1. Teori kepuasan Content Theory, yang memusatkan perhatian kepada
faktor dalam diri orang yang menguatkan energize, mengarahkan direct, mendukung sustain dan menghentikan stop perilaku petugas.
2. Teori proses Process Theory menguraikan dan menganalisa bagaimana
perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan. Adapun teori kepuasan yang dikemukakan diatas didalamnya terdiri dari Teori
Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow, Teori Dua Faktor dari Herzberg, Teori ERG Existence, Relatedness, Growth dari Alderfer dan Teori Kebutuhan
dari McClelland.
A. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas manusia bekerja adalah karena adanya kebutuhan yang relatif tidak terpenuhi yang disebabkan adanya
faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk memenuhi kebutuhannya itu manusia bekerja sama dengan orang lain dengan memasuki suatu organisasi. Hal
ini yang menjadi dasar bagi Maslow 1943 dengan mengemukakan teori hierarki kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi karyawan. Maslow
berpendapat bahwa kebutuhan manusia itu berjenjang. Abraham Maslow dalam Hasibuan 2012:154 membagi motivasi ke dalam lima tingkat kebutuhan,
diantaranya : a. Kebutuhan fisik dan biologis yaitu kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, tempat tinggal, udara dan kebutuhan fisik lainnya kebutuhan
untuk mempertahankan hidup. b. Kebutuhan akan keamanan yaitu, kebutuhan yang meliputi keamanan jiwa dan keamanan harta benda. c. Kebutuhan sosial
yaitu kebutuhan akan pertemanan, interaksi, dicintai dan mencintai serta diterima
lingkungan pergaulan. d. Kebutuhan akan penghargaan atau prestasi yaitu kebutuhan yang berupa status, kedudukan dan pengakuan. e. Kebutuhan akan
aktualisasi diri yaitu kebutuhan dalam menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dan mengkritik terhadap sesuatu.
Pada hakikatnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan- kebutuhan yang diperolehnya. Apabila kebutuhan tingkat pertama terpenuhi,
maka kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi kebutuhan yang utama, begitu seterusnya.
B. Teori Dua Faktor dari Herzberg.
Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg 1950 yang merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan menurut Maslow. Teori
Herzberg memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam memotivasi karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hierarki
kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan. Kedua, kerangka ini membangkitkan model aplikasi,
pemerkayaan pekerjaan Leidecker and Hall dalam Timpe, 2002. Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai
Industri, Herzberg dalam Hasibuan 2012:157 mengembangkan teori motivasi dua faktor. Menurut teori ini ada dua faktor kebutuhan yang mempengaruhi
kondisi pekerjaan seseorang yaitu faktor motivasi dan faktor pemeliharaan. 1.
Faktor Motivasi motivation factors adalah faktor yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang adalah faktor yang meliputi serangkaian
kondisi instrinsik, kepuasan pekerjaan, yang apabila terdapat didalam
pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Serangkaian faktor ini
dinamakan satisfiers atau motivators yang meliputi prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan dan pengembangan potensi
individu. 2.
Faktor Pemeliharaan maintenance factors adalah faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman
dan kesehatan badaniah. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi supervisi yang menyenangkan, kepastian pekerjaan, kondisi kerja fisik dan lain-lain.
Hilangnya faktor ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dissatisfiers = faktor higienis.
Teori Herzberg ini membagi karyawan dibagi menjadi dua golongan yaitu mereka yang termotivasi oleh faktor-faktor intrinsik, yaitu daya dorong yang
timbul dari dalam diri masing-masing, dan faktor-faktor ekstrinsik, yaitu pendorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi
tempatnya berkarya. Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan lebih menyukai pekerjaan yang memungkinkannya menggunakan kreativitasnya,
sedangkan karyawan yang termotivasi secara ekstrinsik cenderung lebih melihat apa yang akan diberikan organisasi kepadanya dan kinerjanya diarahkan kepada
perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi Siagian, 2009:107. Menurut Herzberg dalam Hasibuan 2012:158 cara terbaik untuk memotivasi
karyawan adalah dengan memasukkan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan mereka.
C. Teori ERG