Analisis Sosiologis Tokoh Kazue 1.

BAB III ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH KAZUE DAN YURIKO DALAM

NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO

3.1 Analisis Sosiologis Tokoh Kazue 1.

Berikut adalah kehidupan tokoh Kazue dan hubungannya dengan keluarga yang dapat dilihat melalui cuplikan berikut: Cuplikan 1 “Kazue sudah rajin sejak sekolah dasar. Syukurlah ia gadis yang cerdas, dan ia senang belajar. Jadi sudah sepantasnya kalau ia berhasil sejauh ini. Tetapi kupikir hanya belajar saja tidak cukup. Bagaimanapun juga ia seorang gadis dan aku ingin ia memperhatikan caranya berpakaian. Dan karena sekarang ia bersekolah di Sekolah Lanjutan Atas Q untuk perempuan muda, aku ingin ia menjadi lebih seperti perempuan anggun. Mencoba, kau tahu. Dan sejauh menyangkut dia, ia masih melakukan sebisanya untuk memenuhi harapanku. Maka ia sangat kusayangi. Aku memujinya membabi buta karena aku ayahnya. Grotesque:126. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat peranan ayah sebagai sosok yang sangat dihormati dalam keluarga. Ayah merupakan pemimpin keluarga. Hal ini merupakan salah satu aturan atau pola dalam sistem keluarga tradisional Jepang. Ayah Kazue juga yang berperan dalam membentuk kebiasaan dan ketekunan Kazue, sehingga dia menjadi wanita muda yang berprestasi. Prestasi Kazue merupakan kebanggaan besar. Ayahnya sudah menanamkan sikap tekun dan bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Dan imbalannya, Kazue menjadi anak yang paling disayang dan dipuja-puja keluarganya karena berhasil masuk ke perguruan Q dengan tekun belajar. Dari cuplikan di atas juga dapat di lihat bahwa ayah Kazue pula yang membuatnya terobsesi untuk bergaya mengikuti trend siswa perguruan Q yang terlihat anggun. Hal inilah yang bakal menjadi permasalahan bagi Kazue yang sangat menuruti keinginan ayahnya itu, Kazue melakukan segala cara, bahkan hal-hal yang konyol sekalipun untuk bergaya seperti siswa kelompok “orang dalam”. Bukannya diterima, Kazue justru menjadi bahan tertawaan teman-temannya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cuplikan 2 Jelas bahwa ayah Kazue tidak memperhatikan masalah-masalah internal Sekolah Lanjutan Atas Q untuk perempuan muda. Ia sama sekali tidak peduli dengan dampaknya pada Kazue atau bagaimana hal ini membuatnya menderita. Ayah Kazue memang bajingan yang egois. Dijajah dengan kehendak ayahnya yang kuat, Kazue mempercayai nilai-nilainya secara mutlak. Kalau sekarang aku memikirkannya, aku menyadari bahwa kekuasaan ayahnya ke atas Kazue setara dengan pengendalian diri. Grotesque: 128,129 Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa karakter keras ayah Kazue diturunkan ke anaknya. Dan bagi Kazue, ayahnya bagaikan dewa. Apapun yang menjadi keinginan ayahnya merupakan kewajiban mutlak yang harus dipatuhi tanpa harus dipertimbangkan terlebih dahulu, apa dampaknya. Ayah Kazue bahkan terlihat tidak peduli dengan nasib anaknya yang merasa tertolak di lingkungan sekolahnya. Selama Kazue mengikuti nilai-nilai yang diajarkannya, dia merasa bahwa anaknya aman-aman saja. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari cuplikan di atas juga dapat dilihat, karakter Kazue sangat berbeda dengan anak muda kebanyakan yang biasanya ingin bebas dalam bertindak, serta menentang peraturan dari orang tuanya. Sebaliknya, Kazue sangat patuh pada setiap aturan yang diberikan oleh ayahnya, dan menganggap hal itu paling benar. Cuplikan 3 Semuanya diputuskan menurut urutan ini, siapa yang berhak mandi paling dulu dan siapa yang boleh makan makanan yang terbaik. Ayahku selalu yang pertama, itu wajar saja, bukan? Lalu aku yang kedua. Ibuku dulu biasanya yang kedua, tetapi begitu aku berhasil masuk tingkat teratas dalam peringkat pendidikan nasional untuk kelompok usiaku, aku jadi yang kedua. Jadi sekarang ayahku yang pertama, lalu aku yang kedua, lalu ibuku, kemudian adikku yang terakhir. Tapi kalau ia tidak hati-hati, adikku bisa melampaui ibuku.” “Kau menentukan urutan menggigit di keluargamu itu berdasarkan nilai-nilai pendidikan?” “Nah, katakan saja bahwa kami membuat urutan menurut upaya yang dikerahkan.” Grotesque: 117 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Analisis Dari cuplikan di atas kita dapat melihat ada peraturan mengenai urutan dalam keluarga yang menjadi tradisi keluarga Kazue. Dimana setiap anggota keluarga mendapat urutan berdasarkan pendidikan yang telah ditempuh. Bahkan seorang peranan ibu menjadi tidak istimewa, karena saat anaknya berhasil melampaui pendidikannya, posisi ibu dapat diurutkan di bawah anak. Dari cuplikan di atas juga dapat disimpulkan bahwa peraturan itu bukanlah hal yang lazim di lingkungan Kazue. Hal itu terlihat dari sikap teman Kazue yang begitu heran dengan kebiasaan aneh keluarga Kazue yang menentukan urutan menggigit berdasarkan nilai-nilai pendidikan. 2. Berikut adalah kehidupan tokoh Kazue dan hubungannya dengan teman sekelas yang dapat dilihat melalui cuplikan berikut: Cuplikan 1 Di antara kami yang masuk untuk pertama kali, masing-masing dari kami, sesudah berhasil lulus ujian masuk, memakai rok yang panjangnya tepat di tengah lutut, tepat sesuai dengan peraturan sekolah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tetapi separuh siswa yang sudah sejak tingkat sekolah dasar atau sekolah menengah ada di sistem itu, memakai rok yang pendek hingga ke paha mereka. Rok-rok ini panjangnya sedemikian sehingga memberi keseimbangan sempurna dengan kaus kaki selutut warna biru tua berkualitas tinggi yang dipakai para gadis itu. Rambut mereka berwarna seperti kastanye. Giwang tusuk yang indah dari emas mengilap di telinga mereka. Aksesori rambut dan tas serta selendang mereka sangat berselera, dan mereka semua memiliki benda-benda bermerk mahal. Tidak ada cara lain untuk menjelaskannya kecuali bahwa kami gadis-gadis baru tidak memiliki yang rupanya dipunyai gadis-gadis lain sejak lahir: kecantikan dan kekayaan. Grotesque: 64,65 Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat perbedaan yang sangat mencolok sudah terbentuk dari awal masuk sekolah. “Orang dalam” adalah orang yang lebih bebas daripada “orang luar”. Hal ini terlihat dari pakaian serta perhiasan yang dipakai sangat berbeda. Siswa kelompok luar begitu patuh dengan peraturan yang ditetapkan pihak sekolah. Dengan memakai rok yang panjangnya tepat selutut, sementara bagi siswa kelompok dalam, peraturan itu tidak berlaku. Mereka bebas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memakai rok pendek hingga ke paha dan kaus kaki berkualitas, bahkan mengenakan perhiasan, aksesoris, serta mewarnai rambut. Tas yang mereka gunakan juga sangat berbeda dengan apa yang dipakai siswa “kelompok luar”. Dari cuplikan di atas juga dapat dilihat, bagaimana pergaulan anak sekolah di Jepang. Bahwa tampilan seorang senior, atau siswa yang berkuasa dapat ditandai dari pakaian yang mereka kenakan. Dengan kata lain, siswa yang berkuasa di sekolah, roknya lebih pendek daripada siswa yang tidak berkuasa. Cuplikan 2 Waktu itu hari hujan di bulan Mei. Kami sedang mengikuti pelajaran olahraga. Kami diharapkan bermain tenis hari itu, tetapi gara-gara hujan kami terpaksa tetap di ruang olahraga dan berlatih menari. Kami berganti baju di ruang locker ketika satu siswa mengangkat satu kaus kaki dan berteriak, “Punya siapa ini? Siapa yang kehilangan kaus kaki?” Kaus kaki itu jenis kaus selutut warna biru tua yang dipakai hampir semua orang. Hanya saja ada logo Ralph Lauren di bagian atasnya. “Nah, coba lihat Lihat” UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bunyi tawa memenuhi ruangan. Gadis-gadis lain menghampirinya untuk melihat, membentuk lingkaran si seputar pemegang kaus kaki itu. “Wah, rupanya disulam” “Mahakarya hebat” Pemilik kaus kaki rupanya membeli kaus kaki biru tua biasa dan menyulam pinggiran atasnya dengan benang merah agar tampak seperti logo Ralph Lauren. Aku mengerti bahwa Kazue menyulam kaus kakinya bukan karena keluarganya terlalu miskin untuk membeli barang asli tetapi karena pendirian yang rasional. Namun menurutku, jenis rasionalitas Kazue, yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemewahan sekolah, konyol sekali. Kazue mempunyai kepicikan watak yang sudah tertanam dalam dirinya. Karena itulah tidak ada yang menyukainya. Grotesque: 68,69,71 Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa siswa kelompok “orang dalam” menjadi sangat dominan dan berlaku sesukanya. Saat menemukan keganjilan pada kaus kaki biasa yang disulam logo Ralph Lauren, dengan bebas siswa tersebut mengambil serta menjadikannya lelucon untuk memperolok pemiliknya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari cuplikan di atas juga dapat dilihat bagaimana karakter Kazue yang terlalu berlebihan dalam mengikuti trend yang ada. Kazue yang bersifat rasionalitas, sehingga merasa bahwa membeli kaus kaki Ralph Lauren yang asli adalah suatu pemborosan. Tetapi ambisinya untuk menyetarakan diri dengan siswa kelompok “orang dalam” membuatnya bertindak konyol, dengan menyulam sendiri logo Ralph Lauren pada kaus kaki biasa yang dimilikinya. Tetapi, apa yang dilakukannya untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, justru menjadi celaan teman-temannya yang berasal dari siswa kelompok “orang dalam”. Cuplikan 3 “ Oh. Ini namanya Kelopak Mata Elizabeth.” Ia membeli suatu produk kecantikan yang dilem perempuan Jepang ke kelopak matanya untuk memberikan lipatan tambahan. Ia melihat salah satu murid orang-dalam menempelkannya ke matanya di toilet. Memikirkan Kazue mengangkat tongkat plastik bercabang dua dan tipis seperti tusuk gigi ke matanya membuatku bergidik. Lalu roknya sudah menyusut begitu drastis sehingga kau bisa melihat separuh naik ke pahanya yang kurus. Ia berusaha begitu keras untuk terlihat menarik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sehingga ia justru jadi kelihatan lebih konyol lagi. Gadis-gadis lain di kelas saling menyenggol waktu mereka melihat Kazue dan tidak berusaha menyembunyikan tawa mereka. Grotesque: 241 Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa karakter Kazue yang ambisius justru menyeratnya semakin dalam. Kazue yang semakin berlebihan penampilannya untuk terlihat setara dan dapat diterima oleh siswa kelompok “orang dalam” tidak lagi berpikir panjang dengan jalan yang diambilnya. Kazue merombak penampilannya habis-habisan dan merasa begitu percaya diri dengan apa yang dilakukannya. Dari cuplikan di atas juga dapat disimpulkan bahwa karakter Kazue bukan hanya ambisius, tetapi dia juga seorang wanita yang tidak peka dengan keadaan. Sementara dengan jelas teman-teman sekelasnya menertawakan sikap anehnya, hal itu tidak menjadi masalah yang berarti dan tidak mengurangi rasa percaya dirinya, asalkan dia dapat memenuhi setiap ambisinya. Hal itu merupakan dampak negatif dan bentukan dari lingkungan keluarganya yang selalu berusaha malakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cuplikan 4 “Sato, aku mau minta pertolonganmu.” Dua teman sekelas kami yang juga dalam tim ice skating datang menghampiri Kazue. Keduanya orang-dalam. “Ada apa?” tanya Kazue, membalik untuk memandang mereka dengan riang. Waktu mereka melihat Kelopak Mata Elizabet-nya, senyuman merebak pada muka mereka yang mereka coba sembunyikan. Tetapi Kazue tidak melihatnya. “Tim sudah menunjuk komite peninjauan tengah semester, dan kami yang ditugaskan. Aku sungkan bertanya sebenarnya, tetapi bolehkan kami menyalin catatan bahasa Inggris dan Sastra Klasikmu? Kau murid terbaik di tim.” “Tentu saja,” jawab Kazue, berseri-seri dengan bangga. “Kalau begitu, kau keberatan tidak kalau kami juga pinjam catatan ilmu sosial dan geografimu? Semuanya akan sangat berterima kasih.” “Tidak jadi masalah.” Mereka bergegas keluar ruangan. Aku yakin mereka sedang tertawa histeris di lorong. Grotesque: 243, 242 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa Kazue jarang sekali memiliki pergaulan di luar lingkungan keluarganya, hal itu menyebabkan Kazue begitu saja percaya dengan setiap perkataan orang dan tidak menyadari bahwa perkataan temannya hanyalah cerita yag dikarang-karang, untuk dapat meminjam catatan Kazue. Kazue tidak menyadari apa yang menjadi niat siswa kelompok “orang dalam” mau berteman dengannya. Selain itu, keinginan Kazue untuk dapat diterima siswa “orang dalam” membuatnya menjadi tidak peka, bahwa sebenarnya teman-temannya hanya memanfaatkan dirinya, tidak benar-benar tulus menerimanya sebagai teman mereka. Kepicikan Kazue juga terlihat, karena dia beranggapan bahwa usahanya dalam merubah penampilannya yang membuat teman-temannya mulai menerimanya di dalam kelompok mereka. Padahal di belakang Kazue, mereka justru memperolok dan menjadikannya bahan tertawaan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Berikut adalah kehidupan tokoh Kazue dan hubungannya dengan senior yang dapat dilihat melalui cuplikan berikut Cuplikan 1 “Begini, aku ingin ikut tim pemandu sorak. Aku memasukkan permohonanku dan sebelum mereka membacanya mereka sudah menolakku, begitu saja. Bukankah menurutmu itu salah?” Grotesque: 84 Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Kazue memiliki keinginan yang sangat kuat untuk masuk ke dalam tim pemandu sorak, tanpa menyadari keadaan fisiknya yang tidak menarik. Sementara pada umumnya yang menjadi anggota tim pemandu sorak adalah perempuan yang menarik secara fisik. Hal itulah yang menjadi penilaian senior dari tim pemandu sorak dalam menyeleksi anggota. Senior menganggap rendah Kazue, bahkan tidak mengacuhkan keberadaannya. Tetapi Kazue yang ambisius berpikir bahwa itu sangat tidak adil, karena mereka sama sekali tidak memperhatikan usahanya. Kazue terlihat meminta dukungan temannya untuk sependapat bahwa sikap dan perlakuan senior mereka itu salah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cuplikan 2 Aku menunjuk ke gadis kurus yang bergerak tersentak-sentak seperti boneka wayang. Rambutnya tebal dan berat, dan ekspresi wajahnya dan cara menggerakkan tubuhnya kelihatan seperti ia sudah mencapai batas kemampuannya. Tampaknya ia kesakitan. “Itu Kazue Sato. Ia siswa dari luar. Ia ingin bergabung dengan tim pemandu sorak tetapi ditolak. Ia bahkan ribut-ribut tentang itu.” Grotesque: 194 Analisis Dari cuplikan diatas dapat dilihat watak Kazue yang begitu keras kepala dan tidak dapat menerima begitu saja saat dia merasa diperlakukan tidak adil. Kazue tetap mempertahankan pendapatnya dan menentang senior. Dia bahkan berani untuk ribut-ribut dengan seniornya karena merasa haknya tidak diberikan. Dari cuplikan di atas juga dapat dilihat bahwa sikap memaksa yang ada dalam diri Kazue menjadi bumerang bagi dia dalam lingkungan sosialnya. Kazue tidak menyadari kapasitasnya sebagai seorang junior yang seharusnya bersikap hormat pada senior. Penentangan yang dilakukannya membuat Kazue semakin tidak disukai lingkungan sekolahnya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cuplikan 3 “Nah, ini supaya kau tahu saja. Aku sudah bergabung dengan tim ice skating. Mereka nomor dua pada daftarku sesudah tim pemandu sorak, jadi aku senang dengan keadaan sekarang.” “Menurutku mereka hanya membiarkan kau membersihkan tempat dan merawat sepatu mereka. Mungkin mereka menyebutnya pelatihan fisik, tetapi sebenarnya lebih seperti perpeloncoan. Dan berapa kali kau harus lari keliling lapangan waktu itu ketika suhu lebih dari 95 derajat Fahrenheit? Kau kelihatan seperti akan mati Apakah itu jenis hiburan yang cocok untuk seorang putri?” “Itu bukan perpeloncoan atau apapun semacamnya” Kekuatan Kazue untuk berbicara akhirnya pulih. “Kau harus berlatih seperti itu untuk membentuk kekuatan dasar.” Grotesque: 220,221 Analisis Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa akhirnya tokoh Kazue diterima oleh tim ice skating. Menurut pandangan temannya, Kazue hanya dimanfaatkan sebagai tukang bersih-bersih tempat dan merawat sepatu anggota lain. Mereka juga menjadikannya lelucon bahkan dia dikerjai habis-habisan. Tetapi katakter UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kazue yang picik dan selalu merasa dirinya istimewa, tidak terima dianggap seperti itu, karena dia merasa memang pantas masuk tim berkat kerja kerasnya. Bahkan apa yang menjadi tugasnya bukanlah hal yang manjengkelkan, tetapi memang suatu kewajiban untuk membentuk kekuatan dasar.

3.2 Analisis Sosiologis Tokoh Yuriko