organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian
tujuan organisasi. Lincoln dalam Sopiah, 2008:155 memberikan definisi bahwa
komitmen organisasional mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan anggota, dan kemauan anggota pada organisasi. Sedangkan menurut Blau dan
Boal dalam Sopiah, 2008:155 komitmen organisasional didifinisikan sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari karyawan
terhadap organisasi. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi
yang ditandai dengan adanya : 1.
sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi,
2. sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna
kepentingan organisasi, 3.
sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
2.5.2 Bentuk Komitmen Organisasi
Ada beberapa bentuk komitmen organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Kanter dalam Sopiah, 2008:158, kanter mengemukakan bahwa :
1. komitmen berkesinambungan continuance commitment, yaitu komitmen
yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan
berinvestasi pada organisasi,
2. komitmen terpadu cohesion commitment, yaitu komitmen anggota
terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa norma-
norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma yang bermanfaat, 3.
komitmen terkontrol control commitment, yaitu komitmen anggota pada norma anggota organisasi yang memberikan perilaku yang diinginkannya.
Norma yang dimiliki organisasi mampu memberikan sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya.
Menurut Meyer, Allen, dan Smith dalam Sopiah, 2008:157 mengemukakan tiga komponen komitmen organisasional, yaitu:
1. affective commitment terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari
organisasi karena adanya ikatan emosional; 2.
Continuance commitment muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena
tidak menemukan pekerjaan lain; 3.
Normative commitment timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran
bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya
dilakukan.
2.5.3. Faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi
Menurut Mowday dalam Januarti dan Bunyaanudin, 2006:15 mengemukakan bahwa komitmen organisasi terbangun bila tiap individu
mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi dan atau
profesi yaitu : Identification yaitu pemahaman atau penghayatan dari tujuan organisasi, Involment yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan
bahwa pekerjaannya adalah menyenangkan, dan Loyality yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan tempat tinggal. David dalam Sopiah,
2008:163 mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu faktor personal, karakteristik pekerjaan, karekteristik
struktur dan pengalaman kerja. 1.
Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian.
2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan, konflik, peran,
tingkat kesulitan dalam pekerjaan. 3.
Karekteristik struktur, misalnya besarkecilnya organisasi, bentuk organisasi sentralisasidesentralisasi, kehadiran serikat pekerja.
4. Pengalaman kerja, pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap
tingkat komitmen karyawan pada organisasi.
2.6. Penelitian Terdahulu