Kondisi Demografi GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

SMTPsederajat sebesar 37,24, dan 35,84 adalah pekerja dengan pendidikan hanya sampai dengan Sekolah Dasar. Proporsi penduduk usia produktif yang bekerja dengan pendidikan akademi dan universitas hanya sebesar 4,13 atau jika dilihat dari seluruh jumlah penduduk Kalimantan Barat hanya 1,99 penduduk berpendidikan hingga perguruan tinggi. Tabel 12 Jumlah Penduduk Usia diatas 15 tahun yang bekerja menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase Akumulasi 1. TidakBelum Pernah Sekolah 2. TidakBelum Tamat SD 3. Sekolah Dasar 4. SMTPSederajat 5. SMTASederaja 6. Akademi dan Universitas 170 743 378 628 731 387 348 747 326 879 84 383 8,37 18,55 35,84 17,09 16,02 4,13 8,37 26,92 62,76 79,85 95,87 100,00 Jumlah 2 040 767 100.00 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2009 diolah Selain pendidikan, pengembangan kualitas hidup manusia dilakukan melalui pembangunan di bidang kesehatan. Dari data statistik mencatat bahwa di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2008 Angka Harapan Hidup terendah adalah Kabupaten Sambas sebesar 60,70 tahun, dan tertinggi adalah Kabupaten Bengkayang sebesar 68,57 tahun. Sementara besarnya Angka Kematian Ibu pada tahun 2004 tertinggi adalah Kabupaten Kapuas Hulu sebesar 668 orang ibu per 100 000 kelahiran hidup dan terendah adalah Kabupaten Landak yang mencapai 428 orang ibu per 100 000 kelahiran hidup. Untuk Angka Kematian bayi tertinggi tahun 2006 adalah Kabupaten Bengkayang 42,72 bayi per 1 000 kelahiran hidup dan terendah adalah Kabupaten Kota Pontianak yaitu 30,77 bayi per 1000 kelahiran hidup Tabel 13. Jika dilihat dari target pembangunan kesehatan di Indonesia untuk angka kematian bayi sebesar 40 bayi per 1 000 kelahiran hidup maka hanya dua kabupaten yang masih diatas target tersebut, yaitu Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang. Angka-angka yang ditampilkan dari aktivitas pembangunan bidang kesehatan secara makro tidak cukup menjadi pembeda antara kota dan non-kota. Penggunaan indikator angka harapan hidup tidak dapat dijadikan ukuran langsung kemajuan aktivitas bidang kesehatan di suatu wilayah, karena tidak selalu berkorelasi dengan aktivitas kesehatan yang lainnya. Tiga indikator yang ditampilkan pada Tabel 13 perlu dicermati dari sisi suplai, yaitu tingkatan investasi pemerintah daerah di bidang kesehatan, seperti ketersediaan fasilitas, tenaga kesehatan dan jenis pelayanan kesehatan lainnya, khususnya pelayanan kepada masyarakat miskin. Tabel 13 AngkaHarapan Hidup, Angka Kematian Ibu dan Anak menurut KabupatenKota di Provinsi Kalimantan Barat KabKota Angka Harapan Hidup 2008 Angka Kematian Ibu 2004 Angka Kematian Bayi 2006 Kabupaten Sambas Kabupaten Bengkayang Kabupaten Landak Kabupaten Pontianak Kabupaten Sanggau Kabupaten Ketapang Kabupaten Sintang Kabupaten Kapuas Hulu Kabupaten Sekadau Kabupaten Melawi Kabupaten Kayong Utara Kabupaten Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang 60,70 68,57 64,98 67,12 67,99 67,02 67,91 66,39 67,27 67,63 65,33 66,17 66,86 66,95 513 513 428 504 622 506 575 668 - - - - 532 430 40,73 42,72 39,07 36,76 31,77 37,74 38,07 37,24 32,76 35,09 - - 30,77 33,76 Kalimantan Barat 66,30 566 38,41 Keterangan : - Data tergabung dengan kabupaten induk. Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2009 Indikator IPM yang merupakan komposit dari Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per Kapita, BPS mencatat pada tahun 2008 IPM tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat adalah Kota Pontianak dengan Indeks mencapai 72,08 dan yang terendah adalah Kabupaten Sambas sebesar 63,73 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14. Tingginya IPM di Kota Pontianak menunjukkan investasi pembangunan manusia di Kalimantan Barat masih terpusat pada kota utama. Faktor-faktor penentu diantaranya tingginya aktivitas di daerah perkotaan yang secara langsung menjadi penyebab meningkatnya jumlah penduduk, dan sebaliknya first city bias. Gejala- gejala tersebut juga menjadi pemicu terbentuknya slum area dan meningkatkan proporsi penduduk miskin di perkotaan. Pada Tabel 14, masing-masing komponen IPM menunjukkan tingkat pencapaian yang berbeda antar kabupatenkota, dimana komponen angka harapan hidup tertinggi adalah Kabupaten Bengkayang dan terendah adalah Kabupaten