Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 54 m dpl pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012.

2. Bahan dan Alat

Bahan – bahan yang digunakan dalam peneletian ini adalah tanaman karet hasil persilangan 2001-2003 berumur 9 tahun sebanyak 1013 genotipe yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Gambar 2.Genotipe-genotipe tersebut ditanam dengan jarak 2 m x 2 m pada Kebun Pegujian Seedling Evaluation Trial SET dengan total luas areal 0,7 Ha dengan menggunakan metode sadap Hammaker- Morris-Man. Bahan- bahan kimia yang digunakan adalah gliserin, aquadest, KOH, HNO 3, Sudan III, aseton dan alkohol 70, dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan adalah pisau sadap biasa dan batu asah, tali, kawat, talang, mangkok, mal bidang sadap, label, spidol, timbangan, alat- alat tulis dan alat lain yang diperlukan seperti meteran kain, pisau silet, mikroskop, kuadri, bas sampler. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Penampilan populasi genotipe hasil persilangan 2001 – 2003 di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih

3. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap: nilai tengah median, rata-rata mean, modus, simpangan baku, koefesien keragaman KK, kisaran maksimum dan minimum untuk semua parameter pengamatan yaitu lilit batang, tinggi tanaman, jumlah cabang primer, tinggi cabang pertama, tebal kulit, jumlah dan diameter pembuluh lateks, produksi lateks dan produksi kayu. Universitas Sumatera Utara Penampilan individu tanaman dalam populasi untuk tiap parameter pengamatan digambarkan dalam bentuk grafik penyebaran frekwensi sebagai berikut: Gambar 3. Bentuk grafik penyebaran frekwensi populasi untuk tiap parameter pengamatan Distribusi penyebaran populasi untuk setiap parameter pengamatan dapat diuji berdasarkan dari kriteria nilai kemiringan, yaitu: Nilai Kemiringan = x − modus simpangan baku atau kemiringan = 3x −Median simpangan baku Dikatakan model positif jika kemiringan positif, maka kurva menjulur ke sebelah kiri, maka harga rata-rata hitung lebih daripada modus dan selisihnya adalah positif, dan model negatif jika kemiringan negatif, maka kurva menjulur ke sebelah kanan,maka modus lebih daripadaharga rata-rata hitung dan selisihnya adalah negatif, serta simetrik jika kemiringan sama dengan nol. Karena populasi semaian dianggap mempunyai penyebaran binomial, maka intensitas seleksi adalah persentase luas dari bagian kurva penyebaran normal yang nilai x = parameter lebih besar dari Z = nilai X dalam simpangan Frekwensi Tanaman Ukuran pengamatan X Y Universitas Sumatera Utara baku . Untuk intensitas seleksi 10, 5 dan 1 nilai Z 1000 sampel adalah masing-masing 1,28 : 1,64 : 2,32. Selanjutnya batas nilai terpilih X dapat ditentukan dari rumus: � = X −X Sd Dimana Z = 1,28 : 1,64 : 2,32 masing-masing untuk intensitas seleksi 10 ,5 dan 1 . x = Batas minimum untuk parameter yang diseleksi X = Rata-rata parameter seleksi Sd = Simpangan baku Menurut Sudjana 1989, untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati dengan produksi, maka diuji berdasarkan analisa korelasi sebagai berikut: Untuk menentukan tanaman unggul digunakan kriteria seleksi berdasarkan produksi lateks, pertambahan lilit batang dan jumlah pembuluh lateks serta sifat sekunder lainnya. nΣx i y i – Σx i Σy i {nΣx i 2 – Σx i 2 }{nΣy i 2 - Σy i 2 r = Universitas Sumatera Utara

IV. PELAKSANAAN PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 56

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Botani Tanaman - Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 1 17

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 13