PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditi penting di Indonesia, baik sebagai sumber devisa, lapangan kerja maupun sumber pendapatan masyarakat. Pada saat ini, Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil karet alam dunia setelah Thailand, dengan luas areal 3,31 juta ha dan produksi 2,64 juta ton 2009. Kedepan, Indonesia mempunyai potensi besar menjadi negara penghasil karet nomor satu di dunia. Dalam rangka mewujudkan industri karet nasional yang memiliki daya saing maka perlu diambil langkah-langkah terkait dengan peningkatan produktivitas dan mutu, antara lain melalui peremajaan dan pengembangan areal secara terbatas dengan menggunakan klon unggul Basyaruddin, 2009. Produktivitas karet rakyat saat ini sekitar 700-900 kgha atau rata-rata sekitar 892 kgha. Produksi ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh perkebunan besar negara dan swasta, atau rata-rata produktivitas karet rakyat negara lain. Sebagai contoh produktivitas karet Malaysia telah mencapai 1100 kgha, India 1334 kgha, Vietnam 1385 kgha, dan Thailand 1600 kgha. Penggunaan tanaman klonal Indonesia sekitar 40, sementara di Malaysia 90, Thailand 95, India 99, bahkan di Vietnam mencapai 100 Ditjenbun, 2008. Disamping lateks, kayu karet dapat dimanfaatkan untuk beragam produk yang selama ini jadi keunggulan Indonesia mulai dari furniture, papan berkerapatan sedang MDF, papan partikel, balok lamina, flooring sampai kayu lapis. Tanaman karet secara umum sudah dikenal masyarakat, sehingga tanaman Universitas Sumatera Utara karet untuk pembangunan HTR Hutan Tanaman Rakyat bisa dimulai masyarakat Kaban, 2009. Rendahnya tingkat produktivitas karet rakyat antara lain disebabkan tanaman karet rakyat relatif tidak terpelihara, dan sebagian besar kebun menggunakan bibit semaian yang tidak terseleksi, dan luasnya areal perkebunan yang masih mempertahankan pohon yang sudah tua. Dengan mengingat keterbatasan dana peremajaan di tingkat petani maupun pemerintah maka perlu penggalian modal peremajaan melalui peningkatan nilai tambah dan pemanfaatan kayu karet tua hasil peremajaan. Jika kayu karet tua dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, akan diperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi yang dapat digunakan sebagai modal dalam peremajaan karet tua Siagian, et al,. 2010. Paradigma baru bahwa tanaman karet tidak hanya menghasilkan lateks tetapi juga diharapkan kayu karetnya, maka seleksi juga diarahkan kepada klon- klon yang berpotensi sebagai penghasil kayu. Sejak dari tahap awal seleksi sampai dengan pengujian klon, kedua peubah tersebut dievaluasi. Pada seleksi F1 yang merupakan tahap awal di dalam siklus pemuliaan tanaman karet, dimana hasil seleksi 10 akan dijadikan materi di pengujian pendahuluan dan 1 di pengujian plot promosi Suhendry, 2002. Kegiatan pemuliaan tanaman karet yang dilakukan secara terus menerus telah mampu menghasilkan klon-klon baru yang memiliki produksi nyata lebih tinggi dari klon-klon sebelumnya. Sampai dengan seleksi siklus kedua, Azwar dan Suhendry 1992 menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan produksi dari 400-500 kghath menjadi 2000-2500 kghath. Klon-klon dari hasil seleksi generasi keempat dilaporkan telah memiliki potensi produksi 2500-4000 Universitas Sumatera Utara kghath Azwar dan Suhendry, 1998. Hasil ini memberi petunjuk agar klon-klon terbaru tersebut sebaiknya segera dipergunakan dalam setiap kesempatan penanaman baru, sehingga secara bertahap klon-klon lama dapat digantikan Suhendry et. al., 2001. Seleksi klon berkembang setelah ditemukan teknik okulasi pada tahun 1916. Klon-klon primer yang diturunkan dari pohon induk ortet terpilih mampu mencapai produksi karet 55 lebih tinggi dari produksi tanaman semaian terpilih. Selama empat generasi pemuliaan karet di Indonesia, telah memperlihatkan kemajuan genetik yang besar. Pada saat ini, klon-klon generasi keempat mampu berproduksi enam kali lebih baik dari produksi semaian terpilih, dan masa tanaman belum menghasilkan dapat dipersingkat dari 6 tahun menjadi 4 tahun Aidi-Daslin, 2005. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Seleksi genotipe tanaman karet Hevea brasiliensis Muell. Arg hasil persilangan 2001 – 2003 sebagai penghasil lateks – kayu.

2. Tujuan Penelitian

Mendapatkan genotipe terbaik berdasarkan karakteristik potensi produksi lateks dan kayu dari hasil persilangan tahun 2001-2003.

3. Hipotesis Penelitian

a. Terseleksi 10 genotipe terbaik sebagai materi genetik penghasil lateks-kayu yang akan digunakan dalam pengujian Pendahuluan. b. Terseleksi 1 genotipe terbaik sebagai materi genetik penghasil lateks-kayu yang akan digunakan dalam pengujian plot Promosi. Universitas Sumatera Utara

4. Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan,sebagai materi genetik untuk pengujian lanjutan pada tahapan siklus pemuliaan tanaman karet. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Botani Tanaman

Dokumen yang terkait

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 56

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Botani Tanaman - Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 1 17

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 13