4.1. Kriteria Seleksi Produksi Lateks
Sifat primer adalah potensi menghasilkan produksi tinggi. Sedangkan sifat yang langsung mempengaruhi rendah tinggi potensi hasil adalah sifat lateks. Sifat
ini erat kaitannya dengan volume lateks dan yang dihasilkan pohon, berat kering lateks yang dapat dihasilkan tiap pohon Rasjidin, 1989.
Lilit batang berkorelasi positif dengan potensi produksi yang dimiliki oleh masing-masing genotipe. Pertumbuhan lilit batang setiap tahun sebelum
penyadapan berkisar antara 6,25 – 10,44 cm dengan nilai rata-rata 9,08 cmthn. Pertambahan lilit batang sesudah tanaman menghasilkan TM disadap berkisar
antara 1,82 – 4,64 cmthn dengan nilai rata-rata 3,0 cmthn. Dari hasil penelitian di kebun percobaan Sembawa, Sumatera Selatan, ternyata pertumbuhan lilit
batang mencapai 3,36-4,64 cmthn Danimihardja, 1988. Lilit batang hasil pengamatan terhadap genotipe dari hasil persilangan
19981999 menunjukkan keragaman yang tinggi dengan rata-rata 38,57 cm dengan kisaran 10,6-85,5 yang berarti ada segregasi antara turunan yang
dihasilkan oleh masing-masing kombinasi Woelan et.al., 2007. Tebal kulit mempunyai hubungan langsung dengan potensi produksi
dengan koefesien korelasi mencapai 0,826. Diharapkan genotipe-genotipe yang mempunyai tebal kulit yang tinggi maka memiliki produksi yang tinggi juga.
Pertumbuhan tebal kulit sangat dipengaruhi oleh klon dan faktor lingkungan. Pada umumnya kulit yang tebal untuk terjadi luka ketika penyadapan lebih kecil. Klon
AVROS 2037, mempunyai kulit yang tebal dan pada umumnya terwaris pada keturunannya. Pertumbuhan kulit pulihan pada tiap tahunnya berkisar antara
Universitas Sumatera Utara
1 - 1,9 mm. Dengan demikian setelah 5 tahun kemudian kulit pulihan sudah dapat disadap kembali Danimihardja, 1988.
Tebal kulit merupakan kriteria yang cukup penting di dalam melakukan identifikasi suatu klon yang mempunyai keunggulan di dalam produksi lateks
tinggi. Potensi produksi tinggi mempunyai korelasi yang positif dengan tebal kulit Woelan, et.al., 2001.
Jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks, tebal kulit dan lilit batang berpengaruh nyata terhadap hasil karet. Artinya bahwa apabila ada
peningkatan komponen hasil lateks maka hasil lateks akan lebih tinggi Woelan et.al., 2001.
Kadar Karet Kering KKK Lateks menunjukkan keseimbangan regenarasi lateks antar sadap. KKK yang rendah menunjukkan terlalu rapatnya frekuensi
sadapan sehingga tidak memberikan waktu yang cukup bagi tanaman untuk melakukan sintesis sepenuhnya terhadap lateks yang dipanen. KKK bisa juga
sebagai petunjuk bahwa eksploitasi terlalu berat sehingga terkuras semua cadangan karbohidrat dalam jaringan kulit maupun kayu. Solusinya dapat berupa
penurunan frekuensi
sadap dan
atau penurunan
aplikasi stimulasi
Kuswanhadi, et. al., 2009.
4.2. Kriteria Seleksi Produksi Kayu