4 Kab. Bengkayang Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah 4 Keterangan : Konfigurasi : Misk = Tingkat Sebaran Keluarga Miskin Demog = Tingkat Sebaran Penduduk PM = Tingkat Pembangunan Manusia PS = Tingkat Pembangunan Sosial Tani = Tingkat Sebaran Aktivitas Sektor Pertanian Indag = Tingkat Sebaran Aktivitas Sektor IndustriPerdagangan Wilayah pada tipologi 1 adalah wilayah berbasis pertanian dengan tingkat kemiskinan tinggi. Dengan jumlah penduduk rendah menandakan wilayah ini kepadatan keluarga miskinnya tinggi. Data statistik tahun 2008 mencatat jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sintang sebesar 66 ribu orang, dan Kabupaten Landak sebesar 54 ribu orang. Jumlah ini melebihi 10 dari total jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat. Sedangkan di Kabupaten Sanggau, jumlah penduduk miskinnya hanya berkisar 5 dari total penduduk miskin di Kalimantan Barat. Diduga tingginya sebaran keluarga miskin di Kabupaten Sanggau terkait dengan ukuran keluarga miskin yang relatif lebih kecil dibandingkan dua kabupaten pada tipologi yang sama. Wilayah pada tipologi 1 memiliki tingkat resiko terus meningkatnya jumlah pendudukkeluarga miskin, terkait tingkat pembangunan manusianya yang rendah. Dengan aktivitas ekonomi berbasis pertanian yang memiliki karakteristik sumber daya manusia berpendidikan rendah dan produktivitas tenaga kerja yang rendah, membuat kelompok miskin terutama keluarga yang bekerja di sektor pertanian, sulit untuk keluar dari kemiskinannya. Pada tipologi 2, merupakan bentuk kemiskinan di perkotaan, dimana tingginya jumlah penduduk miskin terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi. Tingginya investasi di perkotaan, yang ditunjukkan dengan tingkat pembangunan manusia dan aktivitas sektor industriperdagangan yang tinggi, memunculkan bias pembangunan perkotaan. Tingginya tekanan arus urbanisasi dapat menurunkan daya dukung perkotaan terhadap jumlah penduduk, khususnya ketersediaan lapangan kerja. Terlebih lagi, urbanisasi diikuti oleh rendahnya kualitas penduduk yang memasuki wilayah perkotaan, khususnya dari perdesaan yang memperparah kemiskinan di perkotaan. Dampak urbanisasi yang paling nyata timbul di perkotaan adalah tingginya pemukiman kumuh seperti di Kecamatan Pontianak Barat dan juga pinggiran kota, Kecamatan Pontianak Utara dan Kecamatan Pontianak Timur, sehingga menjadikan tiga kecamatan ini sebagai kantong kemiskinan di Kalimantan Barat. Untuk wilayah di tipologi 3 adalah wilayah yang memiliki karakteristik penduduk miskin rendah dengan sebaran penduduk tinggi, pembangunan manusia dan aktivitas ekonomi tinggi. Tingkat kemiskinan pada wilayah ini relatif lebih baik dibandingkan dua tipologi sebelumnya. Dari tipologi ini menunjukkan bahwa investasi yang tinggi terhadap kualitas manusia melalui pembangunan manusia dibidang kesehatan dan pendidikan, akan mampu meningkatkan kapabilitas penduduknya untuk hidup lebih baik dan keluar dari lingkaran kemiskinan. Sumber daya yang baik tentunya menjadi modal manusia untuk mengembangkan wilayahnya melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Data statistik menunjukkan pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi empat wilayah ini diatas 5, lebih tinggi dibandingkan tiga kabupaten pada tipologi pertama yang pertumbuhannya dibawah 5. Tipologi ini dikategorikan sebagai wilayah yang paling memungkinkan untuk keluar dari permasalahan kemiskinanannya sebagaimana langkah pemetaan rumah tangga yang berada di 35 desa sebelah Utara India. Hasilnya didapatkan rumah tangga mana saja yang tetap atau dapat keluar dari kemiskinannya Khrisna, 2003. Di tipologi 4, pola yang muncul adalah tingkat kemiskinan yang rendah dengan jumlah penduduk yang rendah, serta pembangunan manusia dan aktivitas ekonomi yang rendah pula. Data Statistik tahun 2008 menunjukkan bahwa