1 - 1,9 mm. Dengan demikian setelah 5 tahun kemudian kulit pulihan sudah dapat disadap kembali Danimihardja, 1988.
Tebal kulit merupakan kriteria yang cukup penting di dalam melakukan identifikasi suatu klon yang mempunyai keunggulan di dalam produksi lateks
tinggi. Potensi produksi tinggi mempunyai korelasi yang positif dengan tebal kulit Woelan, et.al., 2001.
Jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks, tebal kulit dan lilit batang berpengaruh nyata terhadap hasil karet. Artinya bahwa apabila ada
peningkatan komponen hasil lateks maka hasil lateks akan lebih tinggi Woelan et.al., 2001.
Kadar Karet Kering KKK Lateks menunjukkan keseimbangan regenarasi lateks antar sadap. KKK yang rendah menunjukkan terlalu rapatnya frekuensi
sadapan sehingga tidak memberikan waktu yang cukup bagi tanaman untuk melakukan sintesis sepenuhnya terhadap lateks yang dipanen. KKK bisa juga
sebagai petunjuk bahwa eksploitasi terlalu berat sehingga terkuras semua cadangan karbohidrat dalam jaringan kulit maupun kayu. Solusinya dapat berupa
penurunan frekuensi
sadap dan
atau penurunan
aplikasi stimulasi
Kuswanhadi, et. al., 2009.
4.2. Kriteria Seleksi Produksi Kayu
Kayu karet dapat dibuat menjadi kayu gergajian atau kayu lapis, sedangkan limbahnya atau kayu sisa yang berukuran lebih kecil dapat dibuat
papan partikel, papan semen, papan serat dan arang. Saat ini kayu karet banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri mebel karena warna dan serat
Universitas Sumatera Utara
kayunya sangat menarik, kayunya mudah digergaji, dibengkokkan dipaku dan diketam Azwar,1990.
Adapun parameter yang mempengaruhi perhitungan produksi kayu karet adalah lilit batang, tinggi tanaman, dan percabangan pohon karet.
Menurut Wan Razali Mohd et al 1983 bahwa volume kayu karet seangat ditentukan oleh besaran lilit batang dan tinggi tanaman, semakin besar lilit batang
dan tinggi tanaman maka volume kayu karet yang dihasilkan semakin besar dan sebaliknya semakin kecil lilit batang dan ketinggian tanaman maka volume kayu
yang dihasilkan semakin kecil. Demikian halnya dengan semakin tinggi cabang
primer dan tebal kulit maka kayu log yang dihasilkan semakin besar.
Peubah pertumbuhan tanaman yang berhubungan dengan potensi kayu adalah lilit batang dan panjang log bebas cabang. Lilit batang selain berhubungan
dengan hasil lateks, juga mempengaruhi volume kayu yang akan dihasilkan. Namun tidak ada korelasi antara lilit batang dengan panjang log pada setiap umur
tanaman. Oleh karena volume kayu log diduga melalui subsitusi lilit batang dan panjang log, maka kondisi ideal tanaman penghasil kayu adalah yang memiliki
batang besar dan percabangan yang tinggi Suhendry, 2002. Pertumbuhan tanaman yang jagur ditandai dengan ukuran lilit batang
menjelang penyadapan dan selanjutnya. Perkembangan lilit batang sangat dipengaruhi oleh penyadapan. Selama masa penyadapan pertumbuhan pohon
mengalami tekanan sebagai akibat penyadapan. Tiap klon memperlihatkan reaksi tersendiri terhadap lilit batang
dalam masa
penyadapan Suhaimi dan Lubis, 1984.
Universitas Sumatera Utara
Tinggi tanaman diukur untuk mengetahui volume kayu per pohon. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bambu berskala yang dilakukan dari
permukaan tanah hingga ke titik tumbuh. Tinggi percabangan tanaman diukur
guna untuk mengestimasi volume kayu log. Volume kayu log nantinya akan diestimasi dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Wan Razali et
al. 1983 dan salah satu variabel yang diukur untuk itu adalah tinggi batang bebas cabang Siagian, et.al., 2005.
Untuk mencari suatu genotipe yang memiliki keunggulan pada sifat produksi dan kayu sekaligus tampaknya sulit ditemukan. Genotipe yang memiliki
potensi kayu besar umumnya menghasilkan lateks yang rendah, begitu juga dengan genotipe yang berproduksi tinggi cenderung memiliki potensi kayu yang
rendah dengan lilit batang yang lebih kecil Suhendry, et.al., 2001.
Universitas Sumatera Utara
III. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara, dengan ketinggian tempat ± 54 m dpl pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012.
2. Bahan dan Alat