Uji Multikolineritas Uji Autokeralasi

Uji normalitas yang digunakan dalam analisis statistik ini adalah uji statistik non–parametik One–sample Kolmogrov Sminornov. Data yang dimiliki berdistribusi normal. dapat dilihat Tabel 4.7. Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig 2 tailed adalah 0,161 dan diatas nilai signifikan 0,05 yang nilainya lebih besar dari taraf nyata α 0,05 yang artinya data telah berdistribusi normal.

2. Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinearitas dapat dideteksi atau dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF. Multikolinieritas dapat diketahui dari besarnya Tolorance dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut: a. VIF 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. b. VIF 5, maka tidak terdapat multikolinieritas. c. Tolorance 0,1, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. d. Tolorance 0,1, maka tidak terdapat multikolinieritas. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 67 ,0000000 2,74931781 ,137 ,137 -,089 1,122 ,161 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. 2-tailed Unstandardiz ed Res idual Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Uji Multikonealiritas Hasil output SPSS.15 for windows di atas dapat diambil keputusan bahwa semua data variabel tidak terkena multikolinieritas, karena nilai Tolorance untuk Konflik Peran dan Gaya Kepemimpinan adalah 0,937 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor VIF Konflik Peran dan Gaya Kepemimpinan 1,067 5. Sehingga pada model regresi tidak terjadi gejala multikolinieritas.

3. Uji Autokeralasi

Istilah autokorelasi dapat didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deret waktu atau ruang seperti dalam data cross-section. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya Situmorang, et all 2008:78. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan durbin watsom DW statistik, sebagai rule of thumb nilai d yang menunjukkan gejala autokorelasi yang tidak berbahaya atau tidak ada autokorelasi yang tidak berbahaya atau tidak auotokeralasi adalah : Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No Decesion dl ≤ d ≤ du Coeffi cients a 77,979 10,941 7,127 ,000 -,178 ,179 -,115 -,997 ,322 ,937 1,06 -,859 ,216 -,459 -3, 972 ,000 ,937 1,06 Const ant Konflik _Peran Gaya_Kepemimpinan Model 1 B St d. Error Unstandardized Coeffic ient s Beta St andardiz ed Coeffic ient s t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistic Dependent Variable: Kinerja_Karyawan a. Universitas Sumatera Utara Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada autokorelasi positif No Decesion 4 – du ≤ d ≤ 4- dl Tidak ada autokorelasi poisitf atau negatif Tidak ditolak du d 4 - du Sumber : Situmorang et al 2008:86 Hasil Uji Autokorelasinya Durbin Watson terlihat seperti pada gambar dibawah ini : Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson DW adalah 2,389 Kriteria yang menunjukkan tidak terjadi autokorelasi adalah sebagai berikut : N= Jumlah sampel = 67 K = Jumlah Variabel bebas = 2 Pada tingkat signifikansi 5 diperoleh du = 1,7491 du dw 4 – dl = 1,7491 2,389 4 – dl 2,23 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa rasio durbin watson bernilai 2,203 berada diantara batas atas du dan 4-du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak ada autokorelasi.

4. Uji Determinasi R