Keragaan Projeni Lilit Batang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keragaan Projeni

Hasil analisis secara statistik sederhana menunjukkan adanya keragaman diantara individu yang dihasilkan, hal ini telah disajikan pada Tabel 2. Keragaman yang tertinggi ditemukan pada potensi produksi karet kering KK=99,028, diikuti oleh produksi kayu KK=74,984, jumlah cabang pertama KK=66,21, tinggi cabang pertama KK=39,55, lilit batang KK=32,06, jumlah pembuluh lateks KK=25,272, tebal kulit KK=18,62, tinggi tanaman KK=17,44, dan diameter pembuluh lateks KK=11,84. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Woelan 2005 yang menyatakan bahwa keragaman yang terjadi pada karakter produksi disebabkan oleh banyaknya komponen yang mempengaruhi yaitu tebal kulit, lilit batang, jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Nilai uji statistik dari berbagai parameter pada tanaman karet dari genotipe hasil persilangan tahun 2001 - 2003 Statistik LB cm TT m JCP TCP m TK mm JPL pembuluh DPL mµ Prod, karet gps Prod, Kayu m 3 phn Mean 51,30 12,03 1,67 6,56 4,16 5,40 27,57 4,65 0,15 Median 50 12,5 1 7 4 5 26,875 3,028 0,124 Mode 38 13 1 10 4 5 25,625 1,6 0,346 Standard Deviation 16,450 2,098 1,106 2,594 0,774 1,366 3,266 4,606 0,112 Koefesien Keragaman 32.06 17.44 66.21 39.55 18.61 25.272 11.84 99.028 74.984 Koefesien Kemiringan 0,4875 -0,7714 2,0922 -0,2816 0,2116 0,9639 0,5611 2,8370 1,2829 Range 93,5 14,1 6 13 6 10,5 26,875 41,2 0,7095 Minimum 21 3,4 1 0,5 2 2 14,375 0,8 0,00702 Maximum 114,5 17,5 7 13,5 8 12,5 41,25 42 0,7165 Kelas 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Interval 9,35 1,41 0,6 1,3 0,6 1,05 2,6875 4,12 0,07095 Keterangan: LB = Lilit Batang JPL = Jumlah Pembuluh Lateks TT = Tinggi Tanaman DPL = Diameter Pembuluh Lateks JCP = Jumlah Cabang Pertama Prod. Karet = Produksi Karet Kering TCP = Tinggi Cabang Pertama Prod. Kayu = Produksi Kayu TK = Tebal Kulit Universitas Sumatera Utara 97 184 205 206 150 100 45 19 6 1 50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 F RE K W E NSI KELAS

2. Lilit Batang

Pola penyebaran genotipe berdasarkan lilit batang dapat dilihat dari nilai koefesien kemiringannya yaitu sebesar 0,4875 yang berarti ukuran lilit batang cenderung lebih banyak yang berukuran sedang Gambar 5. Distribusi kelas dan data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 13. Gambar 5. Pola penyebaran genotipe hasil persilangan tahun 2001 - 2003 berdasarkan lilit batang . Dari data pengamatan dapat diketahui bahwa rata-rata lilit batang adalah 51,30 cm dengan kisaran 21–114,5 cm. Sedangkan nilai koefesien keragaman sebesar 32,06 berarti populasi semaian mempunyai keragaman yang tinggi. Hal ini menunjukkan adanya segregasi yang terjadi pada genotipe hasil persilangan 2001-2003. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Woelan et. al. 2007 yang menyatakan bahwa lilit batang hasil pengamatan terhadap genotipe dari hasil persilangan 1998-1999 menunjukkan keragaman yang tinggi dengan rata-rata 38,57 cm dengan kisaran 10,6-85,5 cm yang berarti ada segregasi antara turunan yang dihasilkan oleh masing-masing kombinasi. Universitas Sumatera Utara Jumlah genotipe terseleksi berdasarkan lilit batang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah genotipe terseleksi berdasarkan lilit batang. Seleksi Jumlah Genotipe Batas 10 116 72,36 – 114,5 cm 1 16 89,47 – 114,5 cm Genotipe-genotipe terbaik 1 tersebut diantaranya adalah genotipe bernomor registrasi 37302B, 31602B, 51402B, 35302B,42301A, 11902B, 32702B, 33902B, 16001A, 52702B, 13201A, 13701A, 19501A, 74201A, 33002B dan 47302BLampiran 13, dengan nilai terbesar adalah 114,5 cm pada genotipe 37302B dan terendah adalah 89,8 cm pada genotipe 47302B, dan sebagian besar dari genotipe tersebut berasal dari persilangan alami, dan genotipe yang berasal dari persilangan buatan adalah genotipe 11902B yang merupakan hasil dari kombinasi RRIC 100 x IRR 42. Dimana Klon RRIC 100 induk betina merupakan klon penghasil lateks-kayu, dengan pertumbuhan lilit batang 12,5 cmth pada masa TBM, dan 4,6 cmth pada masa TM, dan memiliki produksi 1,9 tonhath. Sedangkan klon IRR 42 induk jantan merupakan klon penghasil lateks-kayu, dengan pertumbuhan lilit batang 12,5 cmth pada masa TBM, dan 3,9 cmth pada masa TM dengan produksi 1,5 tonhath, dan sifat-sifat dari kedua induk diwariskan kepada turunannya.

3. Tinggi Tanaman

Dokumen yang terkait

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 56

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Botani Tanaman - Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 1 17

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 13